1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Sepertiga Warga Dunia Kegendutan

cp/vlz (dpa, afp, ap)30 Mei 2014

Warga obesitas mencakup sepertiga populasi dunia atau 2 miliar orang menurut studi jurnal medis The Lancet. Sejak tahun 1980 obesitas meroket di banyak negara, termasuk Indonesia yang masuk 10 besar.

https://p.dw.com/p/1C9DX
Foto: picture-alliance/dpa

Sebuah survei di 188 negara yang disusun oleh periset kesehatan Amerika Serikat dan dirilis hari Kamis (29/5/14) menyimpulkan bahwa tidak ada negara yang berhasil membalikkan tren obesitas sejak tahun 1980. Kenaikan rata-rata berat badan tertinggi bisa ditemui di Timur Tengah dan bagian utara Afrika.

Di seluruh dunia, prevalensi obesitas pada warga dewasa telah meningkat 28 persen dalam tiga dekade terakhir, dan sebesar hampir 50 persen pada anak-anak.

Kelebihan berat badan juga berujung pada 3,4 juta kematian di seluruh dunia pada tahun 2010, menurut Studi Penyakit Beban Global yang disusun oleh Institut Kesehatan dan Metrik dan Evaluasi (IHME) di Universitas Washington.

Risiko meningkat bagi anak-anak

Lebih dari separuh warga yang tergolong kelebihan bobot hidup di 10 negara, dipimpin oleh Amerika Serikat, disusul Cina, India, Rusia, Brasil, Meksiko, Mesir, Jerman, Pakistan dan Indonesia.

Hampir seperempat anak-anak di negara-negara maju dan 13 persen di negara berkembang dilaporkan kelebihan berat badan, menurut studi yang dikeluarkan oleh jurnal medis Inggris, The Lancet.

"Tingkat obesitas yang cukup tinggi pada anak-anak dan remaja terutama ditemukan di negara-negara Timur Tengah dan Afrika bagian utara, dan kebanyakan di antara mereka perempuan," catat studi tersebut.

'Segala umur dan tingkat pemasukan'

"Obesitas merupakan isu yang menyentuh warga dari segala usia dan tingkat pemasukan, dimanapun," ujar Christopher Murray, direktur IHME yang membantu mengumpulkan data pada periode 1980 hingga 2013.

"Hasilnya cukup suram," ucap Murray, sembari menambahkan bahwa terdapat bukti yang kuat terkait hubungan antara tingkat pemasukan dan obesitas, seiring bertambahnya kekayaan.

Tidak ada satu negara pun yang tercatat memiliki penurunan tingkat obesitas yang signifikan dan kenyataan ini mengindikasikan "betapa beratnya tantangan yang dihadapi," jelas Murray.

Para peneliti juga mendapati kenaikan pada jumlah penderita diabetes, serta bertambahnya penderita kanker yang berhubungan dengan berat badan seperti kanker pankreas.

Data disusun dari 188 negara

Murray, penulis utama Marie Ng dan para kolega meninjau data dari 1.700 studi lebih yang dijalani dalam waktu lebih dari tiga dekade.

Temuan yang paling mengejutkan termasuk 50 persen lebih obesitas di negara pulau Pasifik, Tonga, dan bahaya kelebihan berat badan serupa di antara separuh jumlah perempuan dari berbagai umur di Kuwait, Libya, Qatar dan Samoa.

Para penulis studi menilai target Organisasi Kesehatan Dunia WHO untuk menghentikan laju kenaikan obesitas pada tahun 2015 tampak "terlalu ambisius."

Tidak ada alasan lagi

Salah satu komentator studi, Klim McPherson dari Universitas Oxford, menyerukan motivasi internasional untuk mengubah konsumsi dan gaya hidup yang merusak dan menyebabkan penyakit jantung terkait obesitas, osteoartritis dan penyakit ginjal.

"Politisi tidak bisa lagi bersembunyi di balik ketidaktahuan dan kebingungan," tegasnya.

Selain karena gizi yang tidak sesuai dan kurang olahraga, kelebihan berat badan juga diakibatkan oleh stres, obat-obatan tertentu, kurang tidur dan kecenderungan genetik.

Periset menggunakan perhitungan berdasarkan berat badan serta tinggi. Seseorang yang kelebihan berat badan rasionya 25 atau lebih.

cp/vlz (dpa, afp, ap)