1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Filosofi Prabowo Dalam Arah Kebijakan Umum Kemenhan

Prihardani Ganda Tuah Purba
11 November 2019

Senin (11/11), Prabowo menggelar rapat kerja perdana dengan Komisi I DPR RI. Di momen ini, Prabowo sebut bahwa pertahanan harus dipandang sebagai sebuah investasi.

https://p.dw.com/p/3SpAz
Präsident Indonesien Kandidat Prabowo Subianto
Foto: Detik.com

Komisi I DPR RI menggelar rapat kerja perdana dengan Menteri Pertahanan Prabowo Subianto di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (11/11). Rapat digelar untuk melihat program dan rencana kerja Kementerian Pertahanan selama lima tahun ke depan. 

Mengawali paparannya, Prabowo menyampaikan bahwa wawasan pemikiran yang mendasari perumusan kebijakan umum Kementerian Pertahanan yang ia pimpin bertumpu pada tujuan negara yang sesuai dengan UUD 1945. Prabowo menyampaikan bahwa tujuan negara yang pertama adalah melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, sehingga menurutnya pertahanan negara tidak boleh dipandang sebagai sebuah tambahan namun harus jadi tujuan utama. 

“Kita boleh membangun infrastruktur yang banyak dan hebat, tapi kalau kita tidak mampu menjaga wilayah laut, udara dan darat kita saya kira kita akan hilang kedaulatan kita dan kemampuan kita bertahan sebagai negara,” papar Prabowo di hadapan anggota Komisi I DPR RI, Senin (11/11).

Lebih lanjut, Prabowo menjelaskan bahwa pertahanan bagi Indonesia tidak bersifat offensive tetapi bersifat defensive, yang artinya Indonesia tidak berniat untuk mengganggu bangsa lain, namun tidak berdiam diri ketika wilayah, kepentingan dan kekayaan negara diganggu oleh negara lain.

Pertahanan rakyat semesta

Di momen yang sama, Prabowo menjelaskan bahwa fokus persiapan pemikiran dan penyelenggaraan pertahanan negara ke depan didasarkan pada konsep pertahanan rakyat semesta yang ia sebut sebagai sebuah doktrin yang lahir dari sejarah bangsa.

“Kalau terpaksa terlibat dalam perang, perang yang akan kita laksanakan adalah perang rakyat semesta, the concept of the total people’s war,” ujar Prabowo.

“Itu adalah doktrin Indonesia, selama ini lahir dari sejarah kita bahwa setiap warga negara berhak dan wajib ikut bela negara,” tambahnya.

Lebih jauh, Prabowo sebut akan melakukan dua hal dalam fokusnya menjaga wilayah kedaulatan NKRI baik darat, laut dan udara. Pertama, menjadikan pulau-pulau besar di Indonesia dapat bertahan secara mandiri dan yang kedua implementasi kebijakan luar negeri yang bebas, aktif dan bersahabat dengan semua pihak.

Baca juga : Jerman Harus Mainkan Peran Aktif Militer Global

Pertahanan adalah investasi

Tidak hanya itu, Prabowo juga mengutip beberapa filosofi yang ia sebut mendorong pemikiran dalam arah kebijakan umum kementerian pertahanan yang ia pimpin.

Pertama, filosofi dari Thucydides yang menyebutkan “The Strong will do what they can and the weak will suffer what they must”, yang artinya ‘yang kuat akan berbuat apa yang dia mampu perbuat dan yang lemah akan menderita’. Dalam hal ini Prabowo menyebutkan bahwa Indonesia tidak bisa dibiarkan lemah dengan biaya berapapun sehingga ‘tidak diinjak-injak oleh bangsa lain’.

Kedua, filosofi dari Vegetius Renatus yang menyebutkan, ‘si vis pacem para bellum’, yang artinya ‘jika kau menghendaki perdamaian, bersiaplah untuk perang’. Dalam hal ini, Prabowo menyebutkan bahwa perdamaian dapat tercapai dengan adanya stabilitas keamanan, yang juga akan berimbas pada adanya pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran. Karenanya, pertahanan menurutnya harus dipandang sebagai sebuah investasi dalam kaitannya dengan stabilitas keamanan. “Pertahanan harus dipandang sebagai sebuah investasi dan bukan hanya sekedar biaya,” jelas Prabowo.

Prabowo melanjutkan bahwa sebagai perumus kebijakan umum kementerian pertahanan, ia menganut istilah sederhana bahwa kebijakan tidak boleh didasarkan atas harapan. “Hope is not a policy, ujarnya. “Kita jangan berharap mudah-mudahan ada negara yang tidak akan menganggu kita,” tambah Prabowo.

Prabowo melanjutkan dengan menyebut bahwa strategi juga tidak bisa didasarkan atas doa. “Prayer is not a strategy,” pungkasnya. “Policy dan strategy itu ujungnya adalah investasi, investasi adalah SDM dan teknologi, doktrin dan strategi yang tepat, kemudian kekuatan yang memadai,” papar Prabowo.

Lebih jauh, Prabowo mengatakan bahwa ia menginginkan sistem pertahanan yang terintegrasi dan wilayah pertahanan yang logis rasional, dan industri pertahanan yang kokoh dan kuat yang bisa menghasilkan komponen-komponen alutsista vital dalam negeri. Menurutnya, Indonesia saat ini mampu membuat propelan, bahan yang sangat penting untuk peluru dan roket dengan menggunakan bahan baku dari dalam negeri.

“Saya sangat optimis di tahun tahun mendatang kita akan punya industri pertahanan yang kuat sekarang pun banyak produk-produk kita dibeli bangsa lain, produk-produk Pindad dan PT DI sudah banyak dibeli bangsa lain”, jelas Prabowo.

“Kekuatan TNI juga bisa menjadi kekuatan regional yang disegani”, ujar Prabowo menutup pemaparannya. (gtp/yp)