1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

PM Thailand Tolak Batas Waktu 15 Hari

29 Maret 2010

Senin (29/03) kemarin malam waktu setempat, perdana Menteri Thailand Abhisit Vejjajiva kembali bertemu dengan pimpinan kelompok Baju Merah untuk melanjutkan pembicaraan yang telah dimulai sehari sebelumnya.

https://p.dw.com/p/MhCI
PM Thailand Abhisit VejjajivaFoto: picture alliance / dpa

Pada hari Minggu (28/3) pertemuan antara 3 pimpinan kelompok Baju Merah dan PM Abhisit Vejjajiva beserta dua penasihatnya disiarkan secara langsung melalui televisi. Tetapi kata sepakat tidak tercapai. "Kami hanya punya satu tuntutan. Yakni, pembubaran parlemen dan diadakannya pemilihan baru."Demikian pernyataan salah seorang pemimpin Baju Merah, Jatuporn Prompan. Ia memberikan batas waktu 15 hari bagi pemerintah Thailand untuk memenuhi permintaan kelompoknya.

Abhisit mengatakan, ia tidak takut akan mengadakan pemilu baru, tetapi pembubaran parlemen dikhawatirkan akan kembali menimbulkan ketidakstabilan di negaranya. "Pemerintah telah menunjukkan kesiapannya untuk mencari jalan keluar bagi kepentingan negara secara bersama. Tetapi ini tidak hanya membicarakan satu aspek saja, melainkan menyangkut kesejahteraan seluruh warga. Sebagai perdana menteri saya punya kewajiban untuk menemukan solusi yang sesuai dengan keinginan rakyat Thailand."

Abhisit kembali menegaskan hal tersebut dalam pertemuan Senin kemarin. Ia tidak keberatan akan pemilihan baru yang dipercepat dan pembubaran parlemen, tetapi tidak akan memenuhi batas waktu 15 hari yang dituntut oleh kelompok Baju Merah. Dalam perundingan yang kembali disiarkan secara langsung, Abhisit mengatakan, ia tidak punya pilihan lain. Tuntutan yang diajukan adalah hal yang tidak masuk akal. Pemilu berikutnya seharusnya baru akan diadakan bulan Desember tahun 2011.

Pada awalnya Abhisit menolak perundingan langsung dengan pihak demonstran, selama aksi demontrasi di jalanan masih terus berlangsung. Tetapi hari Minggu (28/3) lalu, ia berubah pikiran. Para pakar politik berpendapat, ini bisa jadi akibat mulai berkurangnya dukungan bagi Abhisit. Aksi demonstrasi kembali mencapai puncaknya akhir pekan lalu dengan turunnya 80 ribu pendukung berbaju merah ke pusat ibukota Bangkok. Berbagai aksi dramatis pun telah mereka lakukan untuk memaksa Abhisit berbicara langsung dengan mereka. Antara lain dengan mengelilingi barak militer tempat Abhisit bersembunyi dan menumpahkan darah mereka di gerbang kantor perdana menteri.

Selain itu, berbagai aksi kekerasan yang tidak jelas kaitannya dengan para demonstran pun terus terjadi. Hari Minggu, serangkaian ledakan terdengar dari gedung pemerintahan dan militer. Seorang perempuan terluka akibat serangan granat di rumah mantan perdana menteri Banharn Silpa-archa dan enam butir peluru ditemukan disekitarnya. Dua granat lainnya meledak dekat gedung pengadilan. Belasan orang terluka akhir pekan lalu, saat granat dilemparkan ke gerbang barak militer tempat tinggal sementara dan tempat bekerja Abhisit selama aksi protes berlangsung.

VLZ/HP/afp/rtr