1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Partai Kanan Jerman AfD Jaring Pemilih Muda Lewat TikTok

Hans Pfeiffer
4 April 2024

Semakin banyak politisi menjaring pemilih muda lewat TikTok. Di Jerman, partai anti migran AfD yang paling aktif menggunakan TikTok dan mereka cukup berhasil.

https://p.dw.com/p/4eON4
Foto ilustrasi simbol kampanye AfD
Foto ilustrasi simbol kampanye AfDFoto: Robert Michael/dpa/picture alliance

Maximilian Krah bukanlah tipikal pengguna TikTok. Pria paruh baya kulit putih ini biasanya memakai jas dan sapu tangan di saku atas, beragama Katolik, punya delapan anak. Dia politisi partai Alternative für Deutschland (AfD) yang sangat aktif membagikan klip video pendek dengan pesan-pesan singkat di TikTok.

Di kanal media sosial Tiktok dia punya ratusan ribu pengikut, menjadikannya salah satu politisi paling sukses di Jerman di platform itu. Maximilian Krah adalah kandidat utama AfD untuk pemilu Eropa Juni mendatang.

Dalam salah satu video YouTube, dia mengungkapkan antusiasmenya terhadap perjuangan Taliban melawan kelompok LGBTQ+ di Afghanistan. Dia memang kandidat AfD yang paling radikal. TikTok sempat memblokir beberapa videonya, dan membatasi kanal TikToknya bulan Maret 2024.

Kandidat AfD untuk Pemilu Eropa, Maximilian Krah
Kandidat AfD untuk Pemilu Eropa, Maximilian KrahFoto: MAX SLOVENCIK/picturedesk.com/APA/picture alliance

Menyasar pemilih muda

Menanggapi permintaan tertulis DW, juru bicara TikTok menjelaskan: "Karena pelanggaran berulang terhadap pedoman komunitas kami, kami memberi tahu pengguna bahwa video apa pun yang ia posting di masa mendatang tidak akan direkomendasikan selama jangka waktu 90 hari, sesuai dengan pedoman kami untuk akun politik."

Maximilian Krah memang secara strategis berpromosi lewat TikTok, menyesuaikan klip-klip pendeknya dengan platform tersebut: singkat, pengeditan yang cepat, mudah dimengerti, bahkan tanpa "backsound" musik apapun. Judul dan pesannya bersifat provokatif dan emosional – menggunakan bahasa untuk audiens yang lebih muda. Pesannya seperti: "Pemerintah membencimu", "Ibumu akan jadi miskin di hari tua", atau "Jangan nonton film porno".

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

Maximilian Krah bukan satu-satunya politisi AfD yang aktif di TikTok. Duet pemimpin partai, Alice Weidel dan Tino Chrupalla, juga memposting video pendek dengan jangkauan yang luas. Strategi mereka cukup berhasil. Partai yang dulu tidak terlalu populer di kalangan anak muda, sekarang mendapat banyak dukungan.

TikTok bisa menentukan hasil pemilu

Dalam wawancara dengan DW, konsultan politik dan komunikasi Johannes Hillje mengatakan dia yakin strategi AfD memang berhasil. "Tidak ada korelasi antara penggunaan TikTok dengan preferensi pemilih, tapi juga tidak bisa dibantah sepenuhnya,” ujarnya. Dalam dua pemilu negara bagian tahun 2023, AfD mendapat perolehan suara terbesar dari kalangan pemilih muda dibanding partai-partai lain. "TikTok berperan dalam hal itu,” kata Johannes Hillje.

Partai-partai besar lain di Jerman memang tidak terlalu aktif di TikTok. Meskipun politisi di negara lain, seperti Barack Obama, Presiden Perancis Emmanuel Macron, Presiden Polandia Donald Tusk dan banyak lainnya sangat sukses di media sosial dengan konten video-video pendek, tidak banyak elit politik Jerman yang melakukan itu.

Johannes Hillje menemukan bahwa setiap video yang diposting oleh anggota parlemen AfD menghasilkan sekitar 458.000 "views". Yang tertinggal cukup jauh adalah partai Kanselir Olaf Scholz, Sosialdemokrat SPD, yang hanya mencapai 72.000 "views" per video.

"Namun sekadar memposting video bukanlah strategi yang sebenarnya," kata Johannes Hillje. "Partai lain tidak bisa hanya meniru AfD dan tekniknya, namun harus menumbuhkan sentimen demokrasi dan mendasarkan komunikasi mereka pada hal tersebut,” katanya.

Hillje merekomendasikan perdebatan politik yang kuat dan komunikasi yang lebih tajam dan terfokus. Penting juga bagi politisi untuk terlihat pada tingkat individu. Jika tidak, katanya, mereka akan kehilangan generasi muda di platform seperti TikTok dan akhirnya membiarkan arena itu untuk didominasi orang-orang seperti Maximilian Krah.

(hp/as)