1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KesehatanEropa

COVID-19: WHO Desak Negara Kaya Tunda Vaksin Booster

5 Agustus 2021

Negara-negara kaya harus membantu yang lebih miskin untuk mengakses vaksin COVID-19 sebelum memberikan suntikan booster kepada warganya sendiri, kata WHO. Namun, AS menolak gagasan itu.

https://p.dw.com/p/3yYoz
Suntikan vaksin COVID-19
Beberapa negara Barat dan banyak negara Timur Tengah lainnya telah memulai, atau akan memulai, suntikan booster vaksin COVID-19Foto: JAVIER BARBANCHO/REUTERS

Kepala Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus, pada Rabu (04/08) mendesak negara-negara kaya untuk menunda pemberian suntikan penguat (booster) vaksin COVID-19.

"[WHO] menyerukan penundaan booster hingga setidaknya akhir September untuk memungkinkan setidaknya 10% dari populasi setiap negara divaksinasi,'' kata Tedros.

Pernyataannya ini dibuat setelah Amerika Serikat (AS), Jerman, Prancis, Israel, dan banyak negara Timur Tengah lainnya memulai, atau akan memulai, suntikan booster vaksin COVID-19. Suntikan booster banyak diberikan untuk mengekang penyebaran varian delta yang sangat menular.

Namun, pada Rabu (04/08), AS menolak disebut melakukan ‘'pilihan yang salah'‘ karena memberikan suntikan booster daripada membantu negara lain.

"Kami yakin kami bisa melakukan keduanya dan kami tidak perlu membuat pilihan itu," kata Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki. 

Data kasus harian terbaru COVID-19 di beberapa negara tiap satu juta penduduk
Data kasus harian terbaru COVID-19 di beberapa negara tiap satu juta penduduk

Apa lagi dikatakan WHO?

"Saya memahami kepedulian semua pemerintah untuk melindungi rakyatnya dari varian delta," kata Tedros.

"Namun, kami tidak bisa menerima negara-negara yang telah menggunakan sebagian besar pasokan vaksin global, untuk menggunakan lebih banyak lagi."

Katherine O'Brien, Direktur Vaksin Imunisasi dan Biologi di WHO, mengatakan kepada wartawan bahwa sangat penting untuk memvaksinasi kelompok berisiko sebelum program booster dimulai. "Kita perlu fokus pada orang-orang yang paling rentan, paling berisiko terkena penyakit parah dan kematian, untuk mendapatkan dosis pertama dan kedua," katanya.

 O'Brien juga mengatakan bahwa masih harus dibuktikan apakah memberikan suntikan booster kepada orang yang sudah divaksinasi lengkap benar-benar meningkatkan kekebalan sampai batas tertentu.

 "Buktinya terus berkembang. Kami belum memiliki bukti lengkap tentang apakah ini diperlukan atau tidak,'' kata O'Brien.

Negara mana yang meluncurkan program booster?

Pekan lalu, Israel memulai kampanyenya untuk memberikan dosis booster kepada kelompok usia di atas 60 tahun di tengah naiknya kasus COVID-19 yang dipicu oleh varian delta.

AS menandatangani kesepakatan pada bulan Juli untuk membeli 200 juta dosis vaksin BioNTech/Pfizer yang kemungkinan akan digunakan untuk suntikan booster dan kepada pediatri.

Para menteri kesehatan Jerman pada Senin (02/08) dengan suara bulat menyetujui rencana untuk mulai memberikan suntikan penguat vaksin pada bulan September kepada lansia dan warga yang berisiko terhadap COVID-19.

Prancis juga mengumumkan pada pertengahan Juli bahwa suntikan booster akan ditawarkan kepada kelompok rentan yang pertama kali divaksinasi pada Januari dan Februari tahun ini.

Inggris juga sedang mempertimbangkan untuk meluncurkan kampanye vaksinasi booster.

pkp/ha (AP, Reuters)