1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikRusia

Pemilu Rusia: Putin Menang Telak Versi Exit Polls

18 Maret 2024

Vladimir Putin dipastikan akan kembali menjabat sebagai presiden Rusia untuk kelima kalinya, setelah berhasil meraup 88% suara versi exit polls dalam pemilu. Jerman sebut kemenangan Putin tak mengejutkan.

https://p.dw.com/p/4dpew
Foto Vladimir Putin di salah satu jalanan di Kota Saint Petersbug, Rusia
Komisi Pemilihan Umum Rusia memberikan Vladimir Putin hasil yang memecahkan rekor dengan perolehan suara kurang dari 88%.Foto: Anton Vaganov/REUTERS

Presiden Vladimir Putin dipastikan bakal memenangkan pemilihan presiden Rusia, setidaknya berdasarkan hasil exit poll yang dilakukan oleh lembaga survei pemerintah.

Pada Minggu (17/03), lembaga survei pemerintah, VTsIOM, memperlihatkan hasil bahwa Putin telah menang telak, dengan perolehan 88% suara dalam pemilihan yang berlangsung selama tiga hari. Dalam pemilu ini, Putin tidak memiliki lawan yang sebanding.

Hasil survei itu sebelumnya dirilis setelah penutupan tempat pemungutan suara (TPS) di wilayah paling barat Rusia, Kaliningrad, Minggu (17/03) malam waktu setempat.

Jika kemenangan ini terkonfirmasi, jumlah 88% ini merupakan sebuah rekor untuk Putin, yang hanya memenangkan suara sebanyak 76,7% pada pemilihan presiden tahun 2018.

Mantan agen mata-mata Rusia ini juga akan menjadi pemimpin terlama Rusia dalam rentang waktu 200 tahun, mengalahkan Josef Stalin.

Putin telah berkuasa selama hampir seperempat abad, dengan kepemimpinan yang dibayangi pemberantasan terhadap mereka yang berbeda pendapat. Dan kini, Putin siap memperpanjang kekuasaannya untuk enam tahun ke depan.

Para pengamat internasional dilaporkan tidak memantau pemilu di negara yang memiliki 11 zona waktu berbeda ini.

Pemilu diwarnai dugaan serangan dari Ukraina

Pemilihan ini dilaksanakan lebih dari dua tahun setelah Putin memicu konflik yang mematikan di Eropa sejak Perang Dunia 2, yaitu invasi skala penuh ke Ukraina, yang ia perintahkan dengan dalih sebuah "operasi militer khusus”.

Selama pemilihan, beberapa wilayah Rusia diduga diserang oleh misil dan drone Ukraina yang menewaskan beberapa orang.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Usai exit poll diumumkan, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyebut Putin sebagai "diktator” yang haus kekuasaan.

"Semua orang di dunia mengetahui kalau sosok ini, seperti yang terjadi di kebanyakan cerita sejarah, benar-benar gila karena kekuasaan dan akan melakukan semua hal agar dia dapat memimpin selamanya. Tidak akan ada kejahatan yang tidak bakal dilakukannya untuk memperpanjang kekuatan pribadinya,” kata Zelenskyy lewat akun media sosial.

AS kritik pemilu tak bebas dan adil

Sementara itu, pihak Gedung Putih Amerika Serikat (AS) mengkritik pemilu Rusia sebagai pemilu yang "sangat jelas tidak bebas dan adil." Mereka beralasan bahwa "Putin telah memenjarakan lawan politiknya dan mencegah orang lain untuk mencalonkan diri menjadi penantangnya."

Dalam kesempatan terpisah, Kementerian Luar Negeri Jerman mengaku hasil pemilu tersebut "tidak mengejutkan siapa pun."

"Pemerintahan Putin bergaya otoriter, dia mengandalkan pembungkaman, penindasan dan kekerasan. ‘Pemilu' di wilayah pendudukan di Ukraina yang batal demi hukum dan merupakan pelanggaran hukum internasional,” tulis Kementerian Luar Negeri Jerman di akun resmi X.

Harian Tagesspiegel mengutip salah seorang juru bicara Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier yang menyebut bahwa Steinmeier tidak akan berkirim surat ucapan selamat kepada Putin.

Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron pun menolak hasil exit polls itu. Di akun X, Cameron menyebut "ini bukan contoh pemilu yang bebas dan adil.”

Pemilu diwarnai penangkapan di tengah aksi protes

Menurut sebuah kelompok yang memantau tindakan kekerasan terhadap perbedaan pendapat, OVD-Info, sedikitnya 80 orang ditahan karena melakukan aksi protes Minggu (17/03) yang dilakukan di seluruh Rusia.

Yulia, istri dari mendiang Navalny, juga terlihat di Kedutaan Besar Rusia di Berlin. Dia disambut sorak-sorai serta nyanyian "Yulia, Yulia."

Yulia menyebut telah menuliskan nama suaminya dalam kertas suara.

Putin sebelumnya mengaku telah menyetujui pertukaran tahanan yang termasuk mengikutsertakan Alexei Navalny sebelum diketahui tewas. Putin menyebut salah satu syarat utama dari pertukaran itu adalah sosok oposisi itu tidak akan kembali ke Rusia.

Navalny merupakan lawan politik Putin yang paling keras di Rusia. Para sekutu Navalny dan Yulia menuduh Putin telah membunuh Navalny. Hanya saja, hal ini dibantah oleh Kremlin.

Sebuah konser bakal digelas di Red Square, Moskow, pada Senin (18/03) untuk memperingati 10 tahun aneksasi Rusia terhadap semenanjung Krimea di Ukraina. Acara ini diduga nantinya bakal menjadi perayaan kemenangan Putin.

mh/gtp (Reuters, AFP)