1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Terbunuhnya Gubernur Punjab Perdalam Krisis Politik Pakistan

5 Januari 2011

Salman Taseer, termasuk suara moderat paling keras menentang radikal Islam. Ia tewas ditembak pengawalnya sendiri, yang berang atas penentangan politisi itu terhadap Undang Undang Penistaan Agama.

https://p.dw.com/p/ztqU
Salman Taseer (kanan, berkacamata hitam)Foto: AP

Salman Taseer, politisi liberal yang dekat dengan Presiden Asif Ali zardari, tak punya peran intensif dalam pemerintahan pusat. Tetapi pembunuhannya di tengah hari bolong di sebuah pusat perbelanjaan, menguatkan kesan bahwa pemerintah Pakistan tak mampu menstabilkan negara Muslim berpenduduk 170 juta itu. Taseer ditembak oleh pengawalnya sendiri, yang tampaknya berang atas penentangan politisi itu terhadap Undang Undang Penistaan Agama.

Menteri Dalam Negeri Rehman Malik mengatakan kepada media, "Pagi hari, gubernur berkunjung ke rumah presiden dan Senat. lalu ia menemui menteri informasi. Setelah itu ia makan di sebuh restoran kecil dengan seorang teman. Selesai makan, saat ia akan memasuki mobilnya, si pembunuh melepaskan tembakan. Setelah menembak ia meletakkan senjata dan menyerahkan diri pada polisi. Ia mengatakan, ia membunuh karena Taseer menentang Undang Undang Penistaan Agama."

UU Penistaan Agama belakangan menjadi kontroversi di Pakistan. Aktivis HAM dan kelompok liberal mengatakan, UU itu sering dimanfaatkan oleh kelompok konservatif keagamaan, juga oleh orang biasa, untuk menyelesaikan masalah pribadi. Kasus terbaru menyangkut seorang perempuan Kristen, Asia Bibi, yang divonis hukum mati bulan November karena dituduh menghujat Nabi Muhammad.

UU tersebut mendapat dukungan luas di Pakistan yang lebih dari 95% penduduknya Muslim, dan kebanyakan politisi segan bila terlihat lunak dalam membela Islam. Namun Saleem Taseer terang-terangan melontarkan kritik. Ia menggunakan situs jejaring sosial Twitter dan penampilan di depan publik untuk menentang UU Penistaan Agama. Ia mengunjungi Bibi di penjara dalam kampanye bagi pembebasannya. Ia menulis di Twitter-nya Jumat (31/12), "Saya berada dalam tekanan besar untuk tunduk pada kelompok kanan tentang UU penghujatan. Saya menolak. Sekalipun saya orang terakhir yang melawan."

Pengamat politik di IslamAbad, Shafqat Mahmood menerangkan, "Apa yang dikatakan Salman Taseer, dan banyak orang lainnya, bukan bahwa orang bisa menghujat nabi atau Allah SWT. Tetapi bahwa UU tersebut, dalam bentuknya yang sekarang, mudah untuk disalahgunakan. Karena itu kita harus melakukan segalanya untuk memastikan agar orang tidak menyalahgunakan hukum ini untuk menyelesaikan persoalan pribadi. Inilah yang dilakukan Salman Taseer. Tetapi orang awam, yang tidak punya pemahaman mendalam, yang termakan propaganda kelompok agama garis keras, mengira bahwa dia anti Islam."

Kelompok ulama Jemaat Ahli Sunah di Pakistan memperingatkan, siapapun yang menunjukkan dukacita atas terbunuhnya Salman Taseer yang menentang UU Penistaan Agama, dapat mengalami nasib yang sama. Kelompok ini salah satu perwakilan terbesar mazhab Barelvi yang moderat dari Sunni.

Pembunuhan terhadap Salman Taseer memperdalam krisis politik di Pakistan. Tiga hari berkabung nasional akan melumpuhkan pemerintahan yang tengah menghadapi krisis setelah kehilangan mayoritas di parlemen menyusul mundurnya Gerakan Muttahida Qaumi dari koalisi.

Renata Permadi/afp/rtr

Editor: Yuniman Farid