1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Perempuan Purba Indonesia Perbarui Teori Penyebaran Manusia

6 Oktober 2021

Teori penyebaran manusia purba dan teori tentang ras dapat berubah, setelah hasil analisis terbaru dari DNA perempuan purba Indonesia yang diberi nama Besse.

https://p.dw.com/p/41JsQ
Dua orang peneliti sedang melihat rahang manusia purba
Iwan Sumantri, menjelaskan bagian fosil manusia purba perempuan Indonesia 'Besse'Foto: Abd. Rahman Muchtar/REUTERS

Bukti genetik dari tubuh perempuan muda yang meninggal 7,000 tahun lalu, menghadirkan petunjuk pertama mengenai percampuran ras antara manusia purba di Indonesia dan manusia purba Siberia, jauh lebih awal dari perkiraan sebelumnya.

Teori mengenai migrasi manusia purba di Asia dapat berubah, berdasar hasil penelitian terbaru yang diterbitkan dalam jurnal ilmiah Nature pada Agustus lalu, setelah menguji sampel DNA, atau sidik jari genetik dari perempuan yang dikuburkan dengan upacara pemakaman di sebuah gua di Indonesia.

"Ada kemungkinan wilayah Wallace menjadi tempat pertemuan dari 2 jenis manusia purba, yakni  manusia Denisova dan nenek moyang homo Sapiens,” Jelas Basran Burhan, arkeolog Griffith University, Australia.

Burhan, salah satu ilmiwan yang juga berpartisipasi dalam penelitian tersebut, merujuk pada wilayah Indonesia, yaitu Sulawesi Selatan, tempat ditemukannya sebuah jasad manusia purba dengan batu di tangan dan di bagian panggulnya, yang ditemukan di kompleks gua Leang Pannige.

Manusia Denisova merupakan ras manusia purba yang dinamai menggunakan nama gua di Siberia, tempat jasad mereka pertama kali diidentifikasi pada tahun 2010. Hingga kini belum banyak yang bisa dipahami terkait ras manusia purba yang musnah secara misterius itu oleh para ilmuwan, termasuk detail penampakannya.

Spesimen DNA terawetkan

DNA dari Besse, nama yang disematkan peneliti untuk perempuan muda purba Indonesia ini berasal dari istilah untuk bayi perempuan yang baru lahir dalam bahasa daerah Bugis, merupakan salah satu dari sedikit spesimen yang terawetkan dengan baik di daerah tropis.

Diketahui bahwa dia merupakan keturunan dari kelompok Austronesia yang umum di Asia Tenggara dan Oseania, namun ada sedikit inklusi genetika dari ras Denisova, papar para ilmuwan.

"Analisa genetika menunjukkan, kelompok manusia pra-Neolitikum ini…merepresentasikan garis keturunan manusia yang berbeda yang tidak diketahui sebelumnya,” tulis para peneliti dalam jurnal ilmiah tersebut.

Para ilmuwan sampai saat ini memperkirakan rasa manusia purba Asia Utara seperti Denisova datang ke Asia Tenggara sekitar 3,500 tahun lalu. Namun temuan DNA Besse dari Sulawesi mengubah teori mengenai pola persebaran manusia purba.

Temuan ini juga bisa menambah pandangan baru terkait asal usul orang Papua dan orang asli Australia yang memiliki DNA Denisova.

Tiga orang peneliti sedang berada dalam gua Leang Panninge, tempat ditemukannya manusia purba
Arkeolog dari Universitas Hasanuddin, Griffith University dan Balai Pelestarian Warisan Budaya (BPCB) mengunjungi gua Leang Panninge selama penelitian batu purba di distrik Mallawa, Sulawesi SelatanFoto: Abd. Rahman Muchtar/REUTERS

"Teori migrasi mungkin akan berubah, diikuti teori mengenai ras yang juga akan berubah,” jelas Iwan Sumantri, dosen Universitas Hasanuddin, Sulawesi Selatan yang juga tergabung dalam proyek ilmiah tersebut.

Jasad Besse memberikan bukti pertama dari Denisova di antara manusia Austronesia, yang merupakan kelompok etnis tertua di Indonesia, tambahnya.

"Sekarang kita harus mencoba membayangkan, bagaimana cara mereka menyebarkan dan mendistribusikan gen mereka, hingga bisa mencapai Indonesia,” pungkas Sumantri.

mh/as (rtr)