1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Ekonomi

Jokowi Ibaratkan Perang Dagang Seperti Film Avengers

12 September 2018

"Tenanglah," kata Jokowi setengah berkelakar, "saya dan rekan Avengers lainnya akan bangkit mencegah Thanos melumat separuh populasi Bumi," Ucapannya itu sontak mengundang gelak tawa di Forum Ekonomi Dunia dan ASEAN.

https://p.dw.com/p/34ial
Indonesien Weltwirtschaftsforum & ASEAN in Hanoi, Vietnam | Joko Widodo, Präsident Indonesien
Foto: Laily Rachev/Biro Pers Setpres

Presiden Joko Widodo mengundang tawa saat mengandaikan perang dagang global ibarat film atau komik the Avengers berjudul "Infinity War." Hal tersebut disampaikannya dalam Forum Ekonomi Dunia tentang ASEAN di Hanoi, Vietnam, Rabu (12/9)

"Apa yang terjadi dengan perekonomian dunia saat ini adalah bahwa kita sedang mengarah ke 'infinity war'," ujarnya. Saat ini Amerika Serikat sedang melancarkan perang tarif dengan Cina. Presiden Donald Trump belum lama ini mengancam akan menggandakan pajak bea cukai terhadap produk buatan Cina, di luar pajak cukai senilai 50 milyar Dolar AS yang telah dijatuhkan terhadap Cina tahun ini.

Baca Juga: Hindari Tarif AS, Perusahaan Cina Ramai-ramai Hengkang ke Luar Negeri 

Presiden Jokowi mengatakan perang dagang hanya akan menghambat pertumbuhan ekonomi global dan berpotensi mengancam standar kemakmuran milik milyaran penduduk di seluruh dunia. "Tapi yakinlah, saya dan rekan Avengers yang lain akan bangkit mencegah Thanos melumat separuh populasi dunia," imbuhnya merujuk pada tokoh jahat di film 'Infinity War'

Namun ia buru-buru menambahkan tidak bermaksud menyinggung seseorang ketika menganalogikan perang dagang dengan film tersebut. "Thanos berkeyakinan bahwa untuk sukses, yang lain harus kalah. Dia mewakili persepsi keliru bahwa kebangkitan suatu kaum berarti kehancuran kaum lainnya," imbuhnya di hadapan Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong, dan pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi, Jokowi

"Anda mungkin bertanya-tanya siapa Thanos?" tanya Jokowi. "Thanos bukan satu orang, tapi di dalam diri kita semua," katanya.

Forum Ekonomi Dunia tentang ASEAN di Hanoi fokus membahas bagaimana negara-negara Asia Tenggara menghadapi "revolusi industri keempat" yang membidik digitalisasi dan otomasi produksi. Fenomena ini dikhawatirkan bisa mengancam model manufaktur yang berbasis pertumbuhan dan biaya murah.

Baca Juga: Studi: Proyek Infrastruktur Cina Pangkas Kesenjangan di Asia dan Afrika

Indonesia dan Vietnam yang menikmati pertumbuhan pesat saat ini sudah mengalami digitalisasi industri yang membantu menciptakan lapangan kerja baru, tapi juga melumat pekerjaan berkualifikasi rendah. Terlebih teknolgi cetak tiga dimensi saat ini sudah mulai menggeser buruh di sentra-sentra produksi.

Sebaliknya di negara-negara ekonomi bawah seperti Kamboja, Laos dan Myanmar masih kesulitan mengejar ketertinggalan dari jiran di ASEAN. Ketiga negara saat ini masih mengupayakan pemerataan akses komunikasi seluler agar bisa mendorong perubahan.

rzn/ap (dpa, ap)