1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Kesehatan

Kontrasepsi Tak Hanya Urusan Perempuan

Uly Siregar
27 November 2018

Alat kontrasepsi tersedia baik bagi pria dan perempuan. namun selama ini mengapa perempuan lebih 'ketiban pulung' untuk melakukannya? Simak opini Uly Siregar.

https://p.dw.com/p/34cdF
Kondom
Foto: picture alliance / maxppp

Ketika hamil "kecelakaan” terjadi, seringkali perempuan yang disalahkan dan paling susah menanggung derita. Ketika kehamilan tak kunjung datang, perempuan juga yang lebih dulu dituduh "tak subur”.

Serba salah memang jadi perempuan. Ia sering dianggap godaan, bahkan saat sedang berjalan sendiri tanpa bermaksud mengundang godaan. Ia juga harus melindungi dirinya sendiri, bahkan ketika hubungan seksual dilakukan atas dasar kesepakatan bersama, termasuk dalam ikatan suami-istri.

Membangkitan  kesadaran masyarakat akan pentingnya membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera salah satu caranya melalui pembatasan jumlah anak lewat penggunaan kontrasepsi.

Nah, masalahnya tanggung jawab pembatasan ini di Indonesia umumnya jatuh ke tangan perempuan. Padahal kontrasepsi yang berarti cara mencegah kehamilan akibat pertemuan sel telur dan sprema ini bisa dilakukan oleh kedua belah pihak, tak melulu urusan perempuan. Ada beragam metode kontrasepsi yang sangat ampuh. Tingkat efektivitasnya pun mencapai 99% jika digunakan secara tepat.

Penulis: Uly Siregar
Penulis: Uly Siregar Foto: Uly Siregar

Caranya tidak sulit

Bagi laki-laki, metode kontrasepsi yang gampang, tak memiliki efek samping yang membahayakan kesehatan, tak memerlukan biaya, dan bersifat natural adalah coitus interruptus atau senggama terputus.

Dalam metode ini, laki-laki saat sedang berhubungan seksual akan menarik penisnya keluar sesaat sebelum ia memancarkan sperma. Sayangnya, banyak laki-laki yang keberatan dengan metode ini. Alasannya cukup egois: "Nanggung, ah. Lagi enak-enaknya….!”

Baiklah. Ada lagi alat kontrasepsi untuk laki-laki juga cukup mudah, murah, dan aman: kondom! Lebih dahsyat lagi, kondom bisa melindungi si pemakai dari penyakit kelamin seksual, bahkan yang bisa merenggut nyawa, seperti melindungi dari kemungkinan terinfeksi HIV.

Tapi, lagi-lagi banyak laki-laki yang keberatan dengan metode penggunaan kondom. Alasannya, tetap egois: "Nggak enak, ah. Ada karet yang membatasi antara penis dan vagina. Kurang joss rasanya.” Nah, kalau metode coitus interruptus dan penggunaan kondom saja ditolak, apalagi metode kontrasepsi yang invasif dan agresif seperti vasektomi. Metode yang hanya bisa ditempuh melalui jalan operasi ini bisa jadi akan ditanggapi sebagai ‘pengebirian' kejantanan. Ribet, kan?

Dibebankan pada perempuan

Karena keengganan laki-laki menjadi pihak yang bertanggung jawab atas pencegahan kehamilan, maka tugas itu pun jatuh ke perempuan.

Untungnya ada banyak metode kontrasepsi yang bisa dipilih oleh kaum perempuan. Mereka bisa menggunakan pil KB, suntikan KB, kondom perempuan atau diafragma, spiral atau IUD, jelly, tisu antihamil, susuk, dan norplant.

Ini belum termasuk metode tubektomi yang harus ditempuh melalui jalan operasi dan bersifat permanen. Dalam metode tubektomi ini, saluran indung telur atau tuba falopi perempuan dipotong sehingga sel telur tak akan bisa masuk ke dalam rahim. Akibatnya tak ada sel telur yang masuk ke dalam rahim untuk dibuahi sperma.

Separah apakah keengganan laki-laki Indonesia dalam menggunakan alat kontrasepsi?

 Menurut data dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) tahun 2012 hanya 4,7 persen pria yang menggunakan alat kontrasepsi. Bayangkan, hanya 4,7 persen!! Padahal dalam melakukan hubungan seksual kedua pihak seharusnya sama-sama bertanggung jawab atas pencegahan kehamilan tidak diinginkan.

Dunia memang cenderung masih patriarkis. Tak hanya di Indonesia, di negara maju seperti Amerika Serikat pun mental tak peduli pada alat kontrasepsi masih menjangkiti kaum laki-laki. Studi terkini yang dirilis riset opini publik nonpartisan PerryUndem menunjukkan hanya 37 persen laki-laki yang merasa mereka memperoleh keuntungan dari akses perempuan terhadap alat kontrasepsi.

