1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pembicaraan Mengenai Kirgistan dalam Pertemuan OSCE

18 Juli 2010

Menlu Jerman Guido Westerwelle hadir dalam pertemuan informal para menlu anggota OSCE di Kazakhstan. Tema utama yang diajukan Westerwelle adalah situasi di Kirgistan, di mana Juni lalu sekitar 2.000 orang tewas.

https://p.dw.com/p/OOKN
Menlu Jerman Guido Westerwelle (tengah) dan Menlu Perancis Bernard Kouchner di Osh, Kirgistan(16/07)Foto: picture-alliance/dpa

Sekarang polisi dari negara-negara anggota Organisasi untuk Keamanan dan Kerjasama Eropa (OSCE) akan mengusahakan perdamaian di Kirgistan. Sebuah usulan yang diajukan Jerman dan Perancis akan disetujui OSCE dalam waktu dekat. Itu dinyatakan Sabtu (17/07) dalam rangka pertemuan OSCE oleh sejumlah anggota delegasi.

Menlu Jerman Guido Westerwelle dan Menlu Perancis Bernard Kouchner dalam pertemuan itu juga menuntut adanya penyelidikan terhadap kerusuhan berdarah yang terjadi Juni lalu. Sebuah misi polisi internasional akan dapat mendukung struktur keamanan negara di pegunungan tersebut, sehingga saling percaya dapat terwujud kembali. Demikian dikatakan keduanya. Itu juga akan menjadi dukungan bagi Presiden Kirgistan Roza Otunbayeva.

Westerwelle besucht Zentralasien
Organisasi bantuan membagikan selimut, jerigen air dan barang bantuan lain di Osh (16/07)Foto: picture alliance/dpa

Politisi Eropa yang pertama kali berkunjung ke daerah bencana di kota Osh, Kirgistan selatan adalah Menlu Jerman Westerwelle dan Menlu Bernard Kouchner. Sebulan setelah kerusuhan berdarah itu, keduanya mengadakan kunjungan di daerah tersebut. Sebelumnya Westerwelle membicarakan masalah Kirgistan dengan Presiden Uzbekistan Islam Karimov. Uzbekistan memegang peranan penting dalam pemberian bantuan kemanusiaan pekan-pekan terakhir ini.

Desakan Menlu Jerman

Di kalangan menlu OSCE Westerwelle mendesak agar organisasi itu memutuskan tindakan kongkrit. Ia mengatakan, "Kami telah berusaha, agar OSCE mendukung sebuah misi polisi dan ikut memberikan bantuan. Saya juga berusaha, agar ada penyelidikan terhadap insiden dan pertempuran, juga kekerasan di Kirgistan bagian selatan. Karena penyelidikan yang independen juga menjadi syarat, agar stabilisasi yang langgeng dapat terwujud.“

Di akhir perundingan, para menlu menyetujui pengiriman secepat mungkin misi polisi OSCE. Westerwelle dan Kouchner juga mengusulkan diadakannya KTT OSCE yang dipimpin Kazakhstan. Ini kemungkinan diadakan akhir tahun. Westerwelle juga menyampaikan sebagai syarat, bahwa ini harus menjadi KTT yang memberikan impuls.

Masalah Jalur Gaza

Israel AußenMinister Avigdor Lieberman
Menlu Israel Avigdor LiebermanFoto: AP

Dalam rangka pertemuan OSCE, Westerwelle menggunakan kesempatan untuk bertemu dengan Menlu Israel Avigdor Lieberman. Menlu Jerman itu mengkritik rencana Israel untuk menjadikan Jalur Gaza wilayah otonom sepenuhnya. "Kami tidak ingin, bahwa ide negara Palestina terancam oleh rencana Israel," demikian Westerwelle.

Ia menambahkan, jika itu terlaksana, maka akan berdiri wilayah negara Palestina yang berbeda-beda dan terpisah, juga secara politik. "Dari sudut pandang kami itu tidak menjurus pada proses perdamaian yang langgeng di Timur Tengah," demikian ditambahkan Westerwelle.

Kanselir Jerman Juga di Kazakhstan

Dossierbild 3 Merkel auf Asienreise
Kenslir Jerman Angela Merkel ketika menuruni tangga pesawat.Foto: picture alliance / dpa

Sementara itu, Kanselir Angela Merkel melanjutkan perjalanannya dari Cina ke Kazakhstan, dan tiba di negara itu hari Minggu (18/07). Di ibukota Astana ia bertemu dengan PM Karim Massimov dan Presiden Nursultan Nasarbayev yang telah memerintah secara otoriter sejak 20 tahun lalu. Dengan Nasarbayev Merkel akan membicarakan situasi di Kirgistan. Ia juga akan mengunjungi monumen pembela negara dan menghadiri forum ekonomi. Minggu malam Merkel akan kembali berada di Berlin.

Saat ini Kazakhstan menjadi ketua OSCE. Sebelumnya lama diperdebatkan, apakah negara otokratis seperti Kazakhstan layak mengambil alih pimpinan organisasi itu.

Kerstin Lohse / Marjory Linardy

Editor: Edith Koesoemawiria