1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

[No title]

20 April 2016

Menyambut hari Bumi dan hari Kartini, pekan ini #DWNesia mengangkat topik tentang perjuangan perempuan dan perlindungan bumi.

https://p.dw.com/p/1IYqh
Indonesien Waldbrände
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry

Salam hangat, Sahabat #DWNesia.

Menyambut Hari Bumi yang jatuh tanggal 22 April, tema kita pekan ini adalah kepedulian terhadap Bumi, yang menjadi rumah kita. Berkenaan dengan peringatan Hari Kartini, kami juga mengangkat profil perempuan-perempuan hebat yang melindungi Bumi dan lingkungannya.

Lebih dari 120 negara sepakat menandatangani perjanjian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk memerangi pemanasan global dan perubahan iklim. Di berbagai belahan dunia, dampak dari pemanasan global sudah terasa. Di antaranya penyusutaan gletser di pegunungan Alpen, Swiss, kenaikan permukaan air laut di seluruh dunia akibat mencairnya lapisan es di Antartika dan Greenland, topan badai, gagal panen besar-besaran akibat kemarau panjang, kepunahan berbagi spesies, termasuk terumbu karang, akibit meningkatnya suhu dan kadar asam air laut. Di Indonesia berbagai dampak itupun terasa.

Para peneliti masalah perubahan iklim di Indonesia, melihat kebakaran hutan menjadi biang keladi meningkatnya emisi gas rumah kaca secara signifikan. Dalam rubrik #DWNesia pekan ini, pakar perubahan iklim Kuki Soejachmoen yang selama puluhan tahun bergulat dengan isu ini menyampaikan peringatannya sekaligus rekomendasi dalam memerangi pemanasan global di tanah air.

Suzanti Sitorus yang merupakan salah satu garda terdepan Indonesia saat bernegosiasi di tatatan internasional dalam isu perubahan iklim, memandang belum terlambat bagi Indonesia untuk mengambil langkah dalam memerangi pemanasan global. Namun dibutuhkan komitmen tinggi baik dari pemerintah pusat, daerah, masyarakat dan semua pihak terkait dalam perubahan iklim.

Dalam rangka hari Kartini, pekan ini #DWNesia didominasi penulis perempuan, sekaligus mengangkat peran perempuan-perempuan hebat di tanah air. Di antaranya perjuangan para Perempuan Kendeng. Para petani perempuan asal pegunungan Kendeng tersebut baru-baru ini datang ke jakarta berunjuk rasa.

Dalam aksi itu mereka mengecor kakinya sendiri dengan semen, sebagai bentuk protes petani terhadap pendirian pabrik PT Semen Indonesia. Mereka memilih menyemen kaki sebab protes yang kerap digelar di tenda-tenda Kendeng tak juga didengar. Keberadaan pabrik semen tidak hanya menghancurkan lingkungan dan sumber daya alam, pertanian dan sumber mata air, tapi juga membelenggu hidup masyarakat lokal.

Perjuangan seorang perempuan penolong harimau-harimau Sumatera yang terluka juga menjadi inspirasi dalam memperingati Hari Bumi dan Hari Kartini.

Lindungi Bumi, majulah perempuan Indonesia.

Kami tunggu tanggapan Anda di facebook DW Indonesia dan twitter @dw_indonesia. Sertakan tagar #DWNesia dalam mengajukan pendapatmu. Salam #DWNesia.