1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Oposisi Akhiri Kekuasaan Barisan Nasional di Malaysia

9 Mei 2018

Koalisi oposisi Pakatan Harapan secara mengejutkan mengakhiri lebih dari separuh abad kekuasaan Barisan Nasional dalam pemilihan umum Malaysia. Kini PM Najib Razak terancam diseret ke meja hijau.

https://p.dw.com/p/2xTBG
Malaysia | Malaysia Wahlsieger Mahathir Mohamad
Foto: picture-alliance/AP Photo/V. Thian

Untuk pertamakali dalam sejarah Barisan Nasional gagal berkuasa. Kekalahan PM Najib Razak dalam pemilu kali ini menempatkan seorang veteran politik sebagai pahlawan kejutan, Mahathir Mohammad.

Menjelang matahari terbit, penghitungan suara sementara akhirnya mengumumkan Pakatan Harapan memperoleh mayoritas sederhana dengan 112 kursi dari 222 kursi di parlemen.

Dengan begitu Mahathir Mohammad berpeluang kembali memimpin Malaysia setelah 15 tahun menikmati masa pensiun. “Kami tidak menginginkan balas dendam. Yang kami inginkan adalah menegakkan hukum,” katanya merujuk pada kasus hukum 1MDB seperti dilansir The New Strait Times. 

Langkah pertama yang akan dilakukan Mahathir adalah membebaskan bekas musuh bebuyutannya, Anwar Ibrahim. “Dia akan bebas bulan Juni. Setelah diampuni, dia akan bisa menjadi PM lagi.”

Desas desus soal kekalahan koalisi pemerintah sudah tersebar sejak sebelum tengah malam, ketika PM Najib Razak membatalkan acara jumpa pers dan menghilang dari kantor pusat Barisan Nasional.

Drama sempat memuncak ketika Komisi pemilihan umum Malaysia (SPR) menunda pengumuman hasil penghitungan cepat. Hingga dini hari proses penghitungan berjalan tersendat.

Ketidakpastian itu menyulut ketegangan antara massa pendukung oposisi dan aparat keamanan. Pakatan Harapan pun meminta masa sunyi selama 12 jam kepada pendukungnya.

Sejak awal pemilu kali ini beraroma “pribadi”. Mahathir mengaku “tanggungjawabnya” adalah menyingkirkan sosok yang justru dia bantu naik ke puncak kekuasaan, PM Najib Razak.

Kekuasaan Najib mulai goyah sejak dia didera skandal korupsi senilai 4,5 miliar Dollar AS melalui dana investasi Malaysia 1MDB. Mahathir menuding bekas anak didiknya itu “mencuri” dari negara. 

Mahathir banyak mendapat simpati pemilih muda lantaran dianggap bebas dari kepentingan. Salah satu syarat yang ia ajukan kepada oposisi adalah Anwar Ibrahim sebagai calon perdana menteri. 

Kemenangan oposisi tidak didapat dengan mudah Sebelum pemilu pemerintah Malaysia banyak mendapat kritik menyusul sistem pemilihan yang cendrung menguntungkan Barisan Nasional. 

Pemetaan daerah pemilihan misalnya penuh kejanggalan lantaran menempatkan warga etnis Melayu sebagai mayoritas di sebagian besar dapil. Pribumi merupakan pemilih setia Barisan Nasional.

rzn/vlz (straits times, the star, spr, freemalaysiatoday)