1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Vertrauensfrage Griechenland

5 November 2011

Kesatuan politik, mata uang Euro yang stabil dan utang yang menyusut. Sinyal-sinyal inilah yang seharusnya ditonjolkan dalam pertemuan puncak Uni Eropa dan perundingan paket penyelamatan Yunani dan Euro.

https://p.dw.com/p/135ce
Greek Prime Minister George Papandreou, right, shakes hands with Greek Finance minister Evangelos Venizelos after his speech in Athens, on Friday, Nov. 4, 2011. Greece's ruling Socialists were in open revolt against their own prime minister ahead of a confidence vote Friday, in a political free-for-all over a new European plan to keep the deeply indebted country afloat. (Foto:Petros Giannakouris/AP/dapd)
PM Yunani Giorgos Papandreou (kanan) setelah dinyatakan lolos mosi kepercayaan di parlemenFoto: dapd

Tujuannya adalah untuk menenangkan pasar, memperkuat Eropa serta meredakan situasi di Athena. Sebenarnya Yunani hanya menyebabkan percikan kecil dalam krisis Euro, namun eksplosiv. Dan di Italia sudah sejak lama membara.

Greek Communist Party's members shout slogans during a protest at the Athens' main Syntagma square, on Friday, Nov. 4, 2011. About 7,000 protesters attend the rally as Greece's ruling Socialists were in open revolt against their own prime minister ahead of a confidence vote Friday, in a political free-for-all over a new European plan to keep the deeply indebted country afloat. (Foto:Thanassis Stavrakis/AP/dapd)
Rakyat Yunani berdemonstrasi menentang pakat penyelamatan EropaFoto: dapd

Seusai KTT UE dengan singkat Perdana Menteri Yunani Giorgos Papandreou mengumumkan hanya sebagian hasil pertemuan itu kepada rakyat Yunani. Yakni, penghapusan utang dan kucuran dana baru. Ia lebih banyak berbicara mengenai pengorbanan rakyat Yunani dan upaya mereka, dimana kini rakyat Yunani dapat memetik hasil dari perjuangan mereka. Tetapi pernyataan Papandreou tidak meyakinan rakyat Yunani. Ketika keputusan KTT itu diumumkan, pasar dan negara UE lainnya menyambutnya dengan baik, namun di Yunani aksi protes semakin meningkat. Raykat Yunani menentang paket bantuan Eropa. Dan oposisi mencoba mengambil keuntungan politik dari situasi tersebut.

Papandreou batalkan referendum

Motif apapun yang mendorong Papandreou untuk menggelar referendum, untuk menyetujui persyaratan paket bantuan Eropa, ada satu hal yang menjadi sangat jelas. Keresehan politik dalam negeri di negara kecil itu sempat membuat lembaga raksasa UE itu goyah. Bagi yang mengikuti ketika Kamis lalu (3/11) Yunani mengumumkan akan menggelar referendum yang sempat mengejutkan parlemen, bank, bursa dan pertemuan puncak G20, yang akhirnya dibatalkan juga oleh Papandreou, akan berkesimpulan bahwa UE sebenarnya bukan sebuah lembaga raksasa yang kuat atau sebuah kesatuan politik yang perkasa.

Greek Prime Minister George Papandreou speaks during a parliament session in Athens, Thursday, Nov. 3, 2011. Papandreou abandoned his explosive plan to put a European rescue deal to popular vote Thursday, keeping his government alive _ but passionate squabbling in Athens left the country's solvency in doubt and the eurozone in turmoil. Greek Prime Minister reversed course after a rebellion within his own Socialist party over the referendum, but ignored repeated calls to resign and call elections. (Foto:Petros Giannakouris/AP/dapd)
Papandreou di parlemen YunaniFoto: dapd

Malam menjelang Sabtu (5/11) Papandreou lolos dari mosi kepercayaaan di parlemen. Akankah ketenangan kembali ke Yunani? Nampaknya tidak. Papandreou dimusuhi oleh jajarannya sendiri. Perlu dipertanyakan apakah dalam situasi seperti ini pemerintah Yunani dapat berfungsi dengan baik? Bagaimana pemerintah Yunani kembali mendapat kepercayaan dari rakyatnya dan mitra Eropa? Nampaknya tidak akan ada perubahan.

Stabilitas UE harus dipertahankan demi kepentingan negara anggota

Kalau UE dan zona Euro membawa keuntungan, semua negara anggotanya dengan senang akan menikmati hasilnya. Negara ekspor Jerman misalnya menarik untung besar dari Euro. Begitu juga negara-negara Eropa lain mengambil keuntungan dari mata uang bersama yang stabil. Akan tetapi, jika diminta untuk berkontribusi demi stabilitas Eropa, semuanya akan menjauh. Jerman tidak bersedia untuk habis-habisan mengucurkan dana untuk paket bantuan Yunani. Perancis, memiliki kepentingan lain yaitu melindungi bank-banknya. Dan Yunani sendiri tidak bersedia memberantas korupsi yang dilakukan oleh aparat negaranya selama puluhan tahun. Italia pun tidak berbeda. Yang diperlukan di sini adalah sebuah agenda politik yang dapat meyakinkan politisi serta rakyat Eropa, bahwa Eropa yang kuat dapat mewujudkan kepentingan nasional setiap negara Eropa.

Daphne Grathwohl/Andriani Nangoy

Editor: Christa Saloh