1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pendekatan Rusia-Jepang

Martin Fritz29 April 2013

Sejak puluhan tahun Jepang dan Rusia gagal menyepakati sebuah perjanjian perdamaian. Kini PM Jepang, Shinzo Abe mengupayakan sebuah kompromi menyangkut kepulauan yang dipersengketakan.

https://p.dw.com/p/18Om3
Japan's main opposition Liberal Democratic Party (LDP) leader Shinzo Abe smiles during a press conference at the LDP headquarters in Tokyo on December 17, 2012. Incoming Japanese prime minister Shinzo Abe came out fighting on December 17 after his sweeping election victory, saying there can be no compromise on the sovereignty of islands at the centre of a dispute with China. AFP PHOTO / Yoshikazu TSUNO (Photo credit should read YOSHIKAZU TSUNO/AFP/Getty Images)
Foto: Yoshikazu Tsuno/AFP/Getty Images

Shinzo Abe menjadi perdana menteri Jepang yang untuk pertama kalinya sejak sepuluh tahun terakhir, berkunjung ke Moskow. Delapan tahun yang lalu, presiden Rusia melawat ke Tokyo untuk yang terakhir kalinya. Padahal kedua negara ini bertetangga langsung di Pasifik utara.

Penyebab utama renggangnya hubungan adalah sengketa yang sudah mengakar sejak 60 tahun seputar empat pulau, yaitu Kunashir, Iturup, Shikotan dan kepulauan kecil Habomai yang di Rusia disebut sebagai kepulauan "Kuril", sementara Jepang menyebutnya "teritorium utara". Masalah ini memang secara hukum internasional sangat rumit. Sebelum perang berakhir, Rusia mencaplok keempat pulau itu.

Februari lalu Perdana Menteri Shinzo Abe membuat kejutan dengan menyatakan hendak mencari "penyelesaian yang dapat diterima kedua pihak". Dalam pertemuan persiapan dengan bekas perdana menteri Jepang, Yoshiro Mori Maret 2012, Presiden Rusia, Vladimir Putin, juga mengeluarkan kata-kata yang bernada damai.

Dikatakannya bahwa adalah "tidak normal" kalau tidak ada perjanjian perdamaian. Saat itu Putin sudah memberikan pertanda, dia ingin menyelesaikan pertikaian dengan cara "hikiwake", yaitu ungkapan di olahraga yudo yang berarti "seri".

Russia's Prime Minister Vladimir Putin (R) shows a hold to a young judo wrestler at the Regional Judo Center at the Arena Sports Complex in the Siberian city of Kemerovo on January 24, 2012, during his visit to the region. Putin is known for his passion for judo, in which he has a black belt. AFP PHOTO/ POOL/ STR (Photo credit should read STR/AFP/Getty Images)
Presiden PutinFoto: STR/AFP/Getty Images

Pendekatan kepentingan ekonomi

Pendekatan politik antara Jepang dan Rusia dipicu oleh peningkatan kepentingan kerja sama ekonomi. Gas Amerika dari proses fracking yang lebih murah mendesak bisnis gas Rusia dengan Eropa. Karena itu Rusia ingin meningkatkan penjualan gasnya ke Jepang.

Saat ini kontribusi pasokan gas cair dari Rusia ke Jepang hanya sekitar 9,5 persen dari total impor gas negara matahari terbit itu. Selain itu Rusia meminati investasi dan teknologi dari Jepang.

Putin juga mengharapkan bantuan pengembangan pertanian di Siberia timur. Perusahaan Jepang Sojiz akan membangun instalasi PLTU di jalur pipa gas untuk menyuplai wilayah itu dengan listrik dan energi pemanas.

Ein fast völlig zugewachsener Panzer an der Küste der Kurileninsel Kunashiri. (Aufnahme von 1997). Die Kurileninseln zwischen der Halbinsel Kamtschatka und der japanischen Insel Hokkaido gehören zu Rußland. Sie wurden 1634 durch den Niederländer de Vries entdeckt und gehörten ab 1875 zu Japan. Im Frühjahr 1945 wurden sie von den Allierten in der Jalta-Konferenz der UdSSR zugesprochen und im August von den Sowjets besetzt. Im amerikanisch-japanischen Friedensvertrag von 1951 gab Japan alle Ansprüche auf die Inseln auf. Später forderten die Japaner allerdings die vier südlichen Inseln Habomai, Shikotan, Kunashiri und Etorofu zurück, da sie nicht zur Kurilenkette gehören würden, sonden Japans "nördliche Territorien" seien. Das umstrittene Gebiet wird von lediglich rund 17000 Menschen bewohnt. Auf den Inseln und im umliegenden Meeresboden werden Vorräte an wertvollen Mineralien und Metallen vermutet.
Kepulauan KurilFoto: picture-alliance/dpa

Abe berangkat ke Moskow hari Minggu (28/4) disertai delegasi ekonomi yang cukup besar jumlahnya. Senin (29/4) ia dijadwalkan diterima di Kremlin. Sekitar 50 tokoh industri dari sektor energi, perdagangan, pangan, medis dan properti melihat adanya potensi besar dalam perluasan infrastruktur kota dan suplai energi di Rusia.

Menurut koran finansial Nikkei, kedua negara merencanakan sebuah yayasan dana senilai satu miliar dollar AS untuk memicu investasi Jepang di Rusia timur. Perusahaan energi Rusia, Gazprom dan mitra Jepangnya Itochu serta Japan Petroleum Exploration akan membangun sebuah pabrik gas alam cair di Vladivostok. Pertengahan April, perusahaan minyak Rusia, Rosneft dan perusahaan Jepang Marubeni menandatangani pra-perjanjian bagi pembangunan sebuah pabrik gas alam cair lainnya.

Faktor Cina

Kedua negara dengan kerjasama itu juga menyasar tema politik, terutama yang terkait dengan Cina. Rusia dengan khawatir mengamati peningkatan kekuatan ekonomi dan militer Cina. Pengaruh Cina meningkat melalui pekerja dan pengusaha yang keluar masuk melalui perbatasan di Rusia timur.

ITAR-TASS: MOSCOW, RUSSIA. SEPTEMBER 20, 2012. The logo of OAO Gazprom. (Photo ITAR-TASS/ Stanislav Krasilnikov)
Logo GazpromFoto: picture-alliance/dpa

Jepang dipandang sebagai mitra kapital yang tepat yang dapat mengurangi pengaruh Cina. Dan Jepang sekaligus merupakan pembeli bahan baku dari Siberia.

Pemerintah di Tokyo sebaliknya juga tidak ingin menguatnya kemitraan Rusia dan Cina yang akan merugikan kepentingan Jepang. Media Jepang kaget saat Beijing dan Moskow Maret lalu mengeluarkan pernyataan bersama dalam isu teritorial dan keamanan. Tokyo khawatir, Rusia akan memihak Cina dalam sengketa kepulauan Senkaku/Diaoyu di Laut Cina Timur.