1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pemungutan Suara Brexit: Uni Eropa Berkomentar

Alistair Walsh
13 Maret 2019

Uni Eropa tunjukkan keseragaman opini setelah parlemen Inggris membatalkan kesepakatan Brexit. Inggris harus memberikan alasan tepat jika ingin menunda keluar dari Uni Eropa.

https://p.dw.com/p/3Ew9u
Belgien May trifft Juncker auf Suche nach Brexit-Durchbruch in Brüssel
Foto: Getty Images/T. Monasse

Para pimpinan Uni Eropa bersuara. Mereka menyayangkan penolakan kesepakatan Brexit, namun tetap tawarkan ide perpanjangan waktu untuk Brexit. 

Reaksi UE

Kepala negosiasi UE, Michel Barnier mengatakan pertemuan di Brussel tidak menawarkan apa-apa dan UE harus terima kekacauan dari kemungkinan hengkangnya Inggris. "UE telah melakukan segala hal untuk membantu pencabutan kesepakatan tersebut”, cuit Barnier. "Permasalahan ini hanya bisa dibereskan di dalam #UK. Persiapan tanpa kesepakatan (´no-deal´) kami kini lebih penting dari sebelumnya”.

Komisioner UE untuk Hubungan Ekonomi dan Keuangan, Perpajakan dan Kepabeaan, Pierre Moscovisi mengatakan bahwa kesepakan yang ditolak itu merupakan "kesempatan terakhir" untuk Brexit. Sementara itu, otoritas UE terbilang siap dengan ketentuan kepabeaan jika nantinya tidak ada jalan keluar untuk kesepakatan dengan Inggris, "Inilah memang saatnya bagi Inggris mengutarakan yang mereka inginkan, mereka telah mengatakan yang mereka inginkan”, ujar Moscovici kepada stasiun televisi France 2.

Sebelum pemungutan suara, Presiden Komisi UE, Jean-Claude Junker sampaikan ke Inggris,"tidak akan ada kesempatan ketiga”. Ia menyampaikan bahwa kesempatan ketiga harus diajukan oleh ke-27 negara anggota UE lainnya dan harus dilaksanakan sebelum pemilihan anggota parlemen UE di bulan Mei.

Reaksi Jerman

Komisioner UE untuk Jerman, Günther Oettinger mengatakan harapannya agar Inggris menunda keluar dari Uni Eropa. "Kita lihat saja alasan yang diberikan dan kami akan mempelajarinya", kata Oettinger ke agensi pers Jerman. Oettinger menambahkan bahwa ia optimis bahwa London dan Brussel akan mencapai kesepakatan dengan hasil perpanjangan waktu bagi Brexit. "Selalu ada pergerakan di setiap parlemen, termasuk di British House of Common atau majelis rendah".

Ia juga menambahkan bahwa ia mendapat kesan makin banyak orang Inggris yang sadar akan besarnya kerugian yang didapat dari Brexit, "Hal ini masih bisa memicu munculnya keputusan-keputusan mengejutkan di Parlemen Inggris”. 

Deputi menteri Jerman untuk Eropa, Michael Roth mengatakan Inggris harus mengutarakan keinginannya kepada UE. "Kami sangat terbatas dengan apa yang masih bisa diupayakan", ujarnya kepada radio Deutschlandrundfunk. "Kami telah mengubah kesepakatan Brexit agar sesuai dengan Inggris… kami juga terbuka dan siap untuk berunding, tapi kami tidak mendapat gambaran yang jelas dari Inggris soal yang mereka inginkan, kecuali yang mereka tidak inginkan".

Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas mengatakan keinginan untuk Brexit makin menjadi setelah tidak adanya pemungutan suara. "Keputusan ini makin membawa kami pada skenario ´no-deal´”, katanya seraya menuduh Inggris telah menggadaikan warga negaranya yang baik juga perekonomian negara. "Sayangnya, saya hanya bisa sampaikan bahwa saat ini Jerman telah bersiap untuk kemungkinan terburuk”.

Menteri Ekonomi Jerman, Peter Altmaier berharap para anggota parlemen Inggris menghentikan keputusan ´no deal´ Brexit, hari Rabu (13/3). "Setelah perdebatan sengit dan pemungutan suara, hari ini bisa menjadi titik balik", cuit Altmaier. "Penolakan ´no-deal´ Brexit oleh mayoritas anggota antarpartai akan menyatukan jutaan orang di Inggris dan Eropa. Apapun yang kalian putuskan, semoga berhasil teman-temanku!"

Deutschland, Berlin: Holger Bingmann, Präsident des Bundesverbandes Großhandel, Außenhandel, Dienstleistungen (BGA)
Holger Bingmann, Presiden Federasi Perdagangan Internasional, Grosir dan Jasa.Foto: DW/N. Jolkver

Perhatian akan hal ini juga makin membesar dari kalangan pebisnis. "Ketidakjelasan yang berlarut-larut ini makin memperburuk ekonomi dan hubungan perdagangan", jelas Holger Bingmann, Presiden Federasi Perdagangan Internasional, Grosir dan Jasa (BGA). Kurang dari tiga minggu menuju kemungkinan batalnya Inggris keluar dari keanggotaan UE, pertanyaan-pertanyaan penting menyeruak seputar dokumen kepabeaan atau pendaftaran produk. Makin banyak perusahaan menghindari kontrak pemasokan jangka panjang. Para importir juga telah lama mencari sumber alternatif lain untuk tetap memperoleh keuntungan jika nantinya tidak ada lagi pemasok dari Inggris. "Permainan penantian ini tidak membuahkan pemenang", imbuh Bingmann.

Reaksi Prancis

"Prancis menyayangkan pemungutan suara hari ini", kata istana kepresidenan dalam sebuah pernyataan. Tapi kini, "di bawah ketidakjelasan situasi" kita bisa terima perpanjangan waktu untuk negosiasi tanpa alternatif.

Menteri Prancis untuk Hubungan Luar Negeri Eropa mengatakan lewat Twitter, ”UE telah memberikan segala kemungkinan yang meyakinkan untuk membatalkan kesepakatan. Kami telah sampai pada akhir negosiasi soal pembatalan karena kami harus melindungi kepentingan orang Eropa." "Solusi dari permasalahan ini hanya bisa ditemukan di London. Kalau dari kami, kami siap dengan semua skenario, termasuk keluarnya Inggris tanpa kesepakatan".

Negara UE Lainnya

Perdana Menteri Belanda mengatakan dalam banyak cuitan di Twitter: "Ini mengecewakan bahwa pemerintah Inggris tidak mampu meyakinkan mayoritas anggota kedua partai yang menyetujui Kesepakatan Pembatalan pada November lalu, bahkan setelah banyaknya bujukan dari UE. Sebuah solusi harus lahir di London”.

Europa Logo
Warga London yang pro-UE berdemonstrasi di depan Parlemen Inggris.Foto: Getty Images/J. Taylor

"Jika Inggris mengajukan alasan perpanjangan yang masuk akal, saya mengharapkan pertimbangan yang kredibel dan meyakinkan. #EU27 akan mempertimbangkan permohonan dengan memutuskannya sebagai keputusan bersama."

Perdana Menteri Denmark, Lars Lokke Rasmussen juga berkomentar di Twitter: "Terlepas dari penawaran-penawaran yang jelas dari UE terkait backstop, kami kini menghadapi skenario NoDeal Brexit yang kacau. Dan waktu kami hampir habis. Kami akan lebih berfokus pada persiapan NoDeal".

Menteri Irlandia untuk Hubungan Eropa Helen McEntee mengatakan skenario ´no-deal´ Brexit akan menjadi skenario yang merugikan semua orang. Dia menambahkan tarif no-deal tentunya akan menjadi bencana untuk pertanian dan perkebunan Irlandia. Inggris telah mengungkapkan rencana bebas tarif impor untuk 87 persen barang selama 12 bulan periode no-deal Brexit. Sentimen-sentimen sejenis telah dibagikan oleh banyak pimpinan Uni Eropa.

ga/na (dw)