1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kepala Iklim UE Jelang COP26: Kita Harus Lebih Ambisius!

Marina Strauss | Rosie Birchard
28 Oktober 2021

Kepala urusan iklim UE Frans Timmermans dalam wawancara dengan DW mendesak pemimpin global membuat kebijakan iklim yang lebih ambisius. Selain itu, ia juga berbicara tentang pendanaan iklim bagi negara-negara miskin.

https://p.dw.com/p/42F3B
Kepala Uni Eropa urusan Iklim Frans Timmermans
"Kita perlu berbuat lebih banyak. Kita harus lebih ambisius!" kata Frans Timmermans kepada DWFoto: Stephanie Lecocq/REUTERS

Wakil Presiden Eksekutif Komisi Eropa untuk Kebijakan Hijau dan Iklim Frans Timmermans mengatakan bahwa akan lebih baik bila seluruh pemimpin negara hadir dalam KTT Iklim COP26 di Glasgow pada 31 Oktober mendatang. Hal itu ia utarakan merespons niatan presiden Rusia dan Cina yang disebut-sebut hanya akan mengirimkan utusan ke konferensi.

Para kritikus khawatir para pemimpin negara lain mungkin akan gagal mencapai kesepakatan berarti untuk planet ini tanpa kehadiran kedua pemimpin tersebut.

"Tetapi yang lebih penting dari kehadiran para pemimpin adalah komitmen mereka untuk mengatasi krisis iklim, komitmen mereka untuk mengurangi emisi,” kata Timmermans saat diwawancara oleh koresponden DW Marina Strauss di Brussels.

"Semua pemimpin ini telah membuat pernyataan yang relatif berani dalam beberapa bulan terakhir. Jadi mari kita lihat apa yang akan terjadi. Komitmenlah yang patut untuk diperhitungkan, bukan hanya kehadiran,” tambahnya.

Aksi pendanaan iklim

Dalam kesempatan tersebut, Timmermans juga berbicara tentang komitmen pendanaan iklim dari negara-negara maju untuk negara-negara berkembang. Secara khusus, ia merespons rencana baru pemerintah Inggris yang diterbitkan pada Selasa (26/10), yang menyatakan bahwa komitmen pendanaan iklim sebesar $100 miliar per tahun untuk negara-negara berkembang itu tidak akan terpenuhi sampai tahun 2023. Awalnya komitmen itu ditargetkan tercapai pada tahun 2020.

"Tentu saya ingin melihat realisasinya terjadi lebih cepat, tapi kita akan sampai di sana,” kata Timmermans.

Grafik pendanaan iklim negara-negara maju untuk negara berkembang
Grafik pendanaan iklim negara-negara maju untuk negara berkembang

Terkait apakah Eropa selama ini mengecewakan negara-negara berkembang, Timmermans pun menyampaikan bantahannya.

"Saya pikir UE tidak gagal,” katanya. "UE adalah salah satu kontributor utama pendanaan [iklim], bahkan melebihi persentase yang kita miliki dalam ekonomi dunia. Jadi UE adalah sekutu negara-negara berkembang,” jelasnya.

Pentingnya pendanaan iklim

Meski begitu, Timmermans menyampaikan sebuah peringatan keras: "Saya harus sangat-sangat jelas: Jika kita tidak dapat menyediakan pendanaan itu, maka kita tidak dapat semena-mena meminta negara-negara berkembang untuk berbuat lebih banyak.”

"Mereka [negara berkembang] harus mampu beradaptasi dan mengurangi emisi mereka, tetapi untuk beradaptasi dengan kondisi baru ini, mereka tidak mampu membayar semuanya sendiri. Sehingga kita benar-benar membutuhkan $100 miliar itu untuk membantu mereka melakukan apa yang diperlukan untuk populasi mereka,” jelasnya.

Sebelumnya, Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen telah menyinggung negara-negara lain karena membiarkan "lubang pendanaan iklim untuk negara-negara miskin tetap menganga.” Ia pun mendesak Amerika Serikat untuk meningkatkan aksinya.

‘Kita harus lebih ambisius'

Laporan terbaru dari PBB yang diterbitkan pada Selasa (26/10) telah mengungkap temuan suram terkait komitmen iklim global. Disebutkan bahwa komitmen negara-negara yang ada saat ini tidak cukup untuk menhindari bencana iklim dan "penderitaan tanpa akhir” yang ditimbulkannya.

Tanpa tindakan sesegera mungkin, suhu global bisa naik 2,7 Ceclius di akhir abad ini, kata laporan itu memperingatkan.

"Kita tidak cukup ambisius,” kata Timmermans. "Jadi di COP, kita perlu berusaha menemukan konsensus yang akan membawa kita tetap berada di bawah 2 derajat [Celcius].”

"Kita perlu berbuat lebih banyak. Kita harus lebih ambisius,” pungkasnya.

(gtp/pkp)