1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Uni Eropa Sepakat Perangi Kenaikan Harga Energi

21 Oktober 2022

Presiden Dewan Eropa Charles Michel mengatakan bahwa para pemimpin Uni Eropa telah sepakat untuk bekerja sama memerangi kenaikan harga energi. Namun, konsensus pembatasan harga gas belum mencapai kata mufakat.

https://p.dw.com/p/4IUyy
Foto simbolik kenaikan harga energi
Para pemimpin Uni Eropa tidak sepakat dengan pembatasan harga gas EropaFoto: Marijan Murat/dpa/picture alliance

Presiden Dewan Eropa Charles Michel mengatakan pada Jumat (21/10) pagi bahwa para pemimpin Uni Eropa telah "sepakat bekerja sama mengambil tindakan" untuk memerangi kenaikan harga energi.

Ke-27 pemimpin negara Uni Eropa berkumpul pada pertemuan puncak yang berlangsung selama dua hari di Brussel, dengan tujuan untuk mengatasi situasi berbeda antar negara-negara Eropa dalam memerangi krisis energi di benua itu.

Pertemuan itu berlanjut hingga Jumat (21/10) pagi, dikarenakan adanya perbedaan pendapat antara beberapa negara yang belum dapat dijembatani. Namun, kata mufakat masih belum tercapai pada solusi pembatasan harga gas Eropa.

Terlepas daripada itu, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan dalam KTT Uni Eropa, mereka telah membuat rencana strategis atau "peta jalan yang solid untuk terus bekerja menangani topik harga energi" tersebut.

Solusi pembatasan harga gas masih sulit diterima

Setidaknya 15 dari 27 negara di KTT Uni Eropa kali ini turut mendukung solusi pembatasan harga bersama untuk gas Eropa, agar dapat membantu menekan biaya hidup.

Jerman dan Prancis berada di pihak yang berlawanan dalam perdebatan batas harga gas. Berlin menganjurkan untuk menunda solusi itu karena dikhawatirkan pasokan gas akan teralihkan ke pasar Asia dan mengurangi insentif untuk menghemat energi.

"Kami telah membuat kesepakatan," kata Kanselir Jerman Olaf Scholz setelah pertemuan.

"Kami telah menyebutkan parameter yang tepat, yang dapat digunakan menteri energi untuk mengambil tindakan terperinci yang konkret dengan suara bulat," jelas Scholz.

Kanselir Jerman itu juga menambahkan bahwa para pemimpin Uni Eropa dapat mengadakan pertemuan lagi jika para menteri energi yang direncanakan akan bertemu di Luksemburg pada hari Selasa (25/10), belum dapat mencapai kesepakatan.

Sementara itu, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan, "peran kami adalah memastikan bahwa adanya persatuan Eropa dan Jerman merupakan bagian daripada itu."

"Ini jelas tidak baik juga untuk Jerman ataupun Eropa jika mereka mengisolasi negaranya sendiri," tambah Macron menjelang pertemuan puncak. "Cukup penting jika pada proposal yang merupakan subjek pengambilan kesepakatan itu, kita dapat mengambil suara bulat."

Pemimpin lain yang menentang proposal tersebut adalah Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban, satu-satunya pemimpin Uni Eropa yang mempertahankan hubungan hangatnya dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.

"Pembatasan harga gas ini seperti pergi ke bar dan meminta bartender bahwa Anda ingin membayar setengah harga untuk bir Anda. Jelas tidak akan pernah terjadi," unggah Orban dalam cuitannya di Twitter.

Jalan tengah: Tawarkan kompromi

Akibat dari perbedaan pandangan yang begitu luar biasa di antara para pemimpin di KTT Uni Eropa kali ini, mereka telah menyetujui untuk membahas lebih lanjut mengenai rencana strategis energi Eropa, yang disebut-sebut sebagai suatu pencapaian tersendiri.

Untuk saat ini, Komisi Eropa telah mengusulkan agar tiap negara menyatukan pembelian gas mereka dan juga menawarkan kompromi yang akan memungkinkan mekanisme perbaikan harga dapat membantu situasi terkini yang begitu luar biasa.

"Ada begitu banyak pekerjaan di masa mendatang," kata Perdana Menteri Belgia Alexander De Croo. "Kami mendorong diri kami ke wilayah yang belum dipetakan, di mana kami belum memiliki banyak pengalaman."

kp/ha (AFP, dpa, AP)