1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Referendum Sudan Berjalan Damai

10 Januari 2011

Referndum yang akan berjalan selama tujuh hari ini diharapkan menjadi langkah yang akan membawa wilayah ini lepas dan konflik utara-selatan selama lima dekade dan makin dekat pada kemerdekaan sebuah negara baru di dunia.

https://p.dw.com/p/zvnU
Seorang warga dengan bendera Sudan Selatan berjalan menuju tempat pemilihanFoto: picture alliance/dpa

Ribuan warga Sudan Selatan datang masih terus mengalir dari berbagai wilayah untuk memberikan suara mereka pada referendum kemerdekaan hari Senin (10/01). Mengulangi pemandangan yang terjadi pada hari Minggu (09/01), antrian panjang tampak pada lokasi pemilihan suara di kota terbesar wilayah itu, Juba, sejak jauh dini hari. Mereka rela menunggu berjam jam untuk menggunakan kesempatan memberikan hak pilihannya untuk lepas dari negara terbesar di benua Afrika dan mengakhiri 5 dekade konflik antara utara dan selatan.

Salah seorang warga Sudan Selatan, sebelum memberikan suaranya, Akoi Mabior,, mengatakan, hari itu merupakan hari yang telah ditunggu oleh seluruh warga Sudan Selatan, yang mengidamkan kemerdekaan, "Ini adalah hal yang telah saya tunggu tunggu. Ini adalah hari yang ditunggu bagi warga Sudan Selatan. Kami bersyukur pada Tuhan yang telah membimbing kami sampai sejauh ini. Kami tidak mengingkan perang, kami ingin damai. Inilah mengapa hari ini rakyat Sudan Selatan membuat keputusannya."

Skala hasil hari ke dua dari tujuh hari pemungutan suara ini sudah mendekati 60 persen. Sementara perjanjian damai pada tahun 2005 antara utara dan selatan sepakat, referendum diakui sah bila mencapai 60 persen. Harapannya, amat besar: semua harus lebih baik, lebih demokratis dan damai. Wilayah ini memang belum pernah berpengalaman dalam hal demokrasi. Masih banyak konflik dengan wilayah utara yang masih belum selesai. Garis perbatasan antara utara dan selatan belum didefinisikan dan belum ada pemecahan bagaimana nantinya membagi hasil keuntungan dari penjualan minyak bumi.

Meskipun begitu, Presiden Sudan Selatan Salva Kiir menyatakan bahwa referendum tersebut merupakan saat yang monumnetal , yang paling penting saat ini adalah pemungutan suara yang berjalan damai. Ia merupakan salah satu orang pertama yang memeberikan suara pada hari pertama pemilihan suara di Juba.

Keadaan infrastruktur di Suda Selatan yang hancur karena perang membuat banyak warga Sudan Selatan yang kesulitan mencapai lokasi pemungutan suara. Sehingga, lokasi pemungutan suara masih akan dibuka hingga hari Sabtu (15/01).

Sebanyak 3,75 juta orang tercatat mengikuti pemilihan suara di wilayah selatan dan 117.000 orang di wilayah Sudan Utara, kebanyakan tinggal di ibukota Khartoum. mereka yang berada di luar negeri, di delapan negara, juga berhak memberikan suaranya. Hasil pemilu ini akan diumumkan dalam waktu lima minggu ke depan.

Simone Schlindwein/Miranti Hirschmann

Editor: Yuniman Farid