Setidaknya 52 persen mengaku tidak peduli dengan alat kontrasepsi dengan harga terjangkau bagi kaum perempuan karena merasa tidak memberi keuntungan buat mereka. Ini tentu mental yang sangat tidak kondusif bagi pencegahan kehamilan.

Alasan yang sering dilontarkan kaum pria adalah minimnya pilihan alat kontrasepsi bagi mereka. Mungkin ada benarnya. Namun kaum pria seharusnya banyak-banyak bersyukur untuk urusan metode kontrasepsi yang tersedia bagi mereka. Pasalnya, alat kontrasepsi yang jamak bagi pria termasuk jenis yang sangat aman bagi tubuh. Kondom, misalnya, tak menimbulkan efek samping yang berarti, kecuali kalau si pemakai memiliki reaksi alergi terhadap material kondom seperti latex. Itu pun masih ada alternatif kondom jenis lain.

Sementara itu, kontrasepsi perempuan seperti pil atau suntik seringkali berpengaruh pada hormon tubuh perempuan. Ada banyak keluhan yang disampaikan teman-teman saya yang menggunakan pil KB, seperti menurunnya gairah seksual, berat badan bertambah, pendarahan, dan banyak lagi.

Terobosan baru dalam bidang reproduksi seksual menyediakan alternatif tambahan bagi laki-laki yang mau ikut bertanggung jawab dalam mencegah kehamilan. Setelah beberapa dekade penelitian, Gunda Georg, Direktur The Institute for Therapeutics Discovery and Development University of Minnesota bersama koleganya sedang dalam tahap pengerjaan pil KB berbasis ouabain untuk laki-laki.

Uobain adalah ekstrak tumbuhan yang secara tradisional dipakai prajurit dan pemburu Afrika sebagai racun pada anak panah. Racun ini bekerja menghentikan kerja jantung. Pil KB khusus pria ini sekarang sedang dalam tahap uji klinis pada manusia dan terbuka peluangnya untuk dipasarkan.

Banyak alternatifnya bagi pria

Dengan semakin bertambahnya alternatif alat kontrasepsi bagi kaum pria, sesungguhnya mereka bisa berbagi tugas dengan kaum perempuan. Bila perempuan mengeluh pil KB yang dia pakai memberi efek samping yang mengganggu, mengapa pria tidak menawarkan diri menjadi pihak yang mencegah pasangan hamil?

Bila perempuan merasa tak nyaman ada benda yang dimasukkan ke dalam tubuhnya seperti metode kontrasepsi IUD, mengapa pria tak mengambil alih peran pencegahan kehamilan dengan menggunakan kondom?

Edukasi dan imbauan bagi kaum laki-laki untuk mengakrabkan diri dengan alat kontrasepsi perlu terus-menerus perlu digalakkan. Sudah saatnya kaum laki-laki Indonesia berperan aktif dalam mencegah kehamilan tak direncanakan. Dalam keluarga, perencanaan jumlah anak sangat penting.

Setiap orang tua paham betapa mahal biaya yang dikeluarkan dalam membiayai kebutuhan anak. Bayangkan bila dalam keluarga kedua pihak sama-sama enggan menggunakan kontrasepsi, ada berapa banyak anak yang lahir tanpa direncanakan?

Dalam rumah tangga, ketika jumlah anak yang disepakati telah tercapai,tugas mencegah kehamilan menjadi krusial hingga saat perempuan mengalami menopause. Pemilihan alat kontrasepsi sebaiknya disepakati bersama antara pasangan suami dan istri.

Bila lebih mudah dilakukan oleh suami, sebaiknya tugas mencegah kehamilan dibebankan pada suami. Bila memang lebih sreg dilakukan istri, tak ada salahnya istri yang mengemban tugas tersebut. Atau untuk pasangan yang progresif, peran mencegah kehamilan bahkan bisa dilakukan secara bergantian. Mengapa tidak?

Intinya, tak ada pihak yang memiliki beban lebih besar dalam pencegahan kehamilan. Ini juga berlaku bagi pelaku seksual aktif lainnya yang belum menikah. Jangan sampai ketika kehamilan tak diinginkan terjadi, pihak perempuan yang lantas dipersalahkan, sementara pihak laki-laki lari dari tanggung jawab. Padahal, ketika melakukan kedua pihak sama-sama menikmati dan paham risiko hubungan seksual berpotensi mengundang kehamilan, apalagi tanpa proteksi.

@sheknowshoney bekerja sebagai wartawan media cetak dan televisi sebelum pindah ke Arizona, Amerika Serikat. Sampai sekarang ia masih aktif menulis, dan tulisan-tulisannya dipublikasikan di berbagai media massa Indonesia.

*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWNesia menjadi tanggung jawab penulis.

Anda dapat berbagi opini di kolom komentar di bawah...