1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

PBB: Perang Saudara Bisa Terjadi di Suriah

2 Desember 2011

Komisaris urusan HAM PBB Navi Pillay, Jumat (2/12) menyerukan agar masyarakat international bertindak untuk melindungi penduduk sipil Suriah dari represi berdarah, yang dapat membawa Suriah ke dalam perang saudara.

https://p.dw.com/p/13LIQ
Foto: dapd

Lebih dari 4000 orang tewas dan semakin banyak tentara yang membelot dari militer untuk turut memerangi rezim Bashar al Assad. Menurut pejabat tinggi urusan HAM PBB, situasi di Suriah berubah menjadi perang saudara. Perang saudara adalah skenario terburuk yang bisa terjadi di Suriah sejak revolusi melawan Presiden Bashar al Assad delapan bulan yang lalu. Rezim di Damaskus memiliki jaringan sekutu, termasuk  gerakan Hizbullah di Libanon dan kaum Syiah di Iran. Hal ini menimbulkan ketakutan akan adanya bentrokan regional.

Penilaian tentang pertumpahan darah di Suriah telah menjadi perang saudara datang dari Komisaris PBB bagi HAM, Navi Pillay. Konflik di negara itu tidak menunjukkan gejala akan segera berakhir. Aktivis Suriah melaporkan, 22 orang tewas Kamis kemarin (1/12). "Kami memperkirakan jumlah korban tewas mencapai 4000. Tetapi informasi yang diberikan kepada kami, dari sumber yang juga bisa dipercaya, jumlah korban tewas jauh lebih banyak lagi. Saya telah mengatakan sebelumnya bulan Agustus di hadapan Dewan Keamanan, bahwa begitu semakin banyak tentara yang membelot mengancam untuk angkat senjata melawan pasukan Suriah, maka akan terjadi perang saudara. Dan ini penilaian saya tentang situasi saat ini."

Namun, juru bicara kementrian luar negeri Amerika Serikat, Mark Toner, menolak untuk menyebut situasi di Suriah sebagai perang saudara. Menurutnya, aksi kekerasan didominasi oleh Assad dan rezimnya. Tidak ada keseimbangan kekuatan yang terjadi. Ia menambahkan, pemerintah Assad membawa Suriah ke jalur yang berbahaya dan tidaklah mengherankan, bila represi berdarah yang dilakukan rezim kepada demonstran menimbulkan rekasi balasan dengan terwujudnya Free Syrian Army, Militer Suriah Bebas.

Militer Suriah Bebas adalah kelompok tentara yang membelot dari militer dan bergabung dengan pihak pemberontak. Mereka menjadi kelompok bersenjata yang paling mampu menantang pasukan Assad. Tetapi, kelompok ini tidak menguasai wilayah tertentu, tidak terorganisir dengan baik dan harus bertempur melawan militer  Suriah yang kuat.

Intervensi internasional, seperti aksi NATO di Libya yang turut membantu menjatuhkan diktator Muammar Gaddafi, tidak akan dilakukan terhadap Suriah. Namun, kini muncul kekhawatiran bahwa konflik di Suriah bisa menimbulkan kekacauan di kawasan lain di Timur Tengah. Suriah berbatasan dengan lima negara yang memiliki keragaman agama dan etnis minoritas yang sama. Dalam kasus Israel, ini berkaitan dengan perdamaian mulai rapuh.

Sanksi ekonomi terbaru yang dijatuhkan Uni Eropa, Liga Arab dan Turki bertujuan untuk mendesak Assad agar segera menghentikan aksi kekerasan terhadap rakyatnya sendiri. Kamis kemarin (1/12), Uni Eropa mengumumkan sanksi terhadap individu dan bisnis Suriah yang terkait dengan kekacauan di negaranya. 12 orang dan 11 perusahaan termasuk ke dalam daftar baru yang dikeluarkan Uni Eropa.

Vidi Legowo-Zipperer, afp, ap

Editor : Dyan Kostermans