1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Menlu AS Blinken Ajak Sekutu NATO Lawan Cina

25 Maret 2021

Menlu AS Antony Blinken menyerukan sekutunya di NATO untuk bertindak hadapi perilaku agresif Cina. Namun ia menekankan, tak akan memaksa sekutunya di NATO untuk memihak antara AS dan Cina.

https://p.dw.com/p/3r5WV
Pertemuan NATO
Menlu AS Antony Blinken saat memberi pidato dalam pertemuan menteri luar negeri NATOFoto: Olivier Hoslet/REUTERS

Lewat pidatonya pada Rabu (25/03) dalam pertemuan dengan mitra NATO, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken menyampaikan pernyataan paling tegas terhadap perilaku agresif Cina dan menyerukan persatuan di antara sekutu AS.

Blinken menegaskan kembali dukungan AS untuk NATO, dan menyerukan penyegaran kembali kemampuan dan kesiapan militer, termasuk penangkal nuklir dan pelanggaran digital. AS meminta anggota NATO lainnya untuk meningkatkan pengeluaran militer mereka hingga mencapai target aliansi pertahanan itu, sebesar 2% dari produk domestik bruto mereka.

Kritik tegas terhadap Cina

Blinken mengecam perilaku agresif dan koersif Cina dan berjanji akan melawannya.

"Tidak diragukan lagi bahwa perilaku koersif Cina mengancam keamanan dan kemakmuran kolektif kita dan bahwa Cina secara aktif melemahkan aturan sistem internasional dan nilai-nilai yang kami dan sekutu kami miliki," kata Blinken setelah pertemuan dengan mitra NATO di Brussels.

"Namun bukan berarti negara-negara tidak dapat bekerja dengan Cina bila memang memungkinkan. Misalnya tentang tantangan seperti perubahan iklim dan keamanan kesehatan,’’ tambahnya.

Ketegangan antara Cina dan negara-negara Barat makin meningkat baru-baru ini setelah Uni Eropa, Inggris, AS dan Kanada memberikan sanksi kepada pejabat dan entitas Cina atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia terhadap etnis Uighur di Xinjiang. Cina kemudian juga meningkatkan ketegangan dengan menanggapinya lewat ancaman sanksi balasan.

Jurnalis DW William Glucroft mengatakan pidato Blinken adalah upaya untuk menarik dukungan publik di AS dan di Eropa guna melakukan pendekatan multilateral yang sedang kembali diupayakan oleh pemerintahan Presiden Joe Biden.

"Itu adalah pidato yang sangat diplomatis. Berbicara kepada rakyat Amerika pertama-tama dan terutama, serta kepada publik Eropa," kata Glucroft.

Koresponden DW di Washington, Carolina Chimoy, mengatakan Blinken berusaha menarik perhatian domestik ke hubungan transatlantik, karena warga AS sebagian besar fokus pada masalah utama di dalam negeri yakni pandemi dan migrasi. 

Menanggulangi perilaku 'agresif' Rusia

Blinken juga menyerukan posisi yang tegas dan sama terhadap Rusia.

"Meski kami bekerja sama dengan Rusia untuk memajukan kepentingan kami dan memajukan kepentingan aliansi, kami juga akan bekerja sama untuk meminta pertanggungjawaban Rusia atas tindakan sembrono dan merugikannya."

NATO menuntut pembebasan segera pemimpin oposisi Rusia Alexei Navalny dan tahanan politik lainnya. NATO juga mengutuk politik "destabilisasi" Rusia di negara-negara tetangga, dan tindakan Kremlin untuk mempengaruhi pemilu dan mendukung serangan dunia maya.

UE dan AS sepakat untuk bekerja sama

Setelah pidatonya, Blinken dan kepala urusan luar negeri Uni Eropa (UE) Josep Borrell merilis pernyataan bersama. Keduanya setuju untuk meluncurkan kembali dialog bilateral tentang Cina dan bekerja sama mengatasi "perilaku menantang" Rusia.

"Mereka mengakui pemahaman bersama bahwa hubungan dengan Cina memiliki banyak sisi, yang terdiri dari elemen kerja sama, persaingan, dan persaingan sistemik," kata pernyataan itu.

Mereka juga membahas kerja sama di bidang perubahan iklim, vaksin virus corona, isu Iran dan Turki.

'Sifat destruktif kepentingan Amerika'

Pada Selasa (23/03), Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi dan mitranya dari Rusia Sergey Lavrov bertemu di Guilin di Cina selatan untuk bersatu melawan "aliansi NATO yang baru dihidupkan kembali."

Menteri luar negeri Cina dan Rusia mengatakan, mereka memandang upaya NATO untuk bersatu sebagai upaya oleh kekuatan transatlantik Barat untuk memaksakan "pemahaman berbasis aturan mereka tentang tatanan dunia di negara lain."

Lavrov mengatakan dia mencatat "sifat destruktif dari kepentingan Amerika yang bergantung pada aliansi politik dan gaya militer perang dingin."

"Aliansi yang diperbarui," kata Lavrov, "dimaksudkan untuk merusak arsitektur negara hukum internasional yang ditetapkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa."

Pengaruh Cina yang meningkat di tatanan politik dunia diperkirakan akan menjadi agenda utama para kepala negara dan kepala pemerintahan anggota NATO selama KTT Juni mendatang.

pkp/as  (AFP, Reuters)