1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Bentrokan di Bangkok

14 Mei 2010

Kekerasan kembali menguasai kota Bangkok. Tentara Thailand terlibat bentrok dengan demonstran baju merah, Jumat (14/05) saat mencoba menguasai lokasi unjuk rasa di jantung kota Bangkok. Seorang wartawan asing tertembak

https://p.dw.com/p/NNky
Tentara menghadang demonstran di Lumpini Park, pusat kota Bangkok.Foto: AP

Ketegangan meliputi ibukota Bangkok. Tentara menembakkan peluru karet dan gas air mata ke arah demonstran di sejumlah jalan yang mengitari kawasan belanja Bangkok yang diduduki demonstran selama hampir 6 pekan. Kantor berita AFP menyebutkan, Jumat ini, sedikitnya 1 orang tewas dan 20 luka-luka.

Sementara Reuters mengutip laporan RS dan saksi mata bahwa sejak bentrokan pecah Kamis malam, sedikitnya dua orang tewas dan 10 luka-luka, termasuk tiga jurnalis. Seorang di antaranya wartawan Kanada yang bekerja untuk stasiun televisi France 24.

Para pengamat mengatakan, kemungkinan perpecahan antara polisi yang setia terhadap mantan PM Thaksin, seperti halnya demonstran baju merah, dan militer membuat situasi makin sulit untuk meredam kekerasan. Menggarisbawahi hal itu, seorang polisi Thailand menembakkan peluru pada tentara saat memberi perlindungan kepada demosntran, seperti dialporkan saksi mata. Juru bicara kepolisian membantah kejadian tersebut.

Juru bicara pemerintah Thailand Panitan Wattanayagorn mengatakan Jumat ini dalam wawancara dengan CNN, setiap aksi kekerasan akan diselidiki. "Insiden apapun akan diselidiki. Terjadinya kekerasan sangat disesalkan dan kami sedang menyelidikinya. Kami tidak menetapkan kebijakan yang mengijinkan petugas melakukan hal seperti itu. Kami beroperasi di bawah perintah tegas berdasarkan hak asasi manusia dan standar inernasional dan hal ini sudah dijalankan selama operasi beberapa minggu ini," katanya.

Bentrokan jalanan Jumat ini menyusul serangan Kamis malam terhadap ribuan demonstran yang menduduki kawasan bisnis di sekitar Jalan Ratchaprasong sejak awal April. Tembakan dan ledakan terdengar di kawasan Taman Lumpini, dimana anggota Front Bersatu Demokrasi Menentang Kediktatoran, UDD, membangun barikade dari ban dan bambu untuk mencegah tentara masuk. Kepala keamanan UDD, Mayor Jendral Khatiyya Sawasdipol ditembak di kepala saat diwawancara oleh wartawan asing dan segera dilarikan ke RS terdekat. Jumat ini para dokter mengatakan, Khatiya, lebih dikenal dengan nama panggilannya Seh Daeng, berada dalam kondisi kritis dan tampaknya tidak akan bertahan. Granat yang dilemparkan ke demonstran semalam juga menewaskan Chartchai Bualao, berusia 25 tahun, dan melukai 32 orang lainnya.

Juru bicara pusat operasi darurat, Kolonel Kaewkamnerd mengatakan dalam konferensi pers, pihaknya tidak memerintahkan pembunuhan terhadap Seh Daeng. Perintah datang hanya untuk menghentikan aliran listrik, pasokan air dan pengambilan sampah di lokasi protes di Ratchaprasong. Berminggu-minggu, kawasan itu menjadi kota di dalam kota, dengan ratusan tenda di jalan-jalan dan kamar mandi umum serta warung makanan untuk memenuhi kebutuhan demonstran. Sebagian besar pengunjuk rasa datang dari kawasan miskin di Thailand utara. Mereka mendukung mantan PM Thaksin Sinawatra yang dinilai berpihak pada kaum miskin. Protes baju merah bertujuan mendesak pemerintahan PM Abhisit Vejjajiva untuk membubarkan parlemen dan mengadakan pemilu baru. Abhisit menawarkan pemilu 14 November dengan syarat lokasi protes dikosongkan. Demonstran menolak angkat kaki dan Abhisit menarik kembali tawaran pemilu. Jumat ini para pemimpin gerakan protes baju merah menyerukan agar tentara mundur, namun demonstran bertekad tetap melanjutkan unjuk rasa.

Renata Permadi /rtr/afp
Editor: Hendra Pasuhuk