1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Umar Patek Minta Maaf

7 Mei 2012

Pembuat bom yang dituduh mendalangi serangan bom Bali pada tahun 2002, Umar Patek meminta maaf kepada keluarga korban. Di pengadilan, ia menyebut peledakan itu sebagai sebuah “kegagalan besar”.

https://p.dw.com/p/14r7R
Umar Patek mengaku hanya memainkan peran kecil dalam bom Bali 2002Foto: dapd

Umar Patek didakwa sebagai figur utama dalam serangan bom Bali yang menewaskan 202 orang, sepuluh tahun lalu.

Dalam pengadilan hari Senin (07/05), Umar Patek yang berusia 45 tahun, dan terancam hukuman mati, tampil penuh emosi dan sambil terbata-bata mengatakan bahwa ia hanya memainkan peranan kecil dalam serangan itu.

“Saya ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk meminta maaf kepada korban, keluarga korban dan siapapun dang menderita kerugian termasuk pemerintah Indonesia” kata Patek sebelum mengulangi lagi permintaan maaf itu di hadapan wartawan dan menjabat tangan jaksa penuntut.

“Saya sangat sedih dan menyesal atas kejadian itu, karena sejak awal saya menentang. Saya tidak pernah setuju dengan metode mereka” kata Patek.

Umar Patek ditangkap di kota yang sama dengan tempat persembunyian Osama bin Laden, Abbottabad di Pakistan. Penangkapan Patek terjadi empat bulan sebelum penggerebekan Bin Laden oleh pasukan khusus Amerika yang berakhir dengan kematian gembong teroris tersebut.

Bom Bali kegagalan besar

Umar Patek menyebut aksi bom Bali sebagai sebuah “kegagalan besar“. Ia mengatakan bahwa rencana pemboman dibuat di rumah Dulmatin, gembong teroris yang mati terbunuh dua tahun silam.

“Alasannya adalah untuk balas dendam atas pembunuhan muslim di Palestina, tapi orang-orang yang terbunuh tidak ada kaitannya dengan Palestina“ kata Patek dalam tiga jam kesaksiannya di pengadilan negeri Jakarta Barat.

Saat ide untuk melaksanakan aksi bom Bali muncul, Patek mengaku keberatan. “Saya mempertanyakan kenapa di Bali? Jihad seharusnya dilakukan di Palestina. Tapi mereka mengatakan tidak tahu bagaimana bisa sampai ke Palestina” kata Patek sambil menambahkan “Dulmatin meminta kepada saya agar jangan terlalu banyak berpikir, bantu saja…”

Patek diduga menggunakan peralatan rumah tangga sederhana termasuk sendok nasi untuk merakit bom Bali, yang menurut dakwaan pengadilan dimasukkan ke dalam lemari arsip dokumen biasa.

“Terdakwa mengisi bubuk bahan peledak ke dalam empat lemari arsip, sementara Dulmatin yang membuat sirkuit elektronik bom” demikian isi dakwaan yang juga menyebutkan bahwa “Bersama ahli pembuat bom Dr. Azahari Husin, tokoh teroris asal Malaysia, Umar Patek merakit kabel detonator, lalu memasukkan lemari dokumen berisi mesiu itu ke dalam mobil”.

Namun, di pengadilan hari Senin (07/05), Patek mengaku bahwa perannya dalam bom Bali tidak lebih dari sekedar mencampurkan bahan peledak. ”Saya membantu mencampur bahan kimia” sambil menambahkan bahwa “Azahari yang memasang bom. Mereka memasukkan bahan peledak itu ke dalam mobil sementara saya tinggal di dalam ruangan dan membaca al-Qur'an.”

Dituduh bertemu Bin Laden

Patek dituduh sebagai ahli pembuat bom di Jamaah Islamiyah (JI), organisasi jaringan teroris Asia Tenggara yang terkait al-Qaeda. Ia juga dituduh terlibat rangkaian pemboman gereja di Jakarta yang dikenal sebagai teror bom Natal pada tahun 2000.

Selama proses persidangan, terungkap fakta bahwa Osama bin Laden pernah memberikan uang sebesar 30 ribu Euro kepada JI untuk melaksanakan aksi jihad di kawasan Asia Tenggara.

Patek juga disebut kemungkinan sempat bertemu bin Laden di Abbottabad, tempat di mana pasukan komando Amerika beberapa bulan kemudian menggerebek dan membunuh gembong teroris tersebut.

Namun Patek membantah tuduhan tersebut. “Saya tidak tahu tentang sumber dana“ kata Umar Patek sambil menambahkan “Demi Tuhan, saya tidak pernah bertemu dengan orang bernama Osama bin Laden“.

ab/ as (afp)