1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiTurki

Lira Turki Rebound Setelah Drop Akibat Pernyataan Erdogan

21 Desember 2021

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyebut Islam sebagai alasan pertahankan suku bunga rendah. Akibatnya lira langsung drop ke rekor terendah. Namun cepat kembali melonjak.

https://p.dw.com/p/44cQI
Ilustrasi mata uang lira terhadap dolar AS
Ilustrasi mata uang lira terhadap dolar ASFoto: Murad Sezer/REUTERS

Mata uang lira Turki rebound dari rekor terendah sekitar 18 per dolar Amerika Serikat (AS) menjadi lebih dari 13 terhadap dolar AS pada pembukaan Selasa (21/12). Ini menandai comeback terbesarnya terhadap dolar dalam beberapa dekade. Fluktuasi mata uang negara ini terjadi setelah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan meluncurkan sebuah rencana yang dia katakan akan menjamin simpanan mata uang lokal terhadap fluktuasi pasar.

Pada Senin (20/12) malam waktu setempat, Erdogan mengumumkan serangkaian paket tindakan yang bertujuan untuk melawan kerugian drastis mata uang lira dalam beberapa pekan terakhir. Erdogan mengatakan bahwa di masa depan para deposan akan dilindungi dari kerugian akibat fluktuasi nilai tukar.

Analis mengatakan langkah itu secara praktis berarti kenaikan suku bunga implisit. Jika kerugian ternyata lebih besar dari bunga yang dijanjikan oleh bank pada masing-masing simpanan, Departemen Keuangan akan mengompensasi kerugian itu, kata Erdogan.

Akibatnya, penduduk setempat berbondong-bondong ke perdagangan intraday untuk menjual "sejumlah besar" mata uang dolar, kantor berita negara Anadolu melaporkan. Lewat internet banking saja ada sekitar 1 miliar dolar yang dijual ke pasar, ujar kepala Asosiasi Bank Turki, Alpaslan Cakar, kepada media setempat Haberturk, Senin malam (20/12).

Lira Turki pun anjlok lebih jauh pada hari Senin sebelum pulih sedikit menyusul pidato Presiden Erdogan di televisi pemerintah yang mengutip Islam sebagai alasan untuk tidak menaikkan suku bunga meskipun mata uang terdepresiasi dengan cepat dan inflasi yang merajalela.

Erdogan telah berulang kali meminta bank sentral untuk menurunkan biaya pinjaman meskipun tingkat inflasi tahunan lebih dari 20%. Ekonom arus utama percaya bahwa eksperimen Erdogan terhadap mata uang dapat mengakibatkan inflasi konsumen mencapai 30% atau lebih tinggi di bulan-bulan mendatang.

Namun, di sebuah televisi pemerintah Erdogan bersikeras bahwa Islam menjadi pemandu keputusannya dalam memerintahkan bank sentral untuk mempertahankan suku bunga rendah. Dia juga menjanjikan bantuan kepada eksportir dan meningkatkan kontribusi pemerintah untuk dana pensiun.

"Sebagai seorang muslim, saya akan terus melakukan apa yang diperintahkan agama kami. Ini adalah perintahnya," kata Erdogan.

Seberapa jauh masalah mata uang lira?

Pada satu titik dalam perdagangan di hari Senin, lira turun lebih dari 11% terhadap dolar menjadi sekitar 18,40, ini penurunan terendah sepanjang masa. Banyak orang di Turki berjuang untuk sekadar membeli barang kebutuhan pokok.

Sejak awal November, lira telah turun 45%. Perdagangan dihentikan sebentar pada hari Senin di bursa saham utama negara itu di Istanbul untuk sesi perdagangan kedua berturut-turut karena permasalahan lira menyebar ke seluruh sektor perekonomian. 

Diplomat asing di Turki berspekulasi bahwa Erdogan berpikir pertumbuhan ekonomi akan memungkinkan dia untuk bisa menang dalam pemilihan berikutnya yang akan berlangsung pada pertengahan 2023. Bila ia menang, masa jabatannya di pucuk pimpinan Republik Turki akan diperpanjang hingga dekade ketiga.

Seperti apa ekonomi yang dijalankan Erodgan?

Erdogan percaya mata uang yang lebih murah akan mendorong ekspor. Namun ketika inflasi meningkat, ekonom arus utama menyarankan agar pemerintahannya menaikkan suku bunga untuk mengimbangi tekanan inflasi pada ekonomi. Erdogan pun kembali berjanji untuk mengendalikan inflasi dan membuatnya di bawah 4%, tapi janji ini berulang kali ia langgar.

Perbankan Islam didasarkan pada konsep bahwa membebankan bunga pinjaman atau uang pinjaman adalah riba. Ini bukan pertama kalinya Erdogan menyebut Islam sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan kebijakan moneternya.

Bulan lalu, Erdogan mendeklarasikan "perang ekonomi kemerdekaan." Dia mengatakan tujuan langkah ini adalah untuk menghilangkan ketergantungan Turki pada investasi asing langsung dan berbagai biaya impor energi seperti minyak dan gas alam yang diperlukan untuk mendorong ekonomi yang sedang berkembang.

ae/vlz (dpa, AFP, AP, Reuters)