1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Negara-Negara Muslim Terpecah soal Suriah

7 Februari 2013

Para pemimpin negara-negara muslim berbeda pendapat tentang penyelesaian krisis Suriah. Pertentangan itu terungkap dalam konferensi di Mesir.

https://p.dw.com/p/17a4S
Foto: Reuters

Konflik Suriah mengungkapkan perpecahan diantara para Presiden, Perdana Menteri dan pemimpin Muslim dari 57 negara anggota Organisasi Konferensi Islam OKI yang sedang menggelar pertemuan puncak di Kairo.

Pemerintahan Syiah Iran adalah sekutu dekat pemerintah Suriah, sementara negara-negara Sunni seperti Mesir, Arab Saudi dan Turki mendukung para pemberontak.

“Rejim Suriah harus menarik pelajaran dari sejarah,” kata Presiden Mesir Mohammed Morsi. “Rakyatlah yang akan bertahan. Sementara mereka yang menempatkan kepentingan pribadi mereka di atas kepentingan rakyat akan berakhir dan pergi.“

Perdana Menteri Irak Nouri al-Maliki menawarkan sebuah pendekatan yang lebih hati-hati: “Suriah menderita karena kekerasan, pembunuhan dan sabotase,“ kata dia, menyerukan para pemimpin yang hadir dalam pertemuan puncak untuk “menemukan jalan keluar yang damai bagi konflik itu.“

Oposisi Pecah?

Sementara itu, pada hari Rabu (06/03), Dewan nasional Suriah mengkritik sebuah usulan yang diajukan pimpinan kelompok itu untuk menggelar negosiasi dengan pemerintahan Bashar Assad.

Pekan lalu, Moaz al-Khatib, yang memimpin kelompok oposisi utama, menawarkan pembicaraan dengan para pejabat rejim Assad, dengan syarat bahwa para tahanan pemerintah harus dibebaskan. Bagaimanapun, tawaran itu bertentangan dengan piagam koalisi yang menyerukan untuk menjatuhkan rejim.

Keanggotaan Suriah di OKI telah ditangguhkan akibat aksi penumpasan dengan kekerasan yang dilakukan pemerintah terhadap kelompok oposisi meningkat. Di Suriah, para aktivis mengatakan bahwa hari Rabu (06/03) 150 orang terbunuh. Sebagian besar dari mereka berasal dari pinggiran ibukota Suriah, Damaskus dan provinsi Aleppo.


Dukungan atas Aksi di Mali

Presiden Senegal Macky Sall memuji Prancis atas intervensi di Mali dan mengatakan bahwa kelompok Muslim tidak bisa membiarkan sekelompok kecil teroris melakukan kejahatan, mengganggu keimanan kita dan memperdalam kebencian atas Islam,“ mengacu kepada gerilyawan yang mendatangkan bulan kekacauan di utara negara Afrika barat itu.

Pasukan yang dipimpin Prancis, termasuk tentara Senegal, telah memukul mundur para militan dengan serangan udara dan darat. Operasi itu mendapat dukungan luas, khususnya dari pemerintah Mali sendiri.

Presiden Mesir Mohammed Morsi mengatakan: ”Kami menyerukan sebuah pendekatan menyeluruh untuk mengatasi situasi di sana dan kasus-kasus serupa lainnya,” kata dia ”sebuah pendekatan yang berhubungan dengan semua aspek berbeda atas krisis dan situasi politik, perkembangan dan akar intelektual sambil melindungi hak asasi manusia.”

Presiden Tunisia Moncef Marzouki membatalkan kehadirannya dalam pertemuan puncak itu setelah Chokri Belaid, seorang tokoh oposisi terkenal sekuler yang selama ini menentang pemerintahan Islamis di negara itu, dibunuh di luar rumahnya. Peristiwa pembunuhan itu telah memicu protes di jalan-jalan.

ab/ as (AP/ AFP/ DPA)