1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
KesehatanEropa

Apa Itu ‘Pingdemic’ yang Kacaukan Suplai Makanan di Inggris?

23 Juli 2021

Aplikasi peringatan COVID-19 di Inggris telah mengacaukan suplai makanan di jejaring supermarket besar negara itu. Rak-rak di supermarket nyaris kosong. Bagaimana bisa?

https://p.dw.com/p/3xuUT
Kosongnya rak-rak supermarket di London, Inggris
Ribuan staf supermarket harus mengisolasi diri setelah mendapatkan peringatan dari aplikasi COVID-19 di Inggris.Foto: Jenny Goodall/dmg media Licensing/picture alliance

Sejumlah supermarket kenamaan di Inggris pada hari Kamis (23/07) melaporkan adanya 'wabah pingdemic' yang telah membuat pasokan makanan di negara itu kacau balau. Apa pula itu?

Surat kabar setempat pun di halaman depannya memuat foto rak-rak supermarket yang telah kosong. Pada saat bersamaan muncul informasi bahwa sedikitnya 600.000 pekerja sektor retail di Inggris telah diminta untuk mengisolasi diri, menurut data resmi pemerintah.

Istilah pingdemic sendiri berasal dari bunyi aplikasi resmi Layanan Kesehatan Nasional Inggris yang akan memperingatkan para pengguna dengan bunyi "ping" ketika mereka melakukan kontak dengan kasus positif virus corona. Para pengguna aplikasi ini otomatis menerima pesan yang menyarankan mereka untuk mengisolasi diri di rumah selama 10 hari.

Kritikus mengatakan teknologi aplikasi tersebut terlalu sensitif, dan telah salah memerintahkan ribuan pekerja untuk dikarantina.

Pihak berwenang di Inggris mengakui bahwa banyak orang telah menghapus aplikasi tersebut guna menghindari gangguan itu.

Jaringan supermarket dibuat kacau

Sainsbury's, supermarket terbesar kedua di negara itu berdasarkan omzetnya, mengatakan stafnya berusaha mengisi kembali rak-rak kosong di supermarket itu "secepat mungkin."

Sementara supermarket pengecer berdiskon, Iceland, mengatakan telah menutup sejumlah toko mereka karena kekurangan staf.

Suasana pesta di klub malam di Inggris
Masyarakat Inggris berpesta setelah pemerintah melonggarkan pembatasan COVID-19. Angka infeksi pun kembali naik.Foto: Joel Goodman/ZUMAPRESS/picture alliance

Jaringan supermarket lain yakni Co-op mengatakan "kehabisan beberapa produk", sementara pengecer asal Jerman yang juga beroperasi di Inggris, Lidl, mengatakan situasinya menjadi "semakin sulit" dan mulai berdampak pada operasional mereka. 

Semua ini terjadi setelah Asosiasi Pengolah Daging Inggris mengatakan pada hari Rabu (21/07) bahwa rantai pasokan makanan berada "tepat di ambang kolaps" sebagai akibat dari ketidakhadiran para pekerjanya.

Sejumlah SPBU juga mengalami penurunan pasokan karena kekurangan pengemudi truk angkutan barang yang juga harus mengisolasi diri ketika mereka datang dari Prancis.

Pemerintah Inggris telah berusaha untuk mengurangi tekanan pada pasokan makanan di negara itu dengan membebaskan pekerja tertentu dari aturan karantina.

Dalam pengumumannya pada Kamis (22/07) malam malam pemerintah menjabarkan rencana pengujian COVID-19 harian terhadap pekerja industri makanan. Langkah ini akan memungkinkan mereka yang dites negatif untuk terus bekerja, bahkan jika mereka telah mendapatkan peringatan "ping” untuk mengisolasi diri. 

Ratusan ribu orang, termasuk Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, harus mengasingkan diri selama 10 hari setelah diberi tahu oleh aplikasi tes dan pelacakan Layanan Kesehatan Nasional bahwa mereka telah melakukan kontak dekat dengan seseorang yang dites positif terkena virus.

Pemerintah mengatakan tidak akan memperbaiki aplikasi

Perwakilan pemerintah Inggris yang mengawasi dunia bisnis, Kwasi Kwarteng, mengatakan kepada media Sky News bahwa pemerintah "sangat prihatin" tentang situasi tersebut tetapi ia membantah bahwa rak-rak supermarket kosong.

Pemerintah juga menolak untuk mengubah teknologi aplikasi karena kekhawatiran akan meningkatnya infeksi. Di Inggris, rata-rata sebanyak 50.000 kasus baru dilaporkan setiap harinya.

Upaya vaksinasi di Inggris adalah salah satu yang tercepat di dunia dengan sekitar 88% orang dewasa menerima dosis pertama, dan hampir 70% kini telah divaksinasi lengkap. Meskipun beban kasus sangat tinggi, tingkat kematian terkait COVID-19 di Inggris hingga Rabu cukup rendah, yakni 73 kasus.

ae/hp (AFP, Reuters)