1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
BencanaAfganistan

Gempa Afganistan Tewaskan 1.000 Orang

23 Juni 2022

Gempa bermagnitudo 6,1 telah menyebabkan kehancuran di kawasan tenggara Afganistan. Upaya evakuasi menjadi kendala yang sulit di tengah banyak korban yang masih terperangkap di tengah puing-puing reruntuhan.

https://p.dw.com/p/4D632
Gempa Afganistan
Gempa menyebabkan banyak rumah warga di wilayah tenggara Afganistan rusak parahFoto: Ebrahim Nooroozi/AP Photo/picture alliance

Korban tewas akibat gempa di Afganistan pada Rabu (22/06) mencapai 1.000 orang. Menurut otoritas yang menangani kebencanaan, lebih dari 600 orang terluka dan jumlah itu diperkirakan akan bertambah seiring informasi yang datang dari desa-desa terpencil di kawasan pegunungan.

Gempabermagnitudo 6,1 terlah menyebabkan rumah-rumah warga rata dengan tanah dan membuat sejumlah orang terjebak di bawah puing-puing yang berada di daerah-daerah terpencil. Hingga saat ini belum ada data pasti mengenai berapa jumlah orang hilang yang terjebak di puing-puing akibat gempa tersebut.

Evakuasi yang sulit

Seorang pekerja kesehatan dan bantuan dalam penyelamatan gempa ini menyebut kondisi evakuasi korban gempa terkendala oleh hujan lebat, tanah longsor dan banyak desa terletak di daerah lereng bukit yang tidak dapat diakses.

"Banyak orang masih terkubur di bawah tanah. Tim penyelamat Imarah Islam telah tiba dan dengan bantuan penduduk setempat berusaha mengeluarkan korban tewas dan luka-luka,"  ungkap seorang petugas kesehatan yang tidak ingin identitasnya disebutkan. Saat ini ia bertugas di sebuah rumah sakit di provinsi Paktika yang dilanda gempa.

Gempa Afganistan
Diperkirakan banyak korban yang masih terjebak dalam puing-puing bangunanFoto: AP Photo/picture alliance

Melakukan operasi penyelamatan akan menjadi ujian besar bagi otoritas Islam garis keras Taliban, yang mengambil alih negara itu Agustus lalu setelah dua dekade perang dan telah terputus dari banyak bantuan internasional karena sanksi. Kementerian pertahanan yang dipimpin Taliban memimpin upaya penyelamatan.

Loretta Hieber Girardet dari kantor pengurangan risiko bencana Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan upaya untuk memberikan bantuan dan menyelamatkan orang-orang yang terperangkap di bawah puing-puing akan menghadapi tantangan besar karena medan dan cuaca.

"Jalan-jalannya buruk bahkan pada waktu-waktu terbaik sehingga operasi kemanusiaan yang dilakukan akan segera ditantang oleh kurangnya akses mudah ke daerah itu,” ungkapnya. Ia menambahkan bahwa hujan yang dikombinasikan dengan gempa menciptakan risiko longsor bagi pekerja kemanusiaan. Kantor kemanusiaan PBB mengatakan pihaknya mengerahkan tim kesehatan medis dan menyediakan pasokan medis.

Pejabat kementerian dalam negeri, Salahuddin Ayubi, mengatakan jumlah korban tewas kemungkinan akan meningkat "karena beberapa desa berada di daerah terpencil di pegunungan dan akan membutuhkan waktu untuk mengumpulkan rinciannya."

Gempa paling mematikan dalam 20 tahun

Gempa hari Rabu adalah yang paling mematikan di Afganistan sejak 2002. Gempa itu terjadi sekitar 44 km dari kota tenggara Khost, dekat perbatasan dengan Pakistan, kata Survei Geologi AS (USGS).

Guncangan dirasakan oleh sekitar 119 juta orang di Pakistan, Afganistan dan India, kata Pusat Seismologi Eropa-Mediterania (EMSC) di Twitter, tetapi tidak ada laporan segera mengenai kerusakan atau korban di Pakistan. EMSC menyatakan gempa berkekuatan 6,1 skala Richter, meskipun USGC mengatakan gempa itu berkekuatan 5,9.

Sebagian besar kawasan Asia Selatan berada di dalam lempeng tektonik yang dikenal sebagai lempeng India mendorong utara ke lempeng Eurasia. Hal ini menyebabkan potensi gempa akan rentan terjadi. Pada tahun 2015, gempa bumi melanda timur laut Afganistan yang terpencil, menewaskan beberapa ratus orang di Afganistan dan Pakistan utara di dekatnya.

Paktika jadi lokasi terparah

Sebagian besar kematian yang dikonfirmasi berada di provinsi timur Paktika, di mana 255 orang tewas dan lebih dari 200 terluka, ungkap kementerian dalam negeri Afganistan. Di provinsi Khost, 25 orang meninggal dan 90 orang dibawa ke rumah sakit.

Pakar bencana dan pekerja kemanusiaan mengatakan daerah perbukitan miskin yang dilanda gempa sangat rentan, dengan tanah longsor dan rumah-rumah yang dibangun dengan buruk menambah kerusakan yang meluas.

"Kami semua tidur di rumah... dan ruangan itu menimpa kami," kata Gul Faraz saat menerima perawatan luka bersama istri dan anak-anaknya di sebuah rumah sakit di Paktika. Beberapa anggota keluarga telah terbunuh, katanya. "Semua rumah di daerah kami hancur, tidak hanya satu, tetapi seluruh wilayah telah hancur."

Rumah Tahan Guncangan

Banjir yang baru-baru ini terjadi di banyak daerah, yang telah memblokir jalan raya dan menjadi tantangan tersendiri dengan proses evakuasi. Afganistan juga bergulat dengan krisis ekonomi yang parah. Menanggapi pengambilalihan Taliban tahun lalu, banyak negara memberlakukan sanksi pada sektor perbankan Afganistan dan memotong miliaran dolar dalam bantuan pembangunan.

Namun, bantuan kemanusiaan terus berlanjut dari badan-badan internasional seperti Perserikatan Bangsa-Bangsa. Seorang juru bicara kementerian luar negeri mengatakan Taliban akan menyambut bantuan internasional.

Presiden AS Joe Biden mengarahkan Badan Pembangunan Internasional AS dan mitra pemerintah federal lainnya untuk menilai opsi tanggapan AS, kata Gedung Putih. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan PBB sepenuhnya dimobilisasi, menilai kebutuhan dan memberikan dukungan awal. "Kami mengandalkan komunitas internasional untuk membantu mendukung ratusan keluarga yang terkena bencana terbaru ini. Sekarang saatnya untuk solidaritas," katanya dalam sebuah pernyataan.

rs/pkp (reuters)