1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

220811 Israel Hamas Waffenruhe

22 Agustus 2011

Kelompok militan Palestina di Jalur Gaza dan Israel menyepakati diberlakukannya gencatan senjata setelah bentrokan senjata beberapa kali. Pemerintah Israel sampai saat ini belum mengkonfirmasi pernyataan tersebut.

https://p.dw.com/p/12LXu
Puing-puing rumah di Jalur Gaza utara, yang hancur akibat serangan udara Israel.
Puing-puing rumah di Jalur Gaza utara, yang hancur akibat serangan udara Israel.Foto: picture alliance/dpa

Serangan teror, serangan udara, dan tembakan roket. Lebih dari 30 korban tewas dan skandal diplomatik. Empat hari bentrokan di Timur Tengah, berakhir dengan gencatan senjata. Karena baik pihak pemerintah Israel mau pun organisasi Hamas menyatakan tidak menginginkan adanya ketegangan.

Pakar Islam Reuven Paz dari pusat studi interdisipliner di Herzliya, Israel, mengatakan bahwa kepemimpinan politis Hamas telah berubah. Katanya, "Ada proses yang hampir terlewat dari pandangan. Ini merupakan proses di mana Hamas menjadi lebih elegan. Artinya, dari organisasi revolusioner menjadi pemerintah, dengan milisi, yang seperti militer kecil. Mereka bercita-cita mencapai legitimasi. Baik itu dari Israel, dan juga kawasan Arab. Juga dari elemen di luar Arab, terutama Amerika Serikat. Di bawah meja, mereka juga punya hubungan dengan Amerika Serikat."

Perubahan di dalam kepemimpinan Hamas diduga bukan satu-satunya alasan. Pemerintah Israel saat ini juga terpaksa mempertimbangkan perubahan politik di kawasan. Dalam hal operasi militer di Jalur Gaza, dibandingkan dengan aksi-aksi sebelumnya, kini dipertimbangkan betul oleh kabinet PM Netanyahu. Berbeda dengan era Mubarak, saat ini warga Mesir sangat menentangnya. Israel juga memerlukan pemerintahan peralihan di Kairo dan tidak ingin menyeretnya ke dalam bahaya, ujar mantan Menteri Pertahanan Israel Ben Eliezer.

"Saya rasa, delegasi kami saat ini berada di sana. Kami harus sependapat dengan Mesir. Di sana yang memerintah bukan lagi rezim yang sama, itu jelas. Tidak ada posisi pimpinan yang dijabat lebih dari beberapa hari. Meski ada kesulitan, setiap upaya harus dilakukan supaya hubungan dengan Mesir tidak memanas," jelasnya.

Berakhirnya eskalasi bukan berarti situasi otomatis tenang. Israel tetap mengancam Hamas dengan balasan militer untuk setiap serangan teror dan tembakan dari Jalur Gaza, yang setiap waktu bisa kembali dilancarkan di Israel Selatan. Komite Perlawanan Rakyat Palestina juga menyepakati gencatan senjata. Komite itu dituding bertanggung jawab atas serangan Kamis lalu (18/08) oleh Menteri Pertahanan Ehud Barak.

Jurubicara Komite Perlawanan Rakyat Palestina, Abu Attaia mengatakan, "Pertukaran serangan antara kami dan pendudukkan belum berakhir. Setelah mereka membunuh pemimpin kami dan melukai warga sipil di Gaza, kami akan meneruskan balasan kami. Tidak ada kata tentram dengan musuh. Hingga perhitungan pembalasan antara kami dengan pimpinan musuh Zionis."

Hanya kerja sama antara aktor politis antara Israel, Mesir, Palestina, dan Hamas, yang memungkinkan keberhasilan perjuangan melawan kelompok sempalan. Namun hal tersebut belum terpikirkan. Warga tetap skeptis.

Torsten Teichmann/Luky Setyarini

Editor: Ayu Purwaningsih