1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Tsunami:Ancaman Maut di Samudra Hindia

8 September 2016

Tsunami tetap menjadi ancaman bencana maut bagi negara-negara yang berada di zona kegempaan Samudra Hindia. Sebagai antisipasi 24 negara gelar latihan serentak antisipasi tsunami.

https://p.dw.com/p/1JxV9
Indischer Ozean Strand Junge Tsunami Warnung Indonesien Sumatra
Foto: picture-alliance/dpa/H.Simanjuntak

Tsunami Tetap Jadi Ancaman Maut di Samudra Hindia

Tsunami tahun 2004 yang dipicu gempa Aceh dan melanda sejumlah negara di Samudra Hindia dengan lebih 230.000 korban tewas masih terpateri dalam ingatan. Bencana dahsyat semacam itu hingga kini tetap menjadi ancaman bencana maut bagi negara-negara yang berada di zona kegempaan tersebut.

Menarik pelajaran dari bencana maut 12 tahun silam, kemudian dibangun beberapa pusat peringatan dini tsunami. Sedikitnya ada tiga provider peringatan dini tsunami yang aktif meliput aktivitas kegempaan di kawasan Samudra Hindia, yakni di BMKG Indonesia, INCOIS di India dan BOM dia Australia.

Jaringan peringatan dini tsunami ini bisa mengirim pesan akurat dalam waktu hanya 5 menit ke seluruh jejaring yang terhubung. Tapi dalam prakteknya, masih terdapat kelambatan antisipasi di lembaga-lembaga pemerintahan daerah dan di kelompok masyarakat.

Latihan serempak 24 negara

Sebagai antisipasi dari berbagai kelemahan dan kendala itu, 24 negara serempak menggelar latihan antisipasi tsunami IOWaves. Selain Indonia, India, Thailand dan Sri Lanka yang menjadi korban utama hantaman tsunami 2004, juga Australia, Iran, Bangladesh, Comoro, Reunion Perancis, Mauritius, Mozambik, Afrika Selatan, Timor Leste, Tanzania dan Yaman ikut serta dalam latihan itu. Lebih 7000 petugas manajamen bencana dari 24 negara dan PBB terlibat dalam pelatihan.

Pelatihan antisipasi bencana tsunami, menurut kepala informasi kegempaan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, Iman Fatchurohman, mencakup kesiapan negara, mengurangi korban tewas akibat bencana, kerugian ekonomi dan kerusakan infrastruktur strategis penting. Iman menambahkan, dengan mengikuti prosedur standar, BMKG bisa mengirimn peringatan dini tsunami hanya dalam tempo 5 menit setelah terjadinya gempa.

"Kendalanya adalah komunikasi diantara lembaga yang terhubung dalam jejaring serta kesiapan masyarakat. Untuk mengatasi hambatan, kami perlu melakukan sosialisasi lebih mendalam lagi," ujar Iman.

Lembaga PBB untuk reduksi risiko bencana UNISDR juga terus memonitor aktivitas kerja di pusat peringatan dini tsunami di India dan Indonesia. Terutama diamati bagaimana para petugas manajemen bencana mengorganisir tugasnya serta respon lembaga terhadap potensi bencana.

as/yf(rtrtv)