1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialAsia

Paus Akhiri Kunjungan Bersejarah di Mongolia

4 September 2023

Paus Fransiskus pada hari Senin (04/09) mengakhiri kunjungannya di Mongolia, setelah melontarkan pernyataan yang meminta umat Katolik Cina untuk menjadi “warga negara yang baik” dan “umat kristiani yang baik.”

https://p.dw.com/p/4Vud2
Paus Fransiskus disambut di Mongolia
Paus Fransiskus disambut di MongoliaFoto: Louise Delmotte/AP/picture alliance

Paus Fransiskus meninggalkan negara Asia Timur  itu menuju Roma, setelah upacara perpisahan resmi di Bandara Jenghis Khan, Ulan Bator, Mongolia, pada hari Senin (04/09).

Paus Fransiskus mengakhiri kunjungannya dengan meresmikan House of Mercy di Ulaanbaatar, sebuah pusat yang menyediakan layanan kesehatan sementara bagi para tunawisma, korban kekerasan dalam rumah tangga, dan orang-orang lain yang membutuhkan.

“Kemajuan sejati suatu negara tidak diukur dari kekayaan ekonominya, apalagi dari investasi pada kekuatan persenjataan yang ilusif, namun dari kemampuannya menyediakan kesehatan, pendidikan, dan pembangunan integral rakyatnya,” kata Paus Fransiskus.

Di penghujung perjalanan bersejarahnya ke negara Buddha tersebut, Paus Fransiskus mengatakan gereja Katolik didorong oleh iman untuk membantu mereka yang membutuhkan. Paus Fransiskus mengatakan dia ingin menghilangkan "mitos" bahwa gereja Katolik menggunakan amal "seolah-olah peduli terhadap orang lain adalah cara untuk menarik orang untuk 'bergabung'."

Dalam kunjungan kepausan pertama ke negara itu, sehari sebelumnya, Paus Fransiskus, pada hari Minggu (3/9), mengirim salam khusus kepada orang-orang "mulia" di Cina,

Secara tidak langsung, ia mengomentari kekuasaan Cina, yang ditengarai membatasi kebebasan beragama dan kelompok minoritas. Ia mengatakan kepada umat Katolik untuk menjadi "umat kristiani dan warga negara yang baik”, dalam upaya untuk meredakan ketegangan antara Vatikan dan Beijing.

Misa yang dipimpinnya pada hari Minggu (03/09) di Mongolia dihadiri sekitar 2.000 orang di Ulan Bator. Selain umat Katolik Mongolia, peziarah dari Cina dan wilayah lain di Asia juga hadir. Paus Fransiskus mengatakan para pensiunan dan uskup-uskup saat ini di Hong Kong bergabung dengannya untuk mengirimkan "salam hangat kepada rakyat Tiongkok yang mulia.”

"Kepada seluruh rakyat [Tiongkok] saya mendoakan yang terbaik dan selalu maju, selalu maju,” katanya. Menurut laporan media, Cina tidak mengizinkan uskup mana pun dari Tiongkok daratan untuk menghadiri kunjungan kepausan.

Memperkuat umat Katolik di Mongolia

Salah satu tujuan utama kunjungan Sri Paus kali ini adalah untuk memperkuat umat Katolik yang merupakan komunitas kecil di Mongolia dan untuk mempromosikan dialog antaragama. Ia menyerukan keharmonisan antaragama dan menyerukan pada mereka yang hadir bahwa peran agama yang sebenarnya adalah untuk membawa keharmonisan ke dunia yang terkoyak oleh perselisihan dan pertikaian.

Meskipun pernyataan Paus Fransiskus pada hari Minggu itu merupakan pertama kalinya menyebut Cina selama empat hari kunjungannya ke Mongolia, pemerintahan di Beijing tidak memberikan perhatian atas kunjungan tersebut.

Namun, Paus mengirim telegram kepada Presiden Cina, Xi Jinping ketika pesawatnya terbang pada Jumat (02/09) pagi melalui wilayah udara Tiongkok. Pesannya adalah untuk menawarkan "berkah ilahi berupa persatuan dan perdamaian.” Tiongkok mengatakan sikap itu menandakan "keramahan dan niat baik.”

Pada tahun 2018, Vatikan dan Tiongkok telah mencapai kesepakatan mengenai pencalonan uskup Katolik, namun ketegangan meningkat sejak Beijing melanggar perjanjian tersebut dengan melakukan penunjukan secara sepihak.

Paus menekankan pentingnya keberagaman

Sebelum misa hari Minggu kemarin, Paus Fransiskus bertemu dengan para pemimpin dari berbagai agama, termasuk para tetua Mongolia, biksu Buddha, pemimpin umat muslim, Yahudi, Shinto, dan seorang pendeta Ortodoks Rusia.

"Tradisi keagamaan, dengan segala kekhasan dan keragamannya, memiliki potensi yang mengesankan untuk memberikan manfaat bagi masyarakat secara keseluruhan,” kata Paus Fransiskus kepada mereka.

Natsagdorj Damdinsuren, yang merupakan kepala biksu di sebuah biara Buddha di Mongolia, mengatakan kunjungan Paus Fransiskus ini  "membuktikan solidaritas umat manusia yang mendeklarasikan perdamaian bersama."

Di Mongolia, Paus Fransiskus memuji tradisi kebebasan beragama di Mongolia, dalam pernyataannya yang secara tidak langsung menyoroti kurangnya kebebasan beragama di negara tetangganya, Cina. Pemerintah Cina dituduh secara khusus menargetkan warga Uighur di provinsi barat laut Xinjiang.

Fransiskus adalah Paus pertama yang mengunjungi negara berpenduduk 3,4 juta jiwa tersebut. Buddha adalah agama terbesar di di Mongolia, Selama kunjungannya, Paus Fransiskus membuka panti sosial di Ulan Bator dan bertemu dengan karyawan organisasi bantuan gereja Caritas.

ap/hp (ap/dpa/AFP, Reuters)