1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Satu Tahun Pasca Pemilu di Myanmar

5 November 2011

Setahun pasca pemilu di Myanmar, organisasi HAM Human Rights Watch, Jumat 4/11, menarik neraca dengan hasil membaur. Sederet kebijakan positif pemerintah sipil tidak dapat menyembunyikan pelanggaran berat HAM.

https://p.dw.com/p/135FA
epa02874977 A handout photo released by the Myanmar News Agency shows Myanmar democracy leader Aung San Suu Kyi (L) and President Thein Sein posing for a photo before their meeting at the presidential office in Naypyitaw, Myanmar, 19 August 2011. Democracy icon Aung San Suu Kyi was feted by Myanmar's pro-military government in what appeared to be a move towards approchement. Suu Kyi, who spent 15 of the past 21 years under house arrest, was invited to the capital 19 August to meet President Thein Sein, who later introduced her to his wife and family, sources said. EPA/MNA / HANDOUT HANDOUT EDITORIAL USE ONLY/NO SALES
Aung San Suu Kyi (kiri) dan Presiden Myanmar Thein SeinFoto: picture-alliance/dpa

Kekerasan terhadap warga sipil di wilayah konflik, penyiksaan tahanan politik dan proses pengadilan yang membenarkan penekanan, demikian pula pernyataan-pernyataan untuk menjalankan reformasi, menandai setahun pemerintahan sipil di Myanmar. Demikian diungkapkan pakar organisasi Human Rights Watch (HRW) Asia, Elaine Pearson di Bangkok hari Jumat (4/11).

Pada tanggal 7 November 2010, Myanmar untuk pertama kalinya sejak 20 tahun terakhir melaksanakan pemilu parlemen. Pemilu sebelumnya digelar tahun 1990. Pada pemilu itu, penerima hadiah Nobel Perdamaian Aung San Suu Kyi dan partainya Liga Nasional bagi Demokrasi (NLD) meraih kemenangan mutlak. Namun junta militer tidak mengakui hasil pemilu dan membatalkannya tahun 2008 melalui manupulasi referendum mengenai konstitusi baru.

Myanmar women prisoners walk outside Insein Prison in Yangon, Myanmar Wednesday, Oct. 12, 2011 after they were released. Myanmar has begun releasing more then 6,300 prisoners but has held back on freeing some prominent political prisoners. The releases began around the country Wednesday morning after President Thein Sein issued an amnesty for 6,359 prisoners a day earlier. (AP Photo/Khin Maung Win)
Pembebasan tahan politik MyanmarFoto: AP

Sejumlah upaya positif

Sejak Thein Sein memangku jabatan sebagai presiden sipil di Myanmar pada tanggal 30 Maret 2011, sensor media diperlonggar, sebuah komisi HAM dibentuk, sekitar 300 tahanan politik dibebaskan dan ruang gerak politik bagi pemimpin oposisi Aung San Suu Kyi dilonggarkan. Reformasi UU kepartaian dan UU pemilu yang memungkinkan NLD serta pemimpinnya Suu Kyi ambil bagian dalam pasca pemilu, juga sedang disiapkan.

Oposisi Birma atau Myanmar serta negara-negara barat mengkritik pemilu bulan November 2010 sebagai tidak adil dan dimanipulasi oleh junta militer saat itu. Kritikan antara lain meliputi larangan mencalonkan kandidat warga Birma yang berstatus atau pernah menjadi tahanan. Hanya partai-partai yang tidak memiliki anggota berlatar belakang tahanan, diijinkan mengikuti pemilu.  Kedua butir dalam UU pemilu itu disusun agar Suu Kyi dan NLD tidak dapat mengikuti pemilu, karena saat itu Suu Kyi sedang berada dalam tahanan rumah yang kemudian dicabut seminggu setelah pemilu berakhir.

***Für mögliche Ergänzungen der Karte, wie z.B. andere Sprachen, zusätzliche Orte oder Markierungskreuz, wenden Sie sich bitte an infografik@dw-world.de (-2566), Außerhalb der Bürozeiten an bilder@dw-world.de (-2555).***

Tawaran yang bisa menjadi peluang bersejarah

Sementara itu, penasehat khusus Sekjen PBB, Vijay Nambiar mengatakan pada akhir kunjungan lima harinya di Myanmar, hari Jumat (4/11) bahwa langkah hati-hati reformasi pemerintahan Myanmar menawarkan "peluang bersejarah" bagi perubahan di negeri itu.

Nambiar mengatakan, PBB merasa gembira melihat langkah-langkah yang diambil pada bulan-bulan terakhir untuk melaksanakan agenda reformasi yang dipimpin Presiden Thein Sein. Ia juga menilai positif upaya-upaya penting untuk melanjutkan dialog nasional dan rekonsiliasi. Jika diteruskan, upaya ini menawarkan kesempatan bersejarah untuk menentukan arah negara  tersebut dan kemudian memenuhi janji yang telah diberikan kepada rakyat Myanmar. Demikian dinyatakan Nambiar setelah pertemuannya dengan pejabat tinggi pemerintah Myanmar dan pemimpin gerakan pro-demokrasi Aung San Suu Kyi.

Christa Saloh (afpe/kna)                                                                                                       Editor: Dyan Kostermans