1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialAsia

Tampilkan Blackface, Televisi Cina Banjir Kecaman

12 Februari 2021

Lembaga penyiaran pemerintah Cina, CCTV, menuai kecaman setelah menampilkan pertunjukan yang dianggap mempromosikan stereotip rasisme blackface di acara spesial Imlek.

https://p.dw.com/p/3pFji
Ilustrasi pertunjukan blackface atau minstrel
Ilustrasi pertunjukan blackface atau minstrelFoto: Imago Images/Zuma Press

Pertunjukan yang digelar untuk merayakan Tahun Baru Imlek pada Kamis (11/02) malam waktu setempat oleh CCTV, lembaga penyiaran milik pemerintah Cina, banjir kecaman dan tuduhan mempromosikan stereotip rasisme. Pasalnya, pertunjukan itu menampilkan penari asal Cina yang wajah dan tubuhnya dicat hitam menyerupai orang Afrika.

Pertunjukan bertema "Lagu dan Tarian Afrika" ini adalah salah satu program TV yang paling banyak ditonton di dunia dengan pemirsa mencapai ratusan juta orang.

Pada pertunjukkan tersebut, para dramawan tampil di atas panggung dengan mengenakan pakaian yang menyerupai pakaian Afrika dan menggelapkan kulit mereka dengan kosmetik. Mereka lalu menari dan menabuh drum.

Siaran ini kontan memanen kritik dengan ribuan pengguna media sosial Cina, Weibo, ramai-ramai menyatakan protes mereka. Organisasi dan lembaga advokasi untuk warga kulit hitam di Cina juga mengecam acara tersebut.

"Apa bedanya antara orang Cina yang berwajah (dicat) hitam dan orang kulit putih yang menyipitkan mata untuk mengolok-olok orang Asia?" ujar seorang pengguna Weibo.

Blackface oleh komedian Billy Van
Di awal abad 20, blackface sering ditampilkan oleh aktor dan komedian kulit putih, terutama oleh mereka yang baru berjuang mencari panggung. Dalam foto: komedian Billy Van dengan wajah dicat hitam.Foto: picture-alliance/Everett Collection

Warisan stereotip rasisme

Ini bukan kali pertama lembaga siaran pemerintah Cina itu memicu kontroversi rasial karena menampilkan pertunjukkan blackface atau minstrel.

Minstrel atau blackface minstrelsy adalah jenis hiburan komedi di mana aktor yang pada umumnya berkulit putih mengecat badan mereka dengan cat hitam, menampilkan nyanyian dan tarian para budak kulit hitam. Sebagai pertunjukan panggung, minstrel mencapai puncak popularitasnya di Amerika pada abad ke-17. 

Pada tahun 2018, rakyat Cina juga pernah disuguhi drama komedi bernada rasisme. Acara tersebut dibintangi aktris kenamaan asal Cina, Lou Naiming, yang tampil di atas panggung dengan pakaian berwarna-warni. Dengan wajah dan lengan yang dicat coklat, Lou Naiming mengusung satu keranjang buah, ditemani oleh aktor lain yang berkostum monyet.

"Sementara pendukung praktik tersebut menyatakan bahwa blackface berpusat pada empati & realisme, sulit untuk memisahkannya dari sejarah panjang minstrel & fiksasi pada karikatur yang bermasalah," kata Black China Caucus, sebuah kelompok aktivis yang bergerak pada pengintegrasian warga kulit hitam di Cina lewat Twitter. 

"Tahun depan, kami berharap penyelenggara memutuskan untuk mengakhiri praktik ini dan mempekerjakan ribuan orang kulit hitam yang tinggal di banyak wilayah di Cina."

Sementara Black Livity China, sebuah organisasi yang terdiri dari orang-orang keturunan Afrika yang bekerja di atau dengan Cina, menyebut siaran itu "sangat mengecewakan."

"Kami tidak bisa cukup menekankan dampak adegan seperti ini terhadap komunitas Afrika dan Afro-diaspora yang tinggal di Cina," tulis organisasi itu di Twitter.

Hingga Jumat (12/02), Kementerian Luar Negeri Cina belum menanggapi permintaan untuk berkomentar, mengingat di Cina ini adalah musim libur.

Pertunjukan yang tahun ini berfokus pada perayaan pekerja medis Cina dan program luar angkasa negara itu, telah menjadi acara populer sejak pertama kali ditayangkan pada tahun 1983. 

Perayaan Imlek di rumah

Partai Komunis Cina yang berkuasa memang tengah mencoba untuk mempromosikan citra persatuan dengan negara-negara Afrika sebagai sesama negara berkembang. Namun sepertinya cara ini menjadi bumerang. Acara televisi itu ditonton oleh tidak kurang dari 800 juta orang di Cina, saat sebagian besar warga merayakan malam pergantian Tahun Baru Imlek dari rumah mereka.

Tahun ini, sebagian besar masyarakat Cina merayakan Imlek di kediaman mereka. Sejumlah tempat ibadah yang biasanya dipadati oleh jamaah ditutup. Jalan-jalan di kota besar sebagian besar kosong.

Kementerian Perdagangan mengatakan ada 48 juta lebih orang di kota-kota di Cina yang berencana merayakan tahun baru Imlek di rumah mereka, alih-alih pulang kampung atau pergi ke tempat-tempat hiburan.

Keberangkatan dari dua bandara utama Beijing pada Rabu (10/02) turun sebesar 75 persen dari tahun lalu, pemerintah melaporkan.

Di Taiwan, seorang pedagang mengatakan penjualannya pada tahun baru kali ini naik sekitar 10 hingga 20 persen karena orang-orang merayakan tahun baru di rumah dengan makan malam bersama keluarga dan tidak bepergian ke luar negeri.

ae/hp (Reuters, AP, Britannica)