1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KesehatanGlobal

Ahli Virologi: Varian Omicron Bukan Flu Biasa

Alex Berry
31 Desember 2021

Ahli virus yang pertama kali menemukan Omicron, Wolfgang Preiser, kepada DW mengatakan tentang peningkatan pesat kasus COVID-19. Dia memprediksi banyak orang akan terinfeksi varian baru tersebut.

https://p.dw.com/p/4516c
Masyarakat Afrika Selatan mengantre untuk mendapatkan vaksinasi
Varian Omicron pertama kali ditemukan di provinsi terpadat di Afrika Selatan, seperti Gauteng, Johannesburg, dan PretoriaFoto: Jerome Delay/AP Photo/picture alliance

Ahli virologi Afrika Selatan, Wolfgang Preiser, yang pertama kali menemukan varian Omicron, memperingatkan sifat virus tersebut yang sangat menular dalam sebuah wawancara dengan DW pada hari Kamis (30/12).

"Dengan varian ini, tidak mungkin untuk lolos dari infeksi," kata Preiser kepada DW.

Ahli virologi itu "sangat optimis" dengan penurunan drastis dalam jumlah kasus yang terdeteksi di Afrika Selatan, salah satu negara yang pertama kali dilanda varian Omicron.

"Mungkin Omicron sedikit kurang ganas dari strain sebelumnya," kata Preiser. "Namun, kami masih melihat ada pasien meninggal karenanya," dia memperingatkan.

'Mustahil' lolos dari infeksi Omicron

Varian Omicron pertama kali ditemukan pada November lalu dan sejak saat itu memecahkan rekor jumlah infeksi di beberapa negara Eropa, termasuk Prancis di mana infeksi harian melampaui 200.000 kasus.

Laporan awal tentang varian tersebut menunjukkan bahwa Omicron memiliki efek yang lebih ringan daripada varian virus lainnya, para ilmuwan telah memperingatkan bahwa lonjakan kasus dapat dengan mudah membanjiri layanan kesehatan.

"Ini bukan pertanyaan tentang virus flu biasa, mungkin bergerak ke arah itu dan bisa menjadi kabar baik," jelas Preiser.

 Wolfgang Preiser
Ahli virologi Afrika Selatan, Wolfgang PreiserFoto: DW/A. Kriesch

"Namun, kabar buruknya adalah bahwa dengan varian ini hampir tidak mungkin untuk lolos dari infeksi," tambahnya.

"Kami telah melihat seberapa cepat penyebarannya dan seberapa cepat jumlahnya meningkat,” kata ahli virologi itu, seraya memperingatkan bahwa banyak pasien tidak menunjukkan gejala dan masih dapat membawa dan menularkan penyakit.

"Saya akan mengatakan bahwa selama beberapa bulan ke depan, mayoritas penduduk akan mendapatkannya (terinfeksi Omicron)," katanya kepada DW.

Mengikuti contoh Afrika Selatan

Peningkatan kasus tajam yang terjadi di beberapa negara Eropa dan Amerika Serikat, sama seperti yang terjadi di Afrika Selatan, kata Preiser, tetapi peningkatan kasus ini tidak disertai dengan meningkatkannya jumlah rawat inap.

"Kami sangat khawatir selama perayaan Natal, karena dimulai pada akhir November di sini, kami kemudian mencatat jumlah kasus parah yang dirawat di rumah sakit," kata Preiser kepada DW.

"Dan untungnya, jumlah infeksi kami telah mencapai puncaknya sehingga kami sekarang berada dalam tren penurunan yang jelas," tambahnya. "Dan untungnya tingkat rawat inap kami turun secara signifikan, kami telah melihat jumlah kasus parah yang tidak banyak."

Namun, dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa kebanyakan orang di Afrika Selatan di beberapa daerah telah terinfeksi virus corona selama setahun terakhir dan mungkin sudah memiliki antibodi.

(bh/ha)