1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Rejim Suriah Jangkau Oposisi di Pengasingan

6 Oktober 2011

Rusia dan Cina cegah dikeluarkannya resolusi terhadap Suriah yang menekan demonstran. Presiden Suriah terus lancarkan kekerasan terhadap oposisi, bahkan terhadap mereka yang berada di pengasingan.

https://p.dw.com/p/12n2o
Gefängnis Symbolbild Syrien, Gefängnis, Verhaftung
Gambar simbol penjara di SuriahFoto: AP/DW/Fotomontage

Sondos Sulaiman hidup di Jerman sejak hampir sepuluh tahun lalu. Perempuan itu berasal dari kota Hama. Ia terpaksa meninggalkan tanah airnya, karena giat dalam partai oposisi, yang menuntut kebebasan dan persamaan hak bagi semua warga Suriah.

Sulaiman memaparkan, "Partai yang saya dukung sifatnya sekuler, dan kami punya anggota di semua kota Suriah. Kami percaya, bahwa di negara kami, semua warga harus sama di depan hukum. Tidak peduli apa agama mereka, atau apakah mereka orang Arab, Kurdi, Sunni atau Alawi. Kita semua harus punya hak-hak sama."

Superteaser Großbildteaser ### Achtung, nicht für CMS-Flash-Galerien! ### Sondos Sulaiman, Exilsyrerin und Mitglied der syrischen Oppositionspartei "Partei für Demokratie und Modernität". Sondos Sulaiman wird von dem Assad-Regime unter Druck gesetzt, weil sie von Deutschland aus gegen das Regime opponiert. Ihr Fall wird in einem Bericht von Amnesty International vom 3. Oktober 2011 dokumentiert. Zugelifert von Bettina Marx
Sondos Sulaiman, anggota partai oposisi "Partai untuk Demokrasi dan Modernitas", yang hidup di pengasingan di Berlin.Foto: DW

Anggota Kelompok Minoritas

Perempuan muda itu termasuk kelompok minoritas agama Alawi, seperti halnya Presiden Bashar al Assad dan banyak wakil rejim lainnya. Tetapi Sondos Sulaiman tetap memerangi pemerintah Suriah, karena ia tidak ingin hak-hak istimewa, melainkan hak yang sama bagi semua orang.

Sekarang ia berjuang dari ibukota Jerman, Berlin, untuk kebebasan di Suriah. Tetapi tangan rejim Suriah juga berhasil menjangkaunya di Berlin. Lewat e-mail dan telefon ia mendapat tekanan agar menghentikan aktivitasnya. Keluarganya yang masih berada di Hama juga mengalami penindasan.

Penyiksaan Anggota Keluarga

Sondos Sulaiman memaparkan, keluarganya disiksa oleh aparat keamanan Suriah karena aktivitasnya, padahal keluarganya tidak terkait oposisi. Saudara laki-lakinya harus memberikan laporan secara teratur kepada yang berwenang tentang aktivitasnya di Jerman, juga apakah ia dapat berhubungan dengan keluarganya di Suriah. Saudara laki-laki Sondos bahkan dipaksa untuk tampil di televisi negara dan menjelek-jelekkan Sondos di depan umum.

Syrian President Bashar al-Assad attends the opening of the Extraordinary Arab League Leaders Summit in Sirte, Libya, 09 October 2010. Discussions and debates will be held as to whether the Palestinian Authority should proceed with direct talks with Israel should the Jewish state not extend the settlement building freeze in the West Bank. EPA/KHALED ELFIQI
Presiden Bashar al AssadFoto: picture alliance/dpa

Perlakuan lebih buruk harus diderita saudara laki-laki Khaled, seorang warga Suriah lain yang juga tinggal di pengasingan di Jerman. Kristina Schmidt dari organisasi pembela HAM, Amnesty International mengenal kasus itu

"Khaled bercerita, saudara laki-lakinya ditangkap setelah Khaled mengadakan aksi protes di Jerman. Saudaranya itu ditempatkan sebulan dalam sebuah penjara rahasia milik aparat keamanan Suriah. Setelah itu ia dibebaskan, tetapi karena takut ia bersembunyi," demikian ungkap Karistina Schmidt.

Kejahatan terhadap Kemanusiaan

Khaled dan Sondos hanya contoh saja. Sejak gelombang protes terjadi di Suriah, rejim Assad melancarkan tindakan brutal terhadap keluarga para pendukung oposisi yang tinggal di luar negeri. Dalam laporan terakhirnya Amnesty International mengungkap sejumlah besar kasus warga Suriah yang hidup di AS, Kanada, Chili dan Eropa. Mereka mendapat tekanan berat dan keluarga mereka di kampung halaman mengalami penyiksaan. Amnesty International memantau situasi di Suriah dengan cemas.

Kristina Schmidt menjelaskan, pemerintah Suriah melancarkan kekerasan terhadap warga yang berdemonstrasi. Mereka mengerahkan penembak jitu dan panser terhadap rakyatnya sendiri. Organisasi hak asasi itu memandang langkah rejim Assad sebagai kejahatan terhadap kemanusiaan dan harus dihukum.

In this citizen journalism image made on a mobile phone and provide by Homs Quarters Union, anti-Syrian President Bashar Assad protesters, march during a demonstration against the Syrian regime, in Homs province, Syria, on Friday, Sept. 30, 2011. Syrian security forces opened fire on protesters Friday as thousands rallied across the country to call for the downfall of President Bashar Assad's regime, activists said. Troops also clashed with armed anti-regime forces in central regions. (Foto:Homs Quarters Union/AP/dapd) EDITORIAL USE ONLY, NO SALES, THE ASSOCIATED PRESS IS UNABLE TO INDEPENDENTLY VERIFY THE AUTHENTICITY, CONTENT, LOCATION OR DATE OF THIS HANDOUT PHOTO
Aksi protes warga Suriah 30 September 2011. Foto dibuat dengan kamera di telefon seluler dan disediakan "Homs Quarters Union", persatuan demonstran anti Assad.Foto: dapd

Pembunuhan dan Penyiksaan

Sedikitnya 2.200 orang dibunuh dalam aksi protes damai terhadap pemerintah. Demikian keterangan Kristina Schmidt selanjutnya seraya menambahkan, ribuan warga Suriah, baik perempuan maupun laki-laki disiksa dan dianiaya. Dalam laporan terakhirnya, Amnesty International mendokumentasikan sedikitnya 88 orang tewas di penjara. Separuhnya terbukti tewas akibat penyiksaan. Jumlah ini sekarang sudah lebih dari 100.

Informasi itu diperoleh Amnesty Interantional dari saksi mata, pengungsi dan warga Suriah di pengasingan. Banyak berita disebarluaskan lewat internet dan telefon. Di Suriah sekarang tidak ada pengamat independen. Wartawan asing juga tidak diijinkan masuk ke negara itu.

Bettina Marx / Marjory Linardy

Editor: Andriani Nangoy