1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Sebut bin Laden Mati Syahid, PM Pakistan Dikritik

26 Juni 2020

Perdana Menteri Pakistan Imran Khan dihujani kecaman, setelah dia mengatakan mantan pemimpin Al Qaida, Osama bin Laden "mati syahid".

https://p.dw.com/p/3eOTm
 Trump - Khan
PM Pakistan, Imran Khan bersama Presiden AS Donald TrumpFoto: Reuters/J. Ernst

Perdana Menteri Pakistan Imran Khan menyampaikan komentar yang mengundang kecaman tersebut di parlemen saat dia menggambarkan sejarah hubungan Pakistan yang bermasalah dengan Amerika Serikat, sejak pasukan khusus Amerika Serikat membunuh Osama bin Laden pada tahun 2011 di Kota Abbottabad, Pakistan. 

"Amerika datang ke Abbottabad dan membunuh Osama bin Laden. Membuat dia (bin Laden) menjadi martir," ujar Khan, sebagaimana dikutip dari AFP. Istilah syahid atau martir umumnya digunakan untuk orang-orang yang mati atau terbunuh saat membela agama, atau dalam keadaan yang sulit. 

Dilansir dari Associated Press, Khan juga menyerang kebijakan luar negeri pendahulunya dan mengatakan bahwa kemitraan Pakistan dengan Amerika Serikat dalam perang melawan teror adalah sebuah kesalahan.  

PM Pakistan itu juga mengatakan pemerintahan di Washington menggunakan bahasa kasar terhadap Pakistan, dengan menyalahkan Islamabad atas kegagalannya di Afghanistan serta menolak untuk memberitahu Islamabad tentang operasinya melawan bin Laden pada tahun 2011. 

“Kami memihak AS dalam perang melawan teror, tetapi mereka datang ke sini dan membunuh Osama bin Laden, ia mati syahid dan ... (AS) menggunakan bahasa kasar terhadap kita (dan) tidak memberi tahu kami (tentang serangan itu), terlepas dari kenyataan bahwa kita kehilangan 70.000 orang dalam perang melawan teror,“ ujar Khan kepada parlemen. 

Kecaman dari pihak oposisi 

Perdana menteri Pakistan itu kemudian menghadapi pukulan balik dari tokoh oposisi dan pengamat setelah penyampaian pidatonya tersebut di televisi, demikian ditulisd AFP. "Imran Khan telah mengotak-atik sejarah, menyatakan Osama bin Laden sebagai martir," ujar mantan menteri luar negeri Pakistan, Khawaja Asif kepada parlemen. 

"Muslim di seluruh dunia sedang berjuang menghadapi diskriminasi karena terorisme baru-baru ini dan perdana menteri kami membuatnya lebih buruk dengan menyebut bin Laden sebagai seorang martir Islam!" demikitan cuitan di Twitter yang ditulis Meena Gabeena, seorang aktivis Pakistan. 

Keseleo lidah? 

Kantor perdana menteri Pakistan tidak segera mengeluarkan pernyataan menanggapi kritik tersebut, tetapi menteri sains dan teknologi Pakistan, Fawad Chaudhry menggambarkan pernyataan Khan sebagai "keseleo lidah". 

Pakistan telah secara resmi membantah mengetahui bahwa bin Laden bersembunyi di negara itu sampai akhirnya bin Laden ditembak mati dalam serangan malam hari pada tanggal 2 Mei 2011. 

Kematian bin Laden menjadi pukulan memalukan bagi Pakistan dan insiden itu menyebabkan hubungan yang sudah renggang antara AS dan Pakistan semakin jauh. 

Asad Durrani, mantan tokoh spionase, mengatakan kepada Al Jazeera pada tahun 2015 bahwa badan intelijen Pakistan (ISI) yang kuat pengaruhnya di Pakistan kemungkinan tahu di mana dia bersembunyi dan berharap menggunakannya sebagai alat tawar-menawar dengan AS. 

Keberadaan dalang serangan teror ke Gedung World Trade Center (WTC) pada 11 September 2001.itu terlacak setelah perburuan selama 10 tahun di Abbottabad, sebuah kota garnisun di utara Islamabad di mana akademi militer Pakistan bermarkas. Pihak berwenang dituding berkolusi dengan kelompok teror Al Qaeda. 

Khan telah berulang kali membuat pernyataan kontroversial  termasuk dalam perjalanannya  ke AS pada tahun 2019 ketika dia mengklaim badan intelijen Pakistan ISI sudah memberikan petunjuk ke Washington yang membantu mereka menemukan dan membunuh bin Laden. 

Perdana menteri yang dulunya merupakan atlet kriket ini telah lama dikritik oleh lawan politiknya  karena terlalu bersimpati dengan kelompok militan. Pesaingnya bahkan pernah menjulukinya  sebagai  "Taliban Khan". 

ap/as(afp/ap/rtr)