1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

190511 Obama Nahostrede

19 Mei 2011

Kamis (19/05), Presiden Amerika Serikat Barack Obama akan berpidato tentang politik Timur Tengah dan gerakan demokrasi Arab. Apakah ini akan menjadi langkah penting? Para pakar skeptis.

https://p.dw.com/p/11Jbw
Gambar simbol Obama dan püermasalahan di Timur TengahFoto: AP/DW

Gedung Putih berbicara tentang 'momen meraih kesempatan', tetapi sebenarnya waktu yang dipilih Presiden Amerika Serikat Barack Obama untuk menyampaikan pidatonya tentang politik Timur Tengah tidak tepat. Vali Nasr, profesor politik Universitas Tufts di Boston, menjelaskan, "Ia berbicara kepada dunia Arab di saat masa kebangkitan terhenti. Sangat jelas, bahwa rezim diktator di Libya, Suriah, Yaman dan Bahrain tengah unggul. Tidak ada dari rezim tersebut yang mengikuti Mesir. Ini menimbulkan frustasi."

Para pengeritik Obama menuduhnya tidak memiliki strategi yang benar bagi perubahan dramatis di Timur Tengah dan Afrika Utara. Pemerintah Amerika Serikat dianggap terlalu pasif. Selain itu ada standar ganda. Gedung Putih misalnya mendukung gerakan demokrasi di Mesir, tetapi hampir tidak melakukan apa-apa di Bahrain karena pemerintah Amerika Serikat punya kepentingan di sana untuk mempertahankan status quo.

Pakar Timur Tengah Robert Danin berpendapat, "Saat ini timbul kekecewaan besar di kawasan tersebut. Baik di kalangan Arab mau pun Israel. Karena Amerika Serikat berbicara tentang prinsip, tetapi kenyataannya tidak menjalankannya."

Dua tahun yang lalu saat Obama berbicara ke dunia Muslim di Kairo, harapan yang ditaruh padanya masih besar. Kini situasinya telah berubah. Dalam penelitian yang dilakukan lembaga Pew baru-baru ini dikatakan, citra Amerika Serikat dan Obama memburuk di negara-negara Islam. Karena itu, profesor politik Vali Nasr memiliki saran bagi presiden Obama, "Presiden harus menyinggung tema yang penting bagi rakyat di dunia Arab. Ia harus mengatakan bagaimana posisi Amerika Serikat dan bagaimana ia bisa membantu untuk memajukan proses transformasi."

Amerika Serikat ingin membantu di bidang ekonomi. Ini telah diumumkan Gedung Putih Rabu (18/05). Dalam pidatonya, Obama akan menawarkan bantuan ekonomi, khusus bagi Mesir dan Tunisia. Ini dianggap penting untuk mendukung proses demokrasi di kedua negara itu. Konflik Timur Tengah juga akan disinggung. Temanya mungkin seputar hasil pembicaraan Obama dengan Raja Abdullah di Yordania dua hari yang lalu.

Sebenarnya proses perdamaian Timur Tengah telah terhenti. Warga Palestina yang frustasi tidak mau lagi menunggu lebih lama dan ingin agar negaranya diakui keberadaannya, September ini oleh PBB. Pemerintah Amerika Serikat ingin menghindarkannya. Dan menurut banyak pakar, untuk mencapai keinginan tersebut Amerika harus mulai aktif bergerak. Kesempatan untuk menghidupkan kembali proses perdamaian bisa dilakukan Jumat e(20/05), saat Presiden Obama menerima kunjungan perdana menteri Israel Benyamin Netanyahu di Gedung Putih.

Anna Engelke/Vidi Legowo-Zipperer

Editor : Hendra Pasuhuk