1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Science Film Festival 2022 Gaungkan Inklusivitas dalam Sains

19 Oktober 2022

Film-film yang diputar diharapkan membantu anak dan orang tua mengerti pentingnya belajar sains sejak dini. Karena sains itu menyenangkan dan untuk semua orang.

https://p.dw.com/p/4IMyT
Pembukaan Science Film Festival pada 18 Oktober 2022  di Goethe-Institut, Jakarta
Pembukaan Science Film Festival pada 18 Oktober 2022 di Goethe-Institut, JakartaFoto: C. Andhika S./DW

Science Film Festival kembali digelar! Ajang festival film tahunan yang diinisiasi oleh Goethe-Institut ini digelar mulai 18 Oktober sampai 30 November 2022. Tahun ini, ajang festival film sains akan mengambil tema Kesempatan yang Setara di Dunia Sains. Tidak dipungkiri, sampai saat ini kesempatan yang setara seringnya masih jadi sebatas wacana.

"Tema ini dipilih karena menjadi salah satu tema penting untuk masyarakat karena menyangkut tentang keberagaman dan inklusi. Kesempatan yang setara di dunia sains ini diharapkan bisa membangun kesadaran orang banyak tentang inklusi dan keberagaman," kata Dr. Stefan Dreyer, Direktur Regional Goethe-Institut untuk Asia Tenggara, Australia, dan Selandia Baru kepada DW Indonesia, usai konferensi pers Science Film Festival di Goethe-Institut, Selasa (18/10), di Jakarta.

"Kami ingin melihat lebih banyak lagi anak-anak muda dan perempuan yang menjadi ilmuwan di kemudian hari."

Dreyer menambahkan bahwa keberagaman dan inklusi akan membantu menghadirkan tambahan talenta di bidang sains. Dia tidak memungkiri bahwa dalam banyak hal, termasuk sains, masih banyak kaum minoritas termasuk perempuan yang belum terwakili.

"Padahal banyak perempuan muda, anak muda di sekitar kita yang berpotensi. Jadi topik ini sangat penting untuk diangkat."

"Lewat festival film ini, kami ingin mengajak semua orang, pria, perempuan, anak-anak, dewasa, tua, dan muda, untuk menyadari bahwa sains itu menyenangkan buat semua," ujar Dreyer.

Di tahun ini, Science Film Festival menggandeng lebih banyak peserta. Setidaknya ada 55 kota di Indonesia dari siswa-siswi SD sampai SMA yang bergabung dalam festival ini. 

Christoph Fischer, Kepala Bagian Kebudayaan & Informasi, Kedutaan Besar Republik Federal Jerman mengungkapkan bahwa festival film ini membantu menciptakan edukasi untuk perempuan agar semakin berani melangkah ke banyak bidang, termasuk sains.

Kesempatan setara dalam sains

Kesempatan yang setara bukan hanya bicara soal kesempatan perempuan untuk ambil bagian dalam sains. Dr. Fatchiah E. Kertamuda, Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Universitas Paramadina mengungkapkan sebenarnya saat ini isu gender soal kesempatan dan lapangan kerja sudah semakin mereda.

Dia mengungkapkan kesempatan untuk mengenyam pendidikan di universitas untuk berbagai jurusan adalah sama.

"Sudah semakin kecil isu ketimpangan gender ini. Malahan di berbagai kursi pimpinan juga banyak yang perempuan, itu kalau di dunia kerja. Cuma kalau untuk di sains, memang sampai saat ini yang lebih banyak laki-laki," katanya kepada DW Indonesia.

Terlepas soal gender, peran orang tua diakui sangat penting dalam membantu anak-anak agar lebih tertarik pada sains sejak dini. Hal ini pula yang mendasari pemahaman bahwa kesempatan setara di dunia sains juga berlaku untuk semua usia dan lapisan masyarakat.

Diminati pelajar dari banyak kota

Di Indonesia, Science Film Festival  akan memutar setidaknya 17 film dari 10 negara seperti Afrika Selatan, Austria, Belgia, Cile, Haiti, India, Indonesia, Jerman, Spanyol, dan Thailand. Film-film ini akan diputar secara bergiliran secara luar jaringan di sekolah-sekolah di Jabodetabek, Bandung, Sidoarjo, dan Medan.

Selain pemutaran film, festival ini juga akan diramaikan dengan bermacam percobaan sains secara daring bagi murid-murid di sejumlah daerah seperti Aceh, Bintuni, Bombana, Denpasar, Fakfak, Flores Timur, Indramayu, Jayapura, Kupang, Makassar, Salatiga, Surabaya, dan Temanggung. 

Mengenalkan Iptek Lebih Dini Pada Anak

"Kami gembira di tahun ini bisa menjangkau banyak daerah, tidak cuma kota besar tapi juga 55 kota lain dan sekitar 60 sekolah," kata Dreyer. "Pesan kunci yang ingin kami hadirkan di sini ada beberapa hal. Pesan untuk guru, buatlah sains jadi lebih menyenangkan."

Perayaan pembukaan Science Film Festival pada Selasa (18/10) dihadiri oleh 200 pelajar dari berbagai sekolah. Sebelum menyaksikan pemutaran perdana film Jerman berjudul Nine and a half Your Reporters: Unimaginable! What Thoughts Can Move karya Sarah Schultes, para pelajar dihibur dengan penampilan musik jimbe dari Rumah Ceria Down Syndrome dan peragaan sains sederhana.

Sains itu menyenangkan!

Pada kesempatan yang sama, Dr. Hilmar Farid, Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, mengungkapkan bahwa kesempatan yang setara harus diwujudkan di berbagai lapisan masyarakat.

Di Indonesia, kata ujar Hilmar Farid, kesempatan untuk menumbuhkan kecintaan pada sains masih tergolong sulit dilakukan.

"Syarat bagi berkembangnya sains di masyarakat adalah perangai ilmiah. Namun perangai masyarakat ini sangatlah bervariasi, semua tergantung pada latar berlakang kultural atau sosial. Jadi, perangai ini sulit tumbuh di masyarakat," ucapnya kepada DW Indonesia.

"Hal ini menyebabkan tantangan pengembangan sains tertimpa pada institusi pendidikan. Sementara, institusi pendidikan juga masih banyak hambatan."

Tidak cuma itu, kata Hilmar, untuk menumbuhkan kecintaan dan inklusivitas, pendidikan sains harus dimulai sejak dini. "Ketika sains dianggap abstrak, daya tariknya makin berkurang sementara di dunia ini semuanya berkaitan dengan sains."

"Hanya saja, tantangannya adalah bagaimana biar sains bisa menarik dan relevan akan situasi yang terjadi saat ini ... Film ini akan membantu anak-anak dan orang tua untuk memberikan pemahaman lebih baik mengapa anak itu harus belajar sains sejak dini. Karena sains itu fun dan untuk semua orang, tanpa terkecuali," ujarnya. (ae)

C. Andhika S. Detail, humanis, dan tidak ambigu menjadi pedoman saya dalam membuat artikel yang berkualitas.