1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Abbas Bertandang ke Gedung Putih

10 Juni 2010

Hari Rabu, Presiden Palestina Mahmud Abbas bertamu ke Gedung Putih. Sang tuan rumah, Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengetahui banyak musuh tamunya di gedung itu terkait sulitnya proses perdamaian dengan Israel.

https://p.dw.com/p/NmuZ
Mahmud Abbas dan Barack ObamaFoto: AP

Kita tidak dapat membayangkan pertemuan Presiden Palestina Mahmud Abbas dan Presiden AS Barack Obama tanpa mempertimbangkan apa yang terjadi selama ini. Pekan lalu seharusnya Perdana Menteri Israel yang bertandang ke Gedung Putih. Namun kunjungan itu dibatalkan, setelah Israel menyerang kapal bantuan Turki yang tergabung dalam konvoi kemanusiaan untuk Gaza. Akibat insiden itu sembilan orang tewas, diantaranya seorang pemuda Amerika Serikat. Masih banyak pertanyaan yang belum terjawab dibalik peristiwa itu.

Barack Obama und Palästinener Präsident Mahmoud Abbas in Washington
Barack Obama dan Mahmud Abbas di gedung PutihFoto: AP

Berkaitan dengan masalah itu Obama dan Abbas mengadakan pembicaraan. Abbas terutama ingin mengetahui sejauh mana AS berperan sebagai kekuatan pelindung Israel. Hingga kini AS belum mengecam operasi militer Israel tersebut, karena Washington merasa belum memiliki banyak informasi mengenainya. Meski demikian, Obama dengan jelas membuat pernyataan di hadapan media, Amerika Serikat berdiri dibelakang Dewan Keamanan PBB, yang mendesak agar peristiwa serangan tersebut harus diselidiki secara menyeluruh dan investigasinya harus dilakukan berdasarkan standar internasional:

„Saya sudah mengatakan pada Israel secara langsung: disini terletak kepentingan Israel, untuk memastikan agar semua orang mengetahui dengan jelas apa yang telah terjadi. Dengan demikian tidak terjadi lagi. Dan kita harapkan agar standar penyelidikan yang dituntut Dewan Keamanan PBB ditaati.“

Tiga Tahun Blokade Diberlakukan

Protest Türkei Gaza Blockade
Protes terhadap pemblokiran Jalur GazaFoto: AP

Sudah tiga tahun, yaitu sejak tahun 2007 Israel memblokade total akses menuju Jalur Gaza. Blokade itu dilakukan dengan alasan mencemaskan gerakan radikal Hamas akan meningkatkan persenjataan dengan bantuan dari negara-negara Arab dan meneror Israel. Apakah alasan blokade secara total tersebut dapat dibenarkan atau tidak, Obama tak mengatakan apa-apa, namun AS secara implisit juga tidak menyatakan dukungan tanpa syarat bagi Israel.

„Bagi kami, terlihat seharusnya ada jalan untuk terkonsentrasi pada penyelundupan senjata, ketimbang pemblokiran keseluruhan. Kemudian pertama-tama memberi izin bagi pengiriman pasokan bahan bantuan bagi Gaza.“

Pertanyaannya kini, bagaimana dapat membangun kerangka lain yang berbeda dari blokade yang saat ini diterapkan. Karena tidak ada keraguan bagi Obama, bahwa warga Jalur Gaza harus tetap dapat tercukupi kebutuhannya dan memperoleh jasa pelayanan, termasuk juga disediakan pula peluang kerja:

„Dengan demikian maka kaum ekstremis dapat diisolasi dan tak punya alasan untuk melakukan aksi kekerasan. Maka dari itu, keamanan Israel juga dapat terjaga. Saya yakin Presiden Palestina Mahmud Abbas setuju dengan hal itu dan memahami bahwa tidak diizinkan lagi penembakan roket dari Jalur Gaza ke Israel. Tetapi untuk jangka panjang kita hanya dapat memecahkan masalah apabila sebuah negara Palestina berdiri berdampingan dengan aman dengan Israel. Masalah-masalah yang ada di depan kita merupakan akibat karena persoalan besarnya belum terpecahkan.“

Abbas tak banyak berkomentar, sehingga orang –orang tak tahu apakah Abbas merasa kutipan pidato Obama tadi benar adanya. Hanya saja: untuk melakukan perundingan damai langsung dengan Israel , dari pihaknya „tidak mengajukan persyaratan“. Mereka menghendaki langkah maju harus tercapai.

Silke Hasselmann/Purwaningsih

Editor : Agus Setiawan