1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialJerman

Slowflowers: Rayakan Valentine dengan Bunga Ramah Lingkungan

Jeannette Cwienk
14 Februari 2023

Bunga potong konvensional, yang juga banyak dijual di supermarket, sering terkontaminasi pestisida. Gerakan Slowflower ingin mempromosikan bunga yang ramah lingkungan. Apa maksudnya?

https://p.dw.com/p/4NSXR
Foto ilustrasi bunga mawar
Foto ilustrasi bunga mawarFoto: Christian Ohde/CHROMORANGE/picture alliance

Apakah Anda akan betul bermaksud memberi barang tercemar campuran kimia kepada kekasih Anda di Hari Valentine atau hari lain? Menurut organisasi perlindungan lingkungan Jerman BUND, bunga potong yang diproduksi secara konvensional - terutama mawar, yang paling sering dihadiahkan pada Hari Valentine.

Majalah Jerman "Öko-Test” baru-baru ini menemukan ada total 54 jenis pestisida berbeda pada 21 karangan bunga mawar yang mereka periksa. Bahkan di tiga perempat karangan bunga ada bahan-bahan yang penggunaannya sudah dilarang di Eropa.

Terutama pada musim dingin, sebagian besar buket mawar yang dijual di supermarket Jerman didatangkan dari negara-negara tropis miskin. Menurut BUND, di negara-negara itu pestisida dalam budidaya konvensional telah mencemari lingkungan dan pekerja industri bunga. Selain itu, bunga impor semacam itu punya jejak karbon yang jauh lebih tinggi daripada bunga regional, misalnya dari Belanda.

Pekerja industri bunga potong di Kenya
Pekerja industri bunga potong di KenyaFoto: epa Jon Hrusa/dpa/picture-alliance

Gerakan Slowflowers: bunga regional, musiman, dan tanpa pestisida

Sejumlah toko bunga para pembudidaya bunga di Jerman kini mendirikan paguyuban yang disebut Slowflower. Mereka menanam dan menjual bunga sendiri, dan tidak mengimpornya dari jauh. Motto mereka: bunga potong berkelanjutan, regional dan bebas pestisida maupun pupuk kimia.

"Dalam hal makanan misalnya, banyak orang sekarang memperhatikan, dari mana asalnya dan bagaimana makanan itu dibudidayakan - sayangnya hal ini tidak begitu sering terjadi pada bunga," kata Jane Silburn, petani bunga dan juru bicara gerakan Slowflower. "Kami menggunakan benih dari sumber yang berkelanjutan dan mencoba membuat kompos sendiri dari sisa-sisa tanaman,” jelasnya.

"Bahkan di musim dingin, banyak rangkaian bunga yang bisa dibuat sesuai dengan prinsip gerakan Slowflower", tegas Silburn. Di beberapa tempat, sudah dijual tulip yang berasal dari rumah kaca yang tidak dipanaskan, tetapi diterangi matahari. Atau bunga dari pohon buah-buahan yang mulai mekar di dalam apartemen.

"Cara lain adalah membuat karangan bunga kering", papar Jane Silburn lebih lanjut. Itu sekarang bahkan sedang jadi tren. Tunas tanamannya dipanen pada musim panas, lalu dikeringkan dengan hati-hati untuk mempertahankan warna sebanyak mungkin. Kemudian bisa disimpan untuk dipasarkan pada musim dingin — semua tanpa bahan kimia yang biasa digunakan pada bunga kering konvensional.

Lebih mahal, tapi lebih ramah lingkungan

Di Inggris, organisasi "Flowers from the farm" sudah terbentuk sepuluh tahun lalu dan kini memiliki lebih dari 1000 anggota. Juga di AS dan Italia bermunculan gerakan Slowflower. Jaringan Slowflower di wilayah berbahasa Jerman saat ini memiliki lebih dari 200 anggota – yaitu di Jerman, Austria, dan Swiss. Tapi lebih dari setengahnya menjalankan bisnis bunga berkelanjutan sebagai usaha sampingan. Itu sebabnya, slowflowers belum bisa ditemukan di setiap toko bunga di negara-negara berbahasa Jerman.

"Dibandingkan dengan bunga yang diproduksi secara masal dan dijual di banyak supermarket, harga slowflowers lebih mahal. Karena memang banyak pekerjaan yang harus dilakukan: mulai dari penanaman, perawatan ladang bunga, hingga panen", kata Jane Silburn.

Jurubicara gerakan Slowflower  itu mengatakan, tentu saja bunga adalah produk mewah - dan memang seharusnya demikian. "Bunga harus lebih dihargai dan tidak dilihat sebagai produk massal yang murah." Karena konsekuensinya akan buruk bagi lingkungan" ujar Silburn.

"Meskipun harganya lebih tinggi, permintaan untuk bunga berkelanjutan makin meningkat", ujar pemilik toko Slowflowers Elke Markwort yang kini hanya menawarkan bunga hasil budidaya lokal. "Sebagian besar orang yang datang ke tokonya sangat antusias dengan bunga lokal. Dan itulah mengapa mereka sering kembali", pungkasnya.

(hp/as)