1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Embargo Akan Picu Krisis Teluk Persia

Klaus Dahmann23 Januari 2012

Para Menteri Luar Negeri negara-negara Uni Eropa, hari Senin (23/1) menggelar pertemuan di Brussels, Belgia, untuk membahas embargo minyak Iran. Bagi pengamat, langkah ini dianggap akan memicu krisis di Teluk Persia.

https://p.dw.com/p/13oD9
Iran diperkirakan akan menyerang balik jika dikenai embargo minyakFoto: AP

Setiap hari, Iran mengekspor sekitar 2,5 juta barrel minyak. Lebih dari tiga perempat devisa Teheran diperolah dari penjualan minyak dan gas. Pakar politik, Profesor Zibakaram dari Universitas Teheran menilai "Jika dengan segala cara anda mencegah agar Iran tidak memperoleh pendapatan, artinya anda menyatakan perang. Karena anda telah menghancurkan keberadaan rejim Islam Iran.“

Tahun lalu, Iran mendapat 75 milyar dollar dari penjualan minyak dan gas. Berapa banyak yang dipakai untuk mengembangkan program nuklir? hingga kini masih belum jelas. Tapi yang pasti, negara-negara barat khususnya, yakin bahwa Teheran telah menggunakan uang minyak untuk mengembangkan senjata nuklir. Menteri Luar Negeri Inggris, William Hague mengatakan "Kami ingin mencegah penyebaran senjata nuklir di Timur Tengah. Karena ini bisa memicu perlombaan senjata dan membuat keberlanjutan perjanjian non proliferasi senjata nuklir menjadi sebuah tanda tanya.”

Presiden Prancis Nikolas Sarkozy, telah menjamin akan melakukan segala cara untuk mencegah intervensi militer atas Iran. Ia menyebut, hanya ada satu jalan keluar "Kita butuh langkah yang lebih kuat, sanksi yang lebih tegas melarang penjualan minyak Iran dan membekukan aset Bank Sentral Iran”.

Sekitar 20 persen ekspor minyak Iran ditujukan kepada sejumlah negara anggota Uni Eropa. Terutama ke Spanyol, Italia dan Yunani. Bagi Yunani, minyak Iran hampir tak tergantikan. Krisis membuat Athena membeli minyak dengan cara berhutang kepada Teheran. Masalahnya: siapa yang akan menyuplai kebutuhan minyak Yunani yang kini sedang dilanda krisis?

Bagaimana dengan Iran? Profesor Zibakaram dari Universitas Teheran meyakini "Iran bisa mengatasi hilangnya pasar Eropa“

Akan menjadi dramatis, jika embargo dilakukan para pembeli minyak besar Asia. Sekitar 60 % minyak Iran dibeli oleh Cina, Jepang, India dan Korea Selatan. Amerika Serikat telah menyerukan kepada empat negara itu untuk mengambil langkah yang sama: mengembargo minyak Iran. Tokyo dan Seoul kemungkinan akan mengikuti keinginan Washington.

Namun, India punya sikap lain. Menteri Luar Negeri Rajan Mathai, menegaskan bahwa negaranya hanya terikat dengan PBB "India karena itu akan tetap membeli minyak dari Iran”.

Juru Bicara Menteri Luar Negeri Cina, Liu Weimin bersikap lebih diplomatis: masalah Iran tidak bisa diselesaikan melalui sanksi. Cina mengaku sangat prihatin. Pada saat bersamaan, Beijing meneken kontrak pembelian minyak dengan Arab Saudi.

Sebagai penghasil minyak terbesar, Arab Saudi bisa menaikkan produksi hingga 2,5 juta barrel per hari untuk menyuplai minyak ke negara-negara yang selama ini membeli dari Iran. Sebuah langkah yang dikecam oleh Teheran.

Iran adalah sebuah negara dengan penduduk 75 juta jiwa. Ekonomi negara itu lumpuh, inflasi tinggi dan nilai mata uangnya turun drastis mendekati setengah dari sebelumnya, jika dibandingkan dollar atau euro selama setahun terakhir. Karenanya, tak banyak pilihan bagi Teheran, kata Profesor Zibakaram "Untuk bertahan, rejim akan melakukan serangan balik. Satu-satunya yang logis dan merupakan senjata alami Iran, adalah dengan memblokade selat Hormuz“

Jika langkah itu benar-benar diambil Teheran, Washington sejak jauh hari secara jelas telah mengatakan bahwa itu telah melewati batas. Dalam bahasa sederhana, itu bisa berarti perang.

Andy Budiman

Editor: Hendra Pasuhuk