1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Serangan Bom Madrid 10 Tahun Lalu

Guy Hedgecoe12 Maret 2014

Bulan Maret 2004, jaringan kereta api di Madrid diguncang rangkaian serangan bom. 191 orang tewas dan hampir 2.000 orang cedera. Banyak orang masih trauma dengan peristiwa itu.

https://p.dw.com/p/1BNPB
Foto: picture-alliance/dpa

Setiap kali naik kereta api, Araceli Cambronero selalu dibayangi peristiwa serangan teror brutal, yang hampir merenggut nyawanya.

Tanggal 11 Maret 2004, wanita Spanyol itu sedang naik kereta api menuju stasiun Atocha di Madrid, ketika bom yang diletakkan dalam gerbong meledak. Beberapa gerbong kereta rusak dan anjlok. Puluhan orang tewas.

Serangan di kereta yang ditumpangi Cambronero adalah bagian dari serangan teror terkoordinasi terhadap empat jaringan kereta api di Madrid, yang menewaskan seluruhnya 191 orang dan hampir 2.000 orang cedera.

Secara fisik, Cambronero tidak mengalami luka-luka, tapi pengalaman traumatis itu hampir menghancurkan kehidupannya.

"Saya jadi hiperaktif dan tidak bisa tidur," tuturnya. "Saya mendapat serangan panik, susah makan dan berat badan turun 20 kilogram. Peristiwa itu menghancurkan pernikahan saya, dan saya akhirnya bercerai. Setelah itu saya kehilangan pekerjaan."

Memasuki peringatan 10 tahun serangan teror di Madrid, Cambronero masih belum punya pekerjaan. Ia mengalami kesulitan untuk membayar sewa apartemen yang menjadi tempat tinggal bersama kedua anaknya. Tapi ia sekarang merasa lebih optimis.

"Saya tidak terlalu terbebani lagi dengan peristiwa itu, saya sudah belajar hidup dengan trauma ini. Tapi setiap kali saya naik kereta api, ingatan itu datang lagi."

Teori konspirasi

Serangan bom di Madrid adalah serangan teror kedua terbesar di Eropa setelah peledakan pesawat di Lockerbie, Skotlandia tahun 1988. Serangan itu terjadi hanya tiga hari sebelum pemilu parlemen di Spanyol, yang kemudian menyingkirkan Perdana Menteri Jose Maria Aznar dari tampuk kekuasaan.

Pemerintahan konservatif Aznar dari Partai Populer (PP) ketika itu bersikeras, serangan teror itu dilakukan oleh gerakan bawah tanah ETA. Sekalipun makin banyak petunjuk bahwa aksi tersebut dilakukan jaringan jihadis, yang diduga menentang partisipasi Spanyol dalam invasi ke Irak.

Pemilihan umum akhirnya dimenangkan oleh Jose Luis Rodriguez Zapatero dari kubu sosialis. Kalangan konservatif menuduh Zapatero yang memerintah sampai 2011 telah menarik keuntungan dari serangan bom itu.

Tahun 2007, sebuah kelompok yang terinspirasi oleh jaringan Al Qaida dijatuhi hukuman penjara karena melakukan serangan bom di Madrid. Tapi kisah tentang konspirasi kelompok ETA masih tetap beredar.

Kerjasama keamanan Eropa

Fernando Reinares, analis senior dari Elcano Royal Institute, meneliti serangan bom Madrid 2004 dan mengeluarkan buku tentang hasil penelitiannya. Menurut Reinares, serangan bom itu dilakukan kelompok jihadis, karena banyak anggotanya yang ditahan polisi Spanyol beberapa tahun sebelumnya. Jadi serangan itu bukan aksi balas dendam terhadap keterlibatan Spanyol di Irak.

Tapi serangan itu akhirnya membuat lembaga keamanan di Eropa meningkatkan kerjasama mereka.

"Setelah serangan bom di Spanyol, Uni Eropa jauh lebih serius menangani penanggulangan terorisme," kata Reinares. Sebelumnya hanya ada beberapa kebijakan yang diterapkan menyusul aksi teror 11 September 2001.

Setelah serangan bom Madrid, semua negara menerapkan perubahan undang-undang anti terorisme dan memperluas kerjasama keamanan di antara negara-negara Eropa.