1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Apakah Anda Rentan Bunuh Diri?

Hannah Fuchs23 Januari 2014

Obat anti depresi punya efek bisa memperbaiki suasana hati, akan tetapi pada kasus-kasus tertentu obat ini malah bisa membuat orang punya pikiran untuk bunuh diri. Solusi bagi orang-orang ini adalah tes darah.

https://p.dw.com/p/1AvR0
Foto: picture-alliance/dpa

Sejak tahun 2005, Amerika Serikat, Kanada, dan beberapa negara di Eropa menyertakan peringatan pada obat anti depresi bahwa dengan meminum obat ini, pasien depresi bisa rentan terhadap resiko bunuh diri.

Sejak penyertaan peringatan tersebut pada obat anti depresi, “Bunuh diri sering kali terjadi“, kata Andreas Menke, psikiater Max-Planck-Institut München. Penyebabnya bukan dari akibat samping yang ditimbulkan oleh obat itu, akan tetapi karena obat tersebut jadi jarang diresepkan dan dipakai semenjak disertakannya peringatan pada obat itu.

Mengukur resiko bunuh diri dalam darah

Menke dan rekan kerjanya bertanya-tanya, apakah resiko bunuh diri bisa diukur melalui perubahan-perubahan yang terjadi dalam tubuh manusia?

Dalam sebuah studi, ia dan teman-temannya meneliti hampir 400 orang pasien depresi. Pertama-tama, setiap pasien depresi tersebut akan diukur tingkat keparahan depresi serta resiko bunuh diri mereka. Dalam jangka waktu 2 minggu perawatan menggunakan obat tersebut, pasien-pasien tersebut akan diawasi perkembangannya. Hasilnya, beberapa pasien menyatakan, pikiran untuk bunuh diri tak pernah muncul sebelum dan selama perawatan, akan tetapi beberapa pasien lainnya menyatakan mereka tiba-tiba mempunyai pikiran untuk bunuh diri.

“Sebagian besar pasien itu sangat terkejut dengan pikiran mereka dan berbicara tentang hal itu“, kata Menke. Terkadang pertanyaan-pertanyaan khusus diperlukan, karena bagi mereka- sebagai penderita pikiran-pikiran semacam itu sangat tak nyaman.

Dengan melakukan pemeriksaan pada darah, Menke dan rekan-reannya bisa mendeteksi perubahan-perubahan yang terjadi pada gen para pasien depresi itu. Hasilnya kemudian diperbandingkan satu sama lain. “Kami menemukan hampir 100 macam penanda gen yang bervariasi, yang berbeda pada dua kelompok pasien tersebut dan yang berkaitan dengan efek samping yang muncul“, kata Menke.

Dr. med. Andreas Menke
Dokter Andreas MenkeFoto: Max-Planck-Institut für Psychiatrie

Setelah melakukan studi pada pasien lain “Dengan kemungkinan lebih dari 90 persen, kami bisa mengidentifikasi: ini pasien yang kiranya akan mempunyai pikiran untuk melakukan bunuh diri atau -tidak, jika ia dirawat menggunakan obat anti depresi“, Jelas Menke.

Bisa diawasi dengan lebih baik

Perusahaan asal Amerika, Sundance Diagnostics ingin menjual produk Test-Resiko Bunuh Diri mereka ke pasar. “Pertama-tama Test ini akan dibagikan kepada para psikiater”, kata Menke. Jika hasil studi ke tiga ini kembali berhasil, maka Test-Resiko Bunuh diri ini bisa dijual di pasar. Sehingga pada prinsipnya, seperti yang dikatakan oleh para ilmuwan, Test-Resiko Bunuh Diri ini bisa digunakan pada setiap pasien depresi.

Jika hasil Test-Resiko Bunuh Diri pada seorang pasien adalah –positif, maka pasien tersebut bisa diberi peringatan bahwa ia, kemungkinan akan punya pikiran bunuh diri setelah meminum obat anti depresi. Sehingga dokter yang merawat bisa sejak awal memberikan terapi yang cocok.