1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Museum Holocaust Pertama di Belanda Resmi Dibuka

11 Maret 2024

Lebih dari 100.000 orang Yahudi di Belanda dibantai Nazi selama Perang Dunia Kedua. Sekitar 80 tahun kemudian, kisah mereka kini didokumentasikan di museum di Belanda.

https://p.dw.com/p/4dNUo
 Museum Holocaust Nasional di Amsterdam
Museum Holocaust Nasional di Amsterdam, BelandaFoto: Peter Dejong/AP/dpa/picture alliance

Gedung "Hollandsche Schouwburg" (Teater Belanda) di Amsterdam dianggap sebagai tempat berkumpulnya orang-orang Yahudi di Belanda yang dijemput paksa oleh tentara Jerman di masa itu. Dari sini, banyak dari mereka dideportasi ke kamp konsentrasi Nazi selama Perang Dunia II.

Bekas perguruan tinggi pedagogi berlokasi di gedung seberangnya. Anak-anak Yahudi mendapat perlindungan di sini pada tahun 1940-an. Sekitar 600 dari mereka selamat dari  ancaman Holocaust. Kedua bangunan di kawasan bersejarah Yahudi di Amsterdam dan bagian baru di lokasi bekas tempat penitipan anak ini kini menjadi Museum Holocaust Nasional pertama di Belanda.

Raja Belanda Willem-Alexander meresmikan museum tersebut - di hadapan Presiden Israel Izchak Herzog, Presiden Austria Alexander van der Bellen dan Presiden Dewan Perwakilan Negara Bagian Jerman, Bundesrat, Manuela Schwesig -  dengan acara perayaan di Sinagoge Portugis.

Raja Belanda Willem-Alexander saat upacara pembukaan
Raja Belanda Willem-Alexander saat upacara pembukaan di Sinagoge PortugisFoto: Peter Dejong/ANP/picture alliance

Menolak lupakan Holocaust

Schwesig kembali menekankan bahwa penting untuk menjaga ingatan para korban Nazi agar tetap hidup. Demonstrasi yang terjadi di Jerman menentang kebencian, kekerasan dan ekstremisme sayap kanan menunjukkan: "Tidak ada tempat untuk antisemitisme di masyarakat kita." Perdana Menteri Mecklenburg-Vorpommern itu mewakili Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier dalam perayaan tersebut. Jerman menyumbang empat juta euro untuk biaya konstruksinya.

Dalam pidatonya, Van der Bellen menekankan tanggung jawab Austria dalam sejarah. Negaranya mendukung pembangunan museum dengan dana 400.000 euro.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

Diwarnai protes terkait Gaza

Di sela-sela pembukaan museum, lebih dari 1.000 orang melakukan aksi protes terhadap kehadiran presiden Israel. Mengkritik perang Israel-Hamas di Jalur Gaza, para pengunjuk rasa meneriakkan: "Jangan terulang lagi" dan "gencatan senjata sekarang juga" di lapangan dekat museum. Peserta demonstrasi  lainnya mengibarkan bendera Palestina dan membawa poster bertuliskan "Yahudi menentang genosida."

Museum tersebut mengatakan Herzog diundang sebelum serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober dan perang  di Jalur Gaza. Sebuah pernyataan selanjutnya mengatakan bahwa presiden Israel mewakili tanah air para penyintas Holocaust Belanda yang beremigrasi ke Israel.

Demonstrasi di dekat museum menentang serangan Israel di Gaza
Demonstrasi di dekat museum menentang serangan Israel di Gaza dan kehadiran Presiden Herzog di AmsterdamFoto: Freek van den Bergh/ANP/picture alliance

Direktur museum Emile Schrijver menyesalkan butuh waktu lama untuk menceritakan kisah 102.000 orang Yahudi yang terbunuh. Kenangan itu sangat menyakitkan bagi komunitas Yahudi. "Tetapi sejarah harus tetap diingat," tegas Schrijver. "Juga karena munculnya kembali antisemitisme saat ini."

Dengan lebih dari 400 objek, foto, film, dan instalasi, museum ini menceritakan kisah penganiayaan sistematis yang terjadi di depan mata warga Belanda. Satu ruangan dilapisi kertas dinding dari atas ke bawah dengan undang-undang dan peraturan rasial atas pengucilan orang Yahudi.

Kartu indeks dengan nama dan alamat semua orang Yahudi

Di etalase terdapat kotak sepatu dengan kartu indeks yang mencantumkan nama dan alamat seluruh 160.000 orang Yahudi yang terdaftar di Belanda pada saat itu. "Pejabat yang terlalu bersemangat bisa menggunakan sistem ini untuk memberikan informasi kepada Nazi yang ingin mendeportasi orang-orang Yahudi," kata Direktur Museum Emile Schrijver.

Museum juga memamerkan benda-benda pribadi korban. Tempat bedak, baju anak, tempat kuas pelukis. "Kami mengembalikan kemanusiaan mereka kepada para korban," kata Schrijver.

Kengerian pembunuhan massal juga didokumentasikan dengan sepuluh kancing yang dipajang. Kancing-kancing itu ditemukan di kamp pemusnahan Sobibor di Polandia, yang saat itu diduduki Nazi, di mana sekitar 34.000 orang Yahudi Belanda dibunuh. Kancing tersebut melambangkan salah satu benda terakhir yang disentuh orang ketika mereka dipaksa membuka pakaian dan kemudian dibawa ke kamar gas.

ap/hp (dpa, rtr, zdf, ndr)