1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Dunia Sambut Pengunduran Diri Mubarak

12 Februari 2011

Dunia internasional menyambut pengunduran diri Presiden Mesir Hosni Mubarak. Di antaranya Dewan Keamanan PBB, Pemerintah Amerika Serikat, Uni Eropa, Jerman, serta negara tetangga Israel dan wilayah Palestina.

https://p.dw.com/p/10GGv
Koran Mesir yang bertajuk "Rakyat Mencopot Rezim", di Lapangan Tahrir, Kairo, Mesir, Sabtu (12/02).
Koran Mesir yang bertajuk "Rakyat Mencopot Rezim", di Lapangan Tahrir, Kairo, Mesir, Sabtu (12/02).Foto: AP

Bukan hal biasa bila Dewan Keamanan PBB keluar dari agenda pertemuan sebenarnya. Tapi sejarah baru Jumat (11/02) kemarin yang berasal dari revolusi jalanan di Mesir, membuat pertemuan ke-15 negara anggota Dewan Keamanan PBB bertema "Perdamaian dan Keamanan Internasional" di New York, juga membahas era baru di Mesir.

Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki Moon dalam kesempatan di Dewan Keamanan mengatakan, "Sangat penting bahwa hak asasi manusia dan kebebasan rakyat dihormati tanpa batas. Saya menghargai keputusan sulit Mubarak, yang menyangkut kepentingan rakyat Mesir."

Menteri Luar Negeri Jerman Guido Westerwelle dalam kesempatan yang sama juga menyambut keputusan Mubarak. Dikatakannya, "Kami menyambut gembira bahwa kini terbuka jalan bagi awal baru politik dan harus menuju arah demokrasi yang mewajibkan perdamaian di dalam negeri dan di luar negeri."

Reaksi Uni Eropa dan Amerika Serikat

Mantan Presiden Mesir Hosni Mubarak (ka.) dan Presiden Amerika Serikat Barack Obama (ki.).
Mantan Presiden Mesir Hosni Mubarak (ka.) dan Presiden Amerika Serikat Barack Obama (ki.).Foto: AP/picture-alliance/dpa/Montage DW

Sementara itu perwakilan tertinggi Uni Eropa menyambut lega keputusan Mubarak untuk mundur. Namun di sisi lain, mereka khawatir bagaimana militer akan memimpin Mesir, apakah pemilu demokratis akan dilaksanakan di Mesir dan dengan standar apa pemilu itu akan digelar. Uni Eropa berharap, setidaknya mereka bisa mendapatkan pengaruh positif terhadap masa depan Mesir.

Utusan tinggi urusan luar negeri Uni Eropa Catherine Ashton mengatakan pada warga dan militer Mesir, "Sebelumnya saya ingin mengatakan pada rakyat Mesir, saya sangat salut terhadap harga diri dan ketenangan, yang ditunjukkan dalam beberapa bulan terakhir ini dan bagaimana pesannya disampaikan dan diwujudkan dengan nyata. Pada mereka yang kini memiliki tugas untuk menjaga periode peralihan, saya mengatakan, kami punya harapan besar, bahwa mereka mewujudkan impian rakyat. Saya juga mengatakan pada mereka bahwa Uni Eropa menawarkan dukungan. Kami memiliki sejarah, pengetahuan, dan pengalaman dalam pembangunan demokrasi dan kami menawarkan orang-orang di Mesir dan mereka yang memimpin Mesir di masa peralihan.“

Bagi Presiden Amerika Serikat Barack Obama, Kairo mewujudkan visinya untuk melakukan revolusi damai dan demokratis. Dikatakannya, "Sebagian besar orang dalam beberapa hari terakhir ini menemukan bahwa mereka memang berharga. Tidak ada lagi yang bisa direnggut dari mereka, tidak akan. Ini merupakan kekuatan harga diri manusia, yang tidak dapat disangkal."

Reaksi di Israel dan Wilayah Palestina

Reaksi di Yaman, sebuah poster bertuliskan "Selamat pada bangsa Arab, Mubarak telah mundur".
Reaksi di Yaman, sebuah poster bertuliskan "Selamat pada bangsa Arab, Mubarak telah mundur".Foto: picture-alliance/dpa

Turunnya Hosni Mubarak dari jabatan presiden Mesir juga disambut gembira di wilayah Palestina. Ratusan orang turun ke jalan di Ramallah, daerah Tepi Barat Yordan, mengibarkan bendera Mesir dan membunyikan klakson mobil. Di Jalur Gaza juga ditemui situasi serupa. Ribuan orang terpaku di depan layar televisi dan ketika berita tentang mundurnya Mubarak ditayangkan, kembang api disulut, dan bendera Hamas dikibarkan dari jendela mobil.

"Ini merupakan hal yang luar biasa. Rakyat Mesir telah membuktikan bahwa mereka mampu melakukan perubahan, di tengah rumitnya situasi politik, yang akhirnya justru memicu mundurnya Mubarak. Tapi rakyat telah menang," kata seorang warga Palestina.

Sementara itu Israel, yang sudah lama merupakan sekutu Hosni Mubarak, menyambut dengan kekhawatiran. Mantan menteri Benyamin Ben Eliezer, yang merupakan teman lama Mubarak, mengatakan bahwa hari Kamis lalu (10/02), berbicara lewat telepon dengan Mubarak selama 20 menit. Dikatakan Ben Eliezer, Mubarak menyinggung pernyataan Presiden Barack Obama, bahwa Amerika Serikat berbicara tentang demokrasi dan tidak tahu apa yang dibicarakannya. Konsekuensinya, seperti yang dikatakan Mubarak kepada Ben Eliezer, ekstremisme dan radikalisme akan berkembang di kawasan.

Luky Setyarini/dpa/ap/afp/rtr/Ed. Dyan Kostermans