1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Kesehatan

Ratu Elizabeth Minta Rakyat Bersatu Lawan Corona

6 April 2020

Ratu Inggris Elizabeth II meminta seluruh masyarakat Inggris Raya untuk bersatu melawan pandemi corona. Dalam pidato yang terbilang langka ini, Ratu Elizabeth juga berikan penghormatan kepada tenaga medis.

https://p.dw.com/p/3aUOB
Ratu Elizabeth II
Foto: Getty Images/AFP/P. Ellis

Minggu (05/04), Ratu Inggris Elizabeth II dalam pidato resmi kerajaan angkat bicara mengenai pandemi COVID-19 di dunia, khususnya di Inggris. Ratu Elizabeth mengatakan bahwa pandemi virus corona dapat diatasi jika seluruh masyarakat Inggris Raya “tetap bersatu dan teguh” dalam menghadapi krisis ini. "Saya berbicara kepada kalian semua dalam situasi yang tengah sulit," ujar Ratu Elizabeth dari Windsor Castle.

Dalam pidato yang disiarkan lewat televisi khusus kerajaan, Ratu berusia 93 tahun ini mengatakan bahwa mengurangi aktivitas dan kontak dengan sesama merupakan hal yang tepat untuk dilakukan sekarang ini.

“Kali ini kita bergabung dengan semua bangsa di seluruh dunia dalam upaya bersama, menggunakan kemajuan besar ilmu pengetahuan dan naluri kasih sayang untuk sembuh. Kita akan berhasil - dan kesuksesan itu akan menjadi milik kita semua,” ujarnya.

Ratu Inggris berusia 93 tahun ini juga memberi penghormatan dan berterima kasih kepada para tenaga medis atas pekerjaan tanpa pamrih mereka. Sebelumnya, sang anak Pangeran Charles juga dilaporkan positif terinfeksi COVID-19.

Pidato ini terbilang langka karena merupakan pidato kelima Ratu Elizabeth di luar agenda pidato natal tahunan. Empat pidato sebelumnya disiarkan yakni ketika Perang Teluk tahun 1991, meninggalnya Putri Diana tahun 1997, meninggalnya ibundanya tahun 2002, dan perayaan Berlian Jubilee-nya pada tahun 2012 silam.

PM Boris Johnson masuk RS

Setelah menjalani isolasi mandiri di kediamannya selama lebih kurang sepuluh hari terkahir, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dibawa ke rumah sakit karena menunjukkan gejala COVID-19 yang semakin serius. Minggu (05/04) waktu setempat, PM Johnson dibawa ke sebuah rumah sakit di London untuk menjalani serangkaian pemeriksaaan.

Juru bicara perdana menteri mengatakan, “Atas saran dokter, perdana menteri malam ini dirawat di rumah sakit untuk menjalani tes.”

“Ini adalah langkah pencegahan, karena prdana menteri terus menunjukkan gejala virus corona yang persisten setelah positif COVID-19,10 hari lalu. Perdana Menteri berterima kasih kepada tenaga medis untuk semua kerja keras mereka yang luar biasa dan meminta masyarakat untuk terus mengikuti saran pemerintah untuk tinggal di rumah," ujar juru bicara.

PM Johnson dilaporkan akan berada di rumah sakit selama yang dibutuhkan. Jika kondisi Johnson semakin memburuk, Dominic Raab selaku Sekretaris Luar Negeri sekaligus Sekretaris Utama Inggris akan menggantikan posisi Johnson dalam bertugas.

Optimisme Trump

Presiden AS Donald Trump mengatakan dia berharap bahwa tingkat infeksi corona segera menurun di beberapa wilayah.

"Kami melihat ada harapan. Hal-hal itu sedang terjadi," ujar Trump saat melakukan pengarahan singkat di Gedung Putih mengenai masalah tersebut. Namun Trump memperingatkan bahwa AS akan masih bergelut dengan jumlah angka kematian yang mengerikan.

Trump menambahkan bahwa sekitar 1,67 juta orang Amerika telah dites sejauh ini dan dia sekali lagi mendorong gagasan bahwa obat hidroksiklorokuin akan efektif melawan virus.

Terlepas dari kenyataan bahwa tidak ada bukti ilmiah untuk mendukung klaim tersebut, Trump mengatakan bahwa ada "beberapa tanda yang sangat kuat" bahwa obat itu bekerja. Trump  mengumumkan bahwa AS telah membeli obat tersebut dalam jumlah besar.

Hingga Senin (06/04), sedikitnya 1.274.956 orang terinfeksi COVID-19 di seluruh dunia dan 69.487 di antaranya meninggal dunia. Amerika sendiri menjadi negara terparah terjangkit COVID-19 dengan 337.635 kasus.

rap/pkp (dari berbagai sumber)