1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Geng Motor Dukung Komunitas Muslim di Christchurch

21 Maret 2019

Komunitas keagamaan sampai geng motor turun tangan berikan dukungan moral bagi komunitas Muslim di Christchurch, Selandia Baru.

https://p.dw.com/p/3FQUx
Neuseeländische Biker führen den Haka vor, um die Opfer der Schießereien in Christchurch zu ehren
Foto: Reuters/J. Campbell

Salah seorang pendeta yang juga anggota geng motor bersama kelompoknya siap lindungi warga Muslim yang ingin bersalat di taman masjid Al Noor, Rabu (20/3) lalu.

 "Kami di sini karena cinta, sebab cinta lebih besar daripada kebencian. Malam ini kami ada untuk muslim whanau kami”, ujar pendeta Derek Tait menggunakan bahasa Maori, whanau yang berarti keluarga besar".

Tarian haka yang dibawakan secara masif oleh warga menjadi momentum besar di hari itu. Ratusan orang tua dan muda, dari anak sekolah hingga geng motor bersatu dalam tarian suku Maori ini. Tarian haka biasa ditampilkan dengan beragam tujuan, misalnya untuk mengintimidasi lawan di pertandingan olah raga, merayakan pernikahan atau sebagai ungkapan duka cita.

Pendeta Tait juga mengimbau agar aksi solidaritas dari masyarakat Selandia Baru ini tidak hanya sampai hitungan bulan bahkan minggu. "Kita mulai di sini dan lanjutkan bahwa kita mantap melawan apapun bentuk kebencian”, tegasnya diikuti ramai riuh tepukan tangan.

"Masyarakat Selandia Baru sangat peduli kepada kami. Kami benar-benar bersama dalam situasi ini", ujar Nuha Asad, salah seorang warga yang kehilangan suaminya dalam peristiwa penembakan masjid. „Ini membuat kami sedikit bahagia dalam kepedihan", tambahnya.

Jacob Lee Skilling, salah satu warga yang juga hadir dengan bangga memperlihatkan tato terbaru di betis kirinya. Kulit yang memerah dari perihnya jarum tato masih terlihat. Gambar seorang wanita muslim dengan penutup wajah menjadi pilihan Skilling. "Mereka adalah kita” tertulis di atas gambar wanita itu bersama seekor burung merpati.

Pria berusia 27 tahun ini berujar ia baru saja memutuskan membuat tato tersebut pada pagi hari di hari yang sama. "Pada akhirnya kita adalah satu ras”, ujarnya kepada AFP. "Terlepas dari pilihan agama, warna kulit, hitam dan putih. Semua itu bukanlah perkara, kita sesama manusia, kita sama-sama mendapat berkat”, tambah Skilling.

Selama beberapa hari terakhir pasca penembakan brutal yang menewaskan 50 orang di masjid Al Noor, Jumat (15/3) lalu, warga Muslim salat di taman sekitaran masjid. Sementara itu, kini juga banyak gereja yang membuka pintunya bagi komunitas Muslim untuk bersalat di sana.

Ed.: ga/ml (AFP)