1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KonflikAsia

Ancaman Hamas Eksekusi Sandera dan Hubungan Biden-Netanyahu

10 Oktober 2023

Israel mengungkap, pihak Hamas menahan setidaknya 100 orang sandera di Gaza. Sementara itu, Menhan Israel pastikan pemerintah bakal blokade pangan dan bahan bakar ke Jalur Gaza.

https://p.dw.com/p/4XKHA
Tentara Israel dengan roket dan peralatan militer
Israel mengerahkan pasukannya ke dekat perbatasan Israel dan Palestina di Jalur GazaFoto: Ilia Yefimovich/dpa

Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan bahwa pihaknya tengah bekerja sama dengan Israel dalam "upaya pemulangan sandera”.

Dalam sebuah pernyataan usai bertemu dengan tim keamanan nasional di Gedung Putih, Biden meyakini kelompok Hamas kemungkinan turut menahan warga AS saat menangkap sejumlah pihak dari Israel ke Gaza.

"Saya sudah memerintahkan tim untuk bekerja sama dengan rekan dari Israel dalam segala aspek krisis penyanderaan, termasuk berbagi informasi intelijen dan mengerahkan para ahli dari seluruh jajaran pemerintah AS untuk berkonsultasi dan memberikan saran kepada rekan-rekan Israel dalam upaya pemulangan sandera,” kata Joe Biden.

Menurut data dari Kementerian Luar Negeri Israel Eli Cohen, pihak Hamas saat ini tengah menawan setidaknya 100 orang sandera.

Hamas disebut mengancam untuk mengeksekusi mati para tawanan jika militer Israel kedapatan menyerang kawasan Palestina "tanpa peringatan sebelumnya”.

Eli Cohen juga memperingatkan agar Hamas tidak melukai para sandera, hal itu menurut Cohen merupakan kejahatan perang yang "tak bisa dimaafkan”.

Hisbullah-Israel baku tembak

Kelompok Hisbullah yang berbasis di Lebanon menembakkan sejumlah roket dan mortar ke kawasan Israel utara pada Senin (09/10) kemarin lantaran Hisbullah mengaku ada tiga orang anggotanya yang tewas akibat penembakan Israel.

Dalam pernyataannya, Hisbullah mengaku telah menyerang dua pos Israel di kawasan Galilee.

Sementara itu, pihak militer Israel mengatakan bahwa mereka telah mengidentifikasi adanya sejumlah "peluncuran” dari Lebanon ke Israel tanpa adanya korban jiwa. Israel mengaku membalas serangan itu dengan tembakan artileri ke arah Lebanon.

Baku tembak terjadi setelah sebelumnya Israel menggempur Lebanon selatan, menyusul serangan lintas batas yang diklaim kelompok Jihad Islam Palestina bahwa mereka ikut bertempur dengan Hamas sejak penyerangan Sabtu (07/10).

Situasi Israel-Hamas uji hubungan Biden-Netanyahu

Presiden AS Joe Biden dan Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu memiliki hubungan yang terbilang tak nyaman sebagai sekutu. Hubungan keduanya bakal diuji dengan adanya rencana Israel untuk melancarkan serangan darat ke Jalur Gaza, Palestina.

Sebagai seorang Presiden, Joe Biden sering menjanjikan bantuannya terhadap negara Israel dan Palestina. Sejumlah pejabat menyebut Biden telah membawa topik itu dalam setiap percakapan dengan Netanyahu, seraya meminta agar Israel menghentikan perluasan permukiman Yahudi di Tepi Barat.

Setelah serangan Hamas akhir pekan lalu, Biden mengesampingkan perbedaan pandangannya itu dalam sejumlah percakapan telepon dengan Netanyahu. Biden mengatakan bahwa pihaknya bakal memberikan Israel "segala hal yang dibutuhkan” untuk memerangi Hamas, kata seorang pejabat senior di pemerintahan AS.

Biden memastikan Netanyahu bantuan "kokoh” AS, sambil bergegas memperkuat persenjataan Israel dan mengirimkan sebuah kapal induk untuk merapat ke wilayah Israel sebagai bentuk dukungan utamanya.

Dalam pernyataan publiknya, Biden belum mengatakan bahwa Israel harus menahan diri dalam respons militernya atau menyatakan keprihatinan AS terhadap Palestina, yang sering kali menjadi bagian dari respons Gedung Putih terkait krisis sebelumnya.

Gaza Kembali Membara

"Presiden menekankan bahwa tidak ada pembenaran apapun terhadap terorisme dan semua negara harus bersatu dalam menghadapi kekejaman brutal seperti itu,” kata pernyataan Gedung Putih soal telepon kedua Biden kepada Netanyahu pada Minggu (08/10).

Rasa cemas meluasnya perang

Biden juga telah mengarahkan timnya untuk menghubungi rekan di Teluk dan negara tetangga demi mencegah lingkaran serangan ini menjadi perang yang lebih luas. Terlebih lagi dengan kelompok Hisbullah yang dicegah untuk membuka front kedua di perbatasan utara Israel.

Ahli luar negeri memprediksi, meskipun Biden terlihat memberikan Netanyahu kebebasan saat ini, perbedaan kebijakan masih tetap ada. Bahkan, Biden dapat mengubah arah kebijakan jika korban tewas di Gaza meningkat dan pertempuran berlarut-larut.

"Pada akhirnya, jika konflik berlarut-larut hingga seminggu atau berbulan-bulan, sejumlah sekutu AS bakal kehilangan kesabaran dan secara terbuka akan menyerukan supaya konflik segera diakhiri. Pada saat itu, Anda mungkin akan melihat AS kembali ke Israel untuk mencoba meyakinkan Yerusalem untuk mengakhiri konflik,” kata Mantan Wakil Intelijen Nasional Pemerintah AS untuk Timur Tengah, Jonathan Panikoff.

Biden juga menghadapi tantangan potensial untuk mengamankan pemulangan sejumlah warga AS yang hilang, atau ditahan oleh Hamas sebagai sandera.

Di dalam negeri, Biden menghadapi tekanan dari segala lini, dengan kelompok garis keras Partai Republik di Kongres. Biden dituduh telah memberanikan Iran dengan kesepakatan pertukaran tahanan baru-baru ini. Tentunya hal ini dibantah keras oleh ajudan Biden.

"Jika Presiden Biden dapat bertahan untuk Ukraina selama yang diperlukan, saya harap Presiden Biden juga dapat berdiri untuk Israel selama mungkin,” kata Senator Partai Republik Tom Cotton.

Sementara itu, rekan sesama anggota Partai Demokrat sebelum serangan itu juga sempat meminta Biden untuk kelayakan Israel untuk mendapatkan paket bantuan militer bernilai miliaran dolar tiap tahunnya. Sebaliknya, dia meminta agar Biden berbuat lebih banyak untuk Palestina.

mh/rs/yf (Reuters, AFP, AP, DPA)