1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

300811 Japan Noda

30 Agustus 2011

Pemilihan perdana menteri baru Jepang hanya formalitas. Setelah mundurnya Naoto Kan Jumat (26/08), Selasa (30/08), anggota majelis rendah dan tinggi parlemen di Tokyo memilih Yoshihiko Noda sebagai perdana menteri baru.

https://p.dw.com/p/12PrY
Yoshihiko Noda, beberapa saat sebelum dipilih majelis rendah sebagai perdana menteri Jepang, Selasa (30/08)Foto: dapd

Selama ini di Jepang Yoshihiko Noda dikenal sebagai politisi yang selepas kerja masih mau keluar makan malam dengan pegawai-pegawainya dan tidak menolak minum sake. Hari Selasa (30/08),  pria berusia 54 tahun itu dilantik sebagai perdana menteri Jepang ke-6, untuk masa jabatan lima tahun. Noda menggantikan Naoto Kan yang mengundurkan diri hari Jumat (26/08).

Noda dikenal sebagai pembela disiplin anggaran rumah tangga. Ia antara lain menentang kuatnya nilai mata uang Yen, guna memberi kekuatan baru bagi ekonomi Jepang. Noda ingin menurunkan hutang negara dan bahkan untuk itu bersedia menaikkan pajak. "Reformasi sistim perpajakan dan sistim sosial adalah tugas yang tidak dapat dihindari. Penting untuk mempersiapkan dengan baik rencana reformasi ini. Tentu saja sulit menjelaskan hal itu kepada publik. Tapi kami adalah partai pemerintah dan oleh sebab itu bertanggung jawab terhadap orang lain."

Pernyataan menjelang pemilihannya itu langsung menggambarkan pribadinya. Noda ingin berbicara terbuka mengenai masalah negaranya. Hal itu sampai pada rakyat yang mengenal Yoshihiko Noda. Tapi belum banyak yang mengenalnya, karena sebagai menteri keuangan ia jarang tampil. Namun sebagai perdana menteri situasi itu akan berubah.

Dan berbeda dengan pendahulunya Kan, Noda mampu berpidato yang membangkitkan semangat. "Politisi perlu visi, keinginan kuat, rasa antusias dan jiwa yang hangat.  Di kalangan masyarakat saat ini banyak rasa tidakpercaya terhadap politik, karena kurangnya faktor-faktor tersebut."

Hal yang diperlukan Yoshihiko Noda adalah jajak pendapat yang bagus di kalangan penduduk, bagi partainya yang terpecah. Sekitar dua tahun lagi di Jepang akan digelar pemilu baru. Selama ini partai pemerintah DPJ, seperti halnya partai pemerintah terdahulu, cepat mengganti pos perdana menteri jika sosok baru menjanjikan popularitas lebih besar. Noda tidak hanya harus memimpin partainya sendiri tapi juga membutuhkan dukungan pihak oposisi, untuk misalnya meloloskan anggaran tambahan ketiga melalui parlemen.

Senin (29/08),  Yoshihiko Noda sudah melakukan pembicaraan dengan pimpinan partai oposisi terbesar. Dalam tema politik atom Noda mengandalkan energi terbarukan, tanpa memutuskan keluar dari energi nuklir. Dalam politik luar negeri selama ini perdana menteri baru Jepang itu masih belum begitu dikenal.

Peter Kujath/Dyan Kostermans

Editor Hendra Pasuhuk