1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Situasi di Fukushima Semakin Gawat

31 Maret 2011

Tingkat cemaran radioaktif isotop Yodium 131 di laut sekitar PLTN Fukushima mencapai 4.500 kali lipat di atas ambang batas aman. Juga cemaran unsur radioaktif berbahaya lainnya kini dapat terukur hingga radius 40 km.

https://p.dw.com/p/10lIL
Petugas memeriksa tingkat radiasi di Kunimimachi, di utara JepangFoto: AP

Tekanan terhadap pemerintah Jepang untuk memperluas zona evakuasi semakin kuat. Kini pada radius 40 km dari PLTN Fukushima terukur cemaran isotop Cessium 137 yang dapat membahayakan kesehatan warga yang bermukim di kawasan tersebut. Organisasi pelindung lingkungan Greenpeace sudah menuntut agar zona evakuasi diperluas hingga radius 40 km. Juga Badan Energi Atom Internasional IAEA dan Badan Pengawas Keselamatan Reaktor Atom Jepang secara senada menuntut perluasan zona evakuasi.

Akan tetapi pemerintah Jepang melalui juru bicaranya, Yukio Edano, menyatakan, untuk sementara tidak akan memperluas zona evakuasi, karena belum melihat hal itu amat diperlukan.

Para pakar atom Jepang, sejauh ini juga belum dapat melacak penyebab meningkat drastisnya paparan radioaktif isotop Yodium 131 di kawasan laut dekat PLTN Fukushima. Operator PLTN, TEPCO, menduga, cemaran isotop Yodium itu berasal dari reaktor yang rusak atau dari elemen bakar di kolam pendingin. Akan tetapi sejauh ini TEPCO tidak mengakui adanya kebocoran lewat saluran pembuangan air limbah, demikian laporan kantor berita Jiji Press.

Tapi ketua dewan direksi TEPCO, Tsunehisa Katsamuta yang ditunjuk menggantikan sementara direktur jenderal TEPCO yang sakit, mengakui amat seriusnya situasi. “Situasinya amat serius. Pendinginan reaktor hingga mencapai status temperatur rendah, belum berhasil dilakukan.“

Realitasnya, hingga kini masih terus muncul dilema. Di satu sisi, reaktor atom yang rusak harus terus didinginkan menggunakan air. Sementara di sisi lainnya, air yang tercemar radioaktif ini, harus dicegah jangan sampai bocor ke laut. Tapi juga belum ditemukan pemecahan efektif, ke mana air yang tercemar radioaktif itu harus dipompa.

Walikota Okama yang termasuk prefektur Fukushima, Toshitsuna Watanabe, yang dievakuasi dan kini berada di tempat penampungan darurat, memandang masalahnya dari sisi lain. "Politik atom Jepang harus dimulai lagi dari nol. Kami juga akan membangun kembali sebuah kota tanpa PLTN."

Para pengungsi yang dievakuasi dari kawasan bencana atom Fukushima dilaporkan kondisinya kurang terurus. Lebih dari 70.000 warga diungsikan dari zona evakuasi pada radius 20 km dari PLTN Fukushima. Pekerja PLTN, Keiichi Kakuta, kepada sebuah stasiun televisi menggambarkan kondisi para pengungsi, “Kami tidak memiliki kemungkinan tidur secara nyaman. Kami tidur di lantai atau menyandar di kursi. Kami juga tidak bisa mandi dan mencuci rambut."

Sementara itu sebuah gempa susulan berkekuatan 6.0 pada skala Richter Kamis (31/03) ini kembali mengguncang kawasan bencana. Pusat gempa berada di dasar laut di provinsi Miyagi. Situasi sekitar 200.000 pengungsi, yang rumahnya hancur dilanda gempa dan tsunami yang kini berada di tempat penampungan darurat, juga dilaporkan dalam kondisi serba kekurangan. Pemasokan bahan bantuan berupa makanan, minuman dan obat-obatan masih tersendat-sendat. Ditambah lagi cuaca dingin yang terus menyerang, semakin menyengsarakan para pengungsi.

Sementara itu, jumlah korban tewas dan masih hilang akibat gempa dan tsunami hingga kini diperkirakan mencapai 28.000 orang.

Agus Setiawan/dpa/rtr/afp

Editor: Dyan Kostermans