1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialAsia

Watchdoc Pembuat 'Sexy Killers' Raih Ramon Magsaysay Award

1 September 2021

Pembuat film dokumenter Indonesia, Watchdoc, menerima penghargaan bergengsi Ramon Magsaysay Award atas upayanya berjuang menciptakan kesadaran publik akan isu-isu HAM, keadilan sosial, dan lingkungan.

https://p.dw.com/p/3zkjF
Penghargaan Ramon Magsaysay Award tahun 2018
Foto ilustrasi: Ramon Magsaysay Award tahun 2018Foto: Kyodo News/imago images

Pembuat film dokumenter Indonesia, Watchdoc, yang berfokus pada isu hak asasi manusia, keadilan sosial, dan lingkungan, memenangkan penghargaan Ramon Magsaysay Award 2021. Watchdoc menjadi satu-satunya pemenang yang merupakan organisasi pada tahun ini dan satu-satunya organisasi dari yang selama ini pernah menerima kategori yang sama.

Ramon Magsaysay Award adalah penghargaan yang dinamai berdasarkan nama seorang presiden Filipina yang tewas dalam kecelakaan pesawat.

“Sebuah rumah produksi yang dengan kreatif mengkombinasikan film dokumenter dan platform alternatif untuk mengangkat isu-isu yang tak terekspos,” begitu Watchdoc Media Mandiri atau Watchdoc diperkenalkan di antara para peraih penghargaan pada tahun ini dalam situs rmaward.asia, pada Selasa (31/08).

Penghargaan ini diberikan secara virtual setelah pada tahun 2020 acara dibatalkan karena pandemi virus corona.

Turut anugerahi ilmuwan Bangladesh yang perangi kolera

Selain itu, seorang ilmuwan Bangladesh yang membantu mengembangkan vaksin murah untuk melawan kolera, juga dianugerahi penghargaan ini, bersama dengan pelopor keuangan mikro Pakistan dan seorang nelayan Filipina pada Selasa (31/08).

Firdausi Qadri, yang berusia 70 tahun, adalah satu dari lima penerima Ramon Magsaysay Award, atas "pengabdian seumur hidup pada profesi ilmiah" dan "kontribusi tak kenal lelah untuk pengembangan vaksin". 

Senjata Baru Melawan Kolera

Qadri yang bekerja di Pusat Penelitian Penyakit Diare Internasional di ibu kota Bangladesh, Dhaka, memiliki "peran kunci" dalam menciptakan vaksin yang lebih terjangkau untuk memerangi kolera dan tifus, demikian menurut yayasan penghargaan yang berbasis di Manila itu dalam sebuah pernyataan.

Tak hanya itu, ia juga berperan dalam vaksinasi di kamp-kamp pengungsi Rohingya di Cox's Bazar dalam beberapa tahun terakhir sebagai upaya mencegah wabah kolera. Penyakit ini menyebabkan diare akut dan menyebar melalui makanan dan air yang terkontaminasi. 

Qadri juga berperan membangun kapasitas penelitian ilmiah di Bangladesh.

"Saya senang, sangat senang tetapi juga rendah hati," kata Qadri dalam sebuah video.

Penghargaan Ramon Magsaysay didirikan pada 1957 untuk menghormati orang dan kelompok yang mengatasi pembangunan masalah.

Nelayan Filipina termasuk di antara penerima penghargaan

Muhammad Amjad Saqib yang berusia 64 tahun, juga diberi penghargaan untuk program keuangan mikro tanpa bunga dan bebas agunan, yang disebut telah membantu jutaan keluarga miskin. 

Hampir 20 tahun setelah diluncurkan, Akhuwat telah tumbuh menjadi lembaga keuangan mikro terbesar di negaranya, yang mendistribusikan setara $900juta (Rp12,8 triliun) dan menawarkan hampir 100 persen tingkat pembayaran pinjaman kembali.

Saqib, yang menggunakan tempat ibadah untuk menjalankan programnya dalam membantu orang miskin, dianugerahi atas "keyakinannya yang menginspirasi bahwa kebaikan manusia dan solidaritas akan menemukan cara untuk menghapus kemiskinan.”

Pemenang lainnya adalah nelayan Filipina, Roberto Ballon yang berusia 53 tahun, yang dikenal atas usahanya membantu "menghidupkan kembali industri perikanan yang sekarat" di pulau selatan Mindanao. Tambak ikan di sana telah mengalami kerusakan akibat ulah manusia.

Dengan dukungan pemerintah, Ballon dan nelayan skala kecil lainnya melakukan penanaman kembali 500 hektar hutan mangrove pada 2015, yang hasilnya telah meningkatkan tangkapan ikan dan kualitas hidup mereka. 

"Apa yang dulunya merupakan gurun pasir tambak yang ditinggalkan sekarang menjadi hamparan hutan bakau yang sehat dan kaya dengan kehidupan laut dan darat," kata yayasan penghargaan itu.

Penerima penghargaan lainnya adalah StevenMuncy, yang mendirikan komunitas LSM dan Layanan Keluarga Internasional yang berbasis di Filipina. Ia dikenal karena membantu para pengungsi, korban bencana alam, dan membantu anak-anak kembali sekolah.

pkp/ha (AFP